1186 4475 1 PB
1186 4475 1 PB
10 (2013)
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze some factors which influence the disclosure of Corporate
Social Responsibility (CSR) in the annual report of manufacturing company consumption of goods
industry sector. Independent variables which are used in this research are the size of company, the
size of board of commissioners, foreign shareholding and the size of audit committee. This research
has found some proves that the size of a company has significant influence to the disclosure of CSR,
the size of Board of Commissioners has no significant influence to the disclosure of CSR, Foreign
Shareholding has no significant influence to the disclosure of CSR, and the size of audit committee has
significant influence to the disclosure of CSR.
Keywords: Corporate Social Responsibility, the size of Company, the size of Board of Commissioners, Foreign
Shareholding, the size of Audit Committee.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi. Variabel indepeden yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, ukuran dewan komisaris, kepemilikan saham asing dan ukuran komite audit.Penelitian
ini menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
CSR, ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR,
kepemilikan saham asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR, ukuran komite
audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Kata kunci : Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris,
Kepemilikan Saham Asing, Ukuran Komite Audit.
PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup suatu perusahaan tidak hanya ditentukan oleh faktor
keuangannya saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, seperti kondisi
lingkungan dan sosial perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan juga ditentukan oleh
hubungan yang baik dengan para stakeholder dengan cara memperhatikan hak-hak para
stakeholder-nya. Corporate Social Responsibility (yang selanjutnya akan disingkat dengan CSR)
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap para stakeholder-
nya. CSR merupakan suatu konsep bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala
aspek operasional perusahaan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham, semakin
besar nilai perusahaan yang juga nilai pemegang saham mencerminkan publik telah menilai
harga pasar saham perusahaan diatas nilai bukunya (Megawati, 2009:1). Pentingnya posisi
investor dan kreditor bagi kelangsungan perusahaan menyebabkan laporan keuangan lebih
diorientasikan kepada kedua pihak tersebut (shareholder oriented). Manajemen perusahaan
lebih mengutamakan pengungkapan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan yang
berorientasi terhadap kepentingan shareholder, namun pada kenyataanya keberhasilan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
2
perusahaan tidak sepenuhnya diukur dari keberhasilan keuangannya saja. Informasi non-
keuangan juga penting untuk keberhasilan perusahaan, Beattie (2000:3) menyatakan bahwa
pengungkapan informasi non-keuangan juga berkaitan dengan faktor-faktor penentu
keberhasilan perusahaan.
Pengungkapan CSR di dalam laporan keuangan perusahaan telah diatur oleh
pemerintah. Pemerintah mengeluarkan regulasi terhadap kewajiban praktik dan
pengungkapan CSR di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007.
Pada pasal 66 ayat (2) bagian C disebutkan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan,
perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Pada pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan (Kurniati, 2011:18)
Adanya peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah telah mempertegas tentang
pentingnya pengungkapan CSR oleh perusahaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
aktivitas perusahaan yang merugikan masyarakat banyak seperti kasus TPST Bojong di
Bogor, kasus PT Newmont di Buyat, kasus PT Freeport Indonesia di Papua dan kasus PT
Lapindo Brantas di Sidoarjo (Indonesian Corp Watch, 2008). Dengan adanya pengungkapan
CSR diharapkan perusahaan lebih memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial sekitar
demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dan masyarakat sekitar.
Stakeholder memiliki peranan yang penting dalam kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Deegan dan Gordon, 1996 (dalam Fahrizqi, 2010:3) tekanan stakeholder terhadap
perusahaan untuk dapat secara efektif menjalankan kegiatan lingkungannya serta tuntutan
agar perusahaan menjadi akuntabel juga menyebabkan meningkatnya perusahaan yang
melakukan pengungkapan lingkungan. Sedangkan Owen, 2005 (dalam Fahrizqi, 2010:3)
mengatakan bahwa kasus Enron di Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan
lebih memberikan perhatian yang besar terhadap pelaporan sustainabilitas dan
pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Pengungkapan CSR pada masa ini sudah dianggap suatu kepentingan bagi
perusahaan, selain sebagai bentuk ketaatan terhadap hukum juga untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan. Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dengan
mengungkapkan CSR. Pentingnya pengungkapan CSR bagi perusahaan membuat banyak
peneliti melakukan penelitian mengenai praktik dan motivasi perusahaan untuk
mengungkapkan CSR. Beberapa penelitian tentang CSR telah banyak dilakukan, baik di
dalam maupun di luar negeri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Belkaoui dan Karpik,
1989; Cowen, 1987; Heckston dan Milne, 1996; Sembiring, 2005; Anggraeni, 2006) yang
diungkapkan dalam penelitian Fahrizqi (2010:5) yang meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan CSR. Variabel dalam penelitian tersebut adalah ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris.
Ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan, secara umum perusahaan yang memiliki sumber daya yang besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan yang memiliki sumber
daya yang sedikit. Hal ini disebabkan adanya benturan kepentingan yang besar antara
pemilik dan manajemen perusahaan dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Teori
agensi menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar
daripada perusahaan kecil (Fahrizqi, 2010:5). Teori agensi tersebut menyebabkan perusahaan
besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak untuk mengurangi biaya
keagenan. Akan tetapi anggapan tersebut tidak selalu benar, berdasarkan penelitian yang
menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR disebutkan dalam Fahrizqi (2010:6) antara lain (Roberts, 1992; Sigh dan
Ahuja, 1983; Davey, 1982; Ng, 1985). Sedangkan penelitian yang berhasil menunjukan
hubungan keduanya disebutkan dalam Fahrizqi (2010:6) antara lain (Belkaoui dan Karpik,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
3
1989; Adamet. al., 1995; 1998; Heckston dan Milne, 1996; Kokubuet. al., 2001; Hasibuan, 2001;
Sembiring, 2005; Anggraeni, 2006).
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pengungkapan CSR adalah ukuran dewan
komisaris. Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi dan memastikan kinerja manajemen
sesuai dengan tujuan perusahaan. Dewan komisaris memiliki kekuasaan terhadap
menajemen untuk memberikan pengaruh agar manajemen mengungkapkan CSR.
Berdasarkan penelitian (Hadi dan Arifin, 2002; Sembiring, 2005) yang diungkapkan dalam
penelitian Fahrizqi (2010) menunjukan bahwa proporsi dewan komisaris mempengaruhi
tingkat pengungkapan sukarela. Sebaliknya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ratnasari (2011) dan Waryanto (2010) menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
Kepemilikan saham oleh pihak asing juga merupakan salah-satu faktor yang
mendorong pengungkapan CSR oleh perusahaan. Hal ini disebabkan investor asing
khususnya dari negara-negara Eropa dan Amerika sangat memperhatikan kondisi
lingkungan dan sosial perusahaan, mereka beranggapan bahwa perusahaan juga memiliki
tanggung jawab terhadap kondisi lingkungan dan sosial sekitar. Adanya kepemilikan saham
oleh pihak asing akan mendorong pengungkapan laporan tanggung jawab sosial oleh
perusahaan.
Komite audit adalah suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen
yang dibentuk oleh dewan komisaris dan dengan demikian tugasnya adalah membantu dan
memperkuat dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi
pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan
audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan (Effendi,
2009:25). Keberadaan komite audit diharapkan dapat membantu kinerja dewan komisaris
dalam pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial oleh perusahaan untuk mengatasi
adanya konflik kepentingan yang timbul antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan CSR oleh perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI periode tahun 2009-2011 menggunakan variabel ukuran perusahaan, ukuran
dewan komisaris, kepemilikan saham asing dan komite audit.
tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern Adam C.H, 2002 (dalam
Hadi, 2011:94).
Dewan Komisaris
Salah satu prinsip Corporate Governance menurut Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) adalah menyangkut peranan dewan komisaris. Bentuk dewan
komisaris tergantung pada sistem hukum yang dianut. Terdapat dua sistem hukum yang
berbeda (Ratnasari, 2011:53), yaitu: (1) Sistem satu tingkat atau one tier system. Sistem satu
tingkat berasal dari sistem hukum Anglo Saxon. Pada sistem satu tingkat, perusahaan
mempunyai satu dewan direksi yang merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus
senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh
waktu (non direktur eksekutif). Negara-negara yang menerapkan sistem ini adalah Amerika
Serikat dan Inggris, (2) Sistem dua tingkat atau two tier system (FCGI, 2002). Sistem dua
tingkat berasal dari sistem hukum kontinental Eropa. Pada sistem dua tingkat, perusahaan
mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan
manajemen (dewan direksi). Dewan direksi bertugas mengelola dan mewakili perusahaan
sesuai dengan pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dewan direksi diangkat dan
setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (dewan komisaris). Tugas utama dewan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
6
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran mengenai besar kecilnya suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan dapat ditentukan dari jumlah karyawan, total aktiva, total penjualan,
atau peringkat indeks Hekston dan Milne, 1996 (dalam Ratnasari, 2011:80). Ukuran suatu
perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
mereka. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak
daripada perusahaan kecil. Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki
biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil Marwata, 2001 (dalam Fahrizqi,
2010:28). Semakin besar ukuran suatu perusahaan diharapkan pengungkapan tentang
laporan pertanggungjawaban sosial semakin besar.Perusahaan besar juga akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena perusahaan
besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara
teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
7
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR tercermin dalam teori
agensi yang menjelaskan bahwa perusahaan besar mempunyai biaya agensi yang besar, oleh
karena itu perusahaan besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi daripada
perusahaan kecil. Penjelasan lain yang juga sering diajukan adalah perusahaan besar
memiliki sumber daya yang besar sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar
untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap (Fahrizqi, 2010:5).
Kepemilikan saham oleh pihak asing juga merupakan salah-satu faktor yang
mendorong pengungkapan CSR oleh perusahaan. Hal ini disebabkan investor asing
khususnya dari negara-negara Eropa dan Amerika sangat memperhatikan kondisi
lingkungan dan sosial perusahaan, mereka beranggapan bahwa perusahaan juga memiliki
tanggung jawab terhadap kondisi lingkungan dan sosial sekitar. Adanya kepemilikan saham
oleh pihak asing akan mendorong pengungkapan laporan tanggung jawab sosial oleh
perusahaan.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
9
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.Teknik sampling ini
digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada
sifat populasi dalam menentukan sampel penelitian (Bungin, 2005:115). Kriteria
pengambilan sampel adalah sebagai berikut: (1) Merupakan perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011, (2)
Mempublikasikan annual report lengkap selama tahun 2009-2011, (3) Mempublikasikan
laporan pertanggungjawaban sosial atau mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial
lainnya di dalam annual report selama tahun 2009-2011.
CSRI =
Keterangan:
CSRI : Indeks Pengungkapan CSR
SIZE : Ukuran Perusahaan
DK : Ukuran Dewan Komisaris
KSA : Kepemilikan Saham Asing
KA : Ukuran Komite Audit
: Error
Tabel 1
Pengujian Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CSRI 66 .200 .510 .26879 .070132
SIZE 66 8.200 12.900 1.00662E 1.293317
1
DK 66 2.000 10.000 4.54545 1.720302
KSA 66 .000 99.740 5.68921E 34.149090
1
KA 66 3.000 4.000 3.21212 .411943
Valid N (listwise) 66
Sumber: Data diolah penulis
Tabel 1 menunjukkan bahwa mean dari pengungkapan CSRI sebesar 0,268, hal ini
menunjukan rata-rata pengungkapan sustainability report perusahaan sebesar 26,8% atau
27%. Rata-rata ukuran perusahaan diketahui sebesar 10,06, sedangkan ukuran komite audit
sebesar 4,5. Rata-rata kepemilikan saham asing sebesar 56,89 dan ukuran komite audit
sebesar 3,21.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
11
Uji Multikolinieritas
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel SIZE, DK, KSA
dan KA lebih besar dari 0,10 sedangkan nilai VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model regresi penelitian ini
adalah terbebas dari multikolinieritas, dengan kata lain dapat dipercaya dan obyektif.
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat probabilitas signifikasi variabel independen <
0,05 atau 5% pada gambar diatas menunjukan tidak ada pola yang jelas atau menyebar, titik-
titik penyebaran berada di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin
Watson. Dari hasil tersebut menunjukan angka Durbin Watson sebesar 0,623. Nilai tersebut
berada diantara -2 sampai +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak
terjadi autokorelasi.
Tabel 2
Analisis Regresi Linier Berganda
a
Coefficients
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.133 .113 -1.180 .243
SIZE .020 .008 .365 2.607 .011
DK -.007 .005 -.170 -1.376 .174
KSA .000 .000 .226 1.604 .114
KA .065 .021 .380 3.100 .003
a. Dependent Variable: CSRI
ukuran perusahaan, kepemilikan saham asing dan ukuran komite audit akan meningkatkan
pengungkapan CSR dalam annual report.
Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis Pertama
H1 = Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR
Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah ukuran
perusahaan yang dihitung berdasarkan nilai asset perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR dalam annual report. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui nilai t
sebesar 2,607 dengan signifikansi sebesar 0,011 (berada lebih kecil dari = 0,05) sehingga
hipotesis pertama berhasil menolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR dalam annual report.Teori agensi
menunjukkan bahwa apabila ukuran perusahaan lebih besar maka biaya keagenan yang
dikeluarkan juga lebih besar, sehingga untuk mengurangi biaya keagenan tersebut
perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas, salah satunya
dengan pengungkapan informasi tentang laporan pertanggungjawaban sosial
perusahaan.Menurut Cowen, 1987 (dalam Waryanto, 2010:104), secara teoritis perusahaan
besar tidak akan lepas dari tekanan. Perusahaan yang lebih besar mempunyai aktivitas
operasi yang lebih banyak dan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap
masyarakat, lingkungan dan para pemegang saham oleh karena itu perusahaan akan
melaporkan laporan pertanggungjawaban sosial secara lebih luas.
industri barang konsumsi di Indonesia masih relatif sedikit. Penyebab sedikitnya jumlah
investor asing di perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi disebabkan oleh
iklim investasi di dalam negeri yang masih belum kondusif, kepastian hukum dan
ketersediaan infrastruktur seperti lahan dan sarana transportasi serta prosedur perizinan
investasi bagi pihak asing yang masih sulit. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kebijakan
pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan yang biasanya lebih
diperhatikan oleh pihak-pihak asing.
lebih besar dan melakukan penelitian dengan periode yang lebih panjang. Jumlah sampel
yang lebih besar dengan periode yang lebih panjang akan memberikan hasil penelitian yang
lebih baik.
Tingkat Adjusted R2 dalam penelitian ini masih tergolong rendah. Bagi peneliti
selanjutnya sebaiknya menambahkan atau mempertimbangkan penggunaan variabel lain
diluar penelitian ini, dikarenakan penelitian ini memiliki tingkat Adjusted R2yang rendah,
yaitu sebesar 13.8%.
Pedoman perhitungan indeks pengungkapan CSR dalam penelitian ini masih tergolong
pedoman lama yaitu GRI G3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya mengukur CSR
menggunakan indeks CSR terbaru yang di keluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI)
versi G3.1 yang mulai dipublikasikan tahun 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Beattie, V. 2000. The Future of Corporate Reporting.Irish Accounting Review 7(1): 1-36.
Bungin, B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Perdana Media Group. Jakarta.
Effendi, M. A. 2009. The Power of Good Corporate Governance. Salemba Empat. Jakarta.
Fahrizqi, A. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
FCGI. 2002. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance). Jakarta.
Global Reporting Initiatives (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines.
www.globalreporting.org/guidelines/062006guidelines.asp. Diakses tanggal 25 November
2012.
Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Indonesian Corp Watch. 2008. Merperkuat Negara Melawan Lapindo.
indocorpwatch.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Januari 2013.
Indonesian Institute of Audit Committee (IKAI). 2012. Komite Audit. www.komiteaudit.org.
Diakses tanggal 23 Januari 2013.
Kartini, D. 2009. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability Management
dan Implementasi di Indonesia. PT Refika Aditama. Bandung.
Kurniati, T. dan Rahmatullah. 2011. Panduan Praktis Pengelolaan CSR. Samudra Biru.
Yogyakarta.
Megawati. 2009. Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Manajemen Laba Terhadap
Nilai Perusahaan yang Termasuk Kelompok Jakarta Islamic Index Tahun 2005-2007.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Purwanti, N. D. 2012. Peran Corporate Governance dalam Memoderasi Pengaruh Earnings
Management Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Skripsi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Ratnasari, Y. 2011. Pengaruh Corporate Governance terhadap Luas Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan di dalam Sustainability Report. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Sutedi, A. 2011. Good Corporate Governance. Sinar Grafika. Jakarta.
Terzaghi, M. T. 2012. Pengaruh Earning Management dan Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS) 2(1):
31-47.
Untung, H. B. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika. Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
15