Jurnal Penglim Nomor Duwa
Jurnal Penglim Nomor Duwa
php/tanah/
SAINS TANAH - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 12 (1) 2015, 1-9
ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRAK
Biopori teknologi Inovasi adalah teknologi yang mudah dan murah yang dapat diterapkan di
setiap kelas masyarakat. Biopori Penyerapan Hole (BAH) adalah lubang vertikal cylincric dengan
diameter relatif kecil. Walaupun diameter tidak begitu besar, masih efektif untuk menyerap air tanah.
Dimensi teknologi tercermin bagaimana tecnology BAH ini diterapkan kepada Manajemen BAH dalam
masyarakat Kota Semarang. Untuk mencapai hasil yang maksimal, evaluasi terhadap keberlanjutan
dimensi teknologi BAH Manajemen di Kota Semarang perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk: 1) mempelajari status dimensi teknologi dalam menjaga BAH, 2) mempelajari atribut sensitif
memiliki pengaruh terhadap nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi teknologi dalam menjaga
BAH, serta 3) merumuskan prioritas untuk kebijakan yang berlaku untuk teknologi dalam menjaga BAH
di Semarang. Penelitian ini berlangsung di tiga desa administratif (Srondol Wetan, Jatingaleh, dan
Bendan Ngisor) di Kota Semarang. Ketiga lokasi yang dipilih untuk mewakili atas, tengah, dan daerah
yang lebih rendah dari Semarang analisis penyerapan air daerah.Ruangan status menentukan data dan
faktor memanfaatkan dilakukan dengan menggunakan RAP - metode biopori, sedangkan pembuatan
prioritas kebijakan dilakukan dengan menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP) .Results
menunjukkan bahwa status keberlanjutan dimensi teknologi Manajemen BAH Semarang adalah pada
status kurang berkelanjutan (25,01 - 50,00). Strategi meningkatkan atribut sensitif berpengaruh
untuk meningkatkan status keberlanjutan adalah sukses besar dalam mempengaruhi nilai-nilai dan
status keberlanjutan.
Permalink / DOI:http://dx.doi.org/10.15608/stjssa.v12i1.249
Destry et al. / SAINS TANAH - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 12 (1), 2015, 2
STJSSA, ISSN p-ISSN 1412-3606 e-ISSN 2356-1424, orangtua DOI: 10,15608 / stjssa
Destry et al. / SAINS TANAH - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 12 (1), 2015, 3
Indeks Katagori
0,00-25,00 Bad (tidak Hasil analisis RAP-Biopori menggunakan
berkelanjutan) metode MDS menunjukkan bahwa nilai indeks
25,01-50,00 Kurang (Kurang keberlanjutan teknologi dimensi ini terletak di
Berkelanjutan) antara 35,40-40,04 pada skala keberlanjutan 0-
50,01-75,00 Cukup (Enough 100. Nilai tersebut di atas termasuk dalam
Berkelanjutan) kategori 'Kurang berkelanjutan'. Gambar 3
75,01 - 100.00 Baik (sangat menunjukkan nilai keberlanjutan dimensi
berkelanjutan) teknologi Manajemen biopori.
Sumber: Thamrin et al, 2007, Nurmalina, 2008 &
Suyitman et al,
lapangan dengan jumlah ideal BAH (2) 2010), jumlah tertinggi BAH di Kelurahan
teknologi BAH dalam kaitannya dengan banjir, Srondol adalah 2.384.623 lubang dan terendah
genangan, dan kekeringan, (3) Akses dari BAH 16,687 lubang. Saat ini, jumlah BAH di lapangan
dalam masyarakat , (4) BAH dalam kaitannya adalah 603 lubang (Badan Lingkungan Hidup
dengan pengelolaan sampah (5) frekuensi Kota Semarang, 2014). Oleh karena itu,
kejadian banjir, genangan, dan kekeringan. sinkronisasi akan memerlukan tambahan
Sinkronisasi dari jumlah BAH di lapangan 2.384.020 BAH di lokasi penelitian. Di
dan jumlah ideal BAH dilakukan untuk Kelurahan Jatingaleh, menurut rumus, jumlah
mencapai jumlah ideal yang dibutuhkan di tertinggi BAH adalah 1.470.724 dan terendah
setiap lokasi penelitian. Masyarakat 10.291 lubang. Jumlah BAH ada di lapangan
sejak 2012 adalah
500 lubang (Badan
menganggap atribut ini sebagai atribut dengan
efek terbesar pada perubahan nilai indeks
dalam hal keberlanjutan dimensi teknologi. Lingkungan Hidup Kota Semarang, 2014),
Berdasarkan analisis Pareto, atribut yang sehingga sinkronisasi diperlukan untuk
menjadi faktor utama peningkatan nilai serta mencapai jumlah yang ideal akan
status keberlanjutan dimensi teknologi. membutuhkan tambahan 1.470.224 BAH di
Menurut Brata dan Nelistya rumus (2008), lokasi penelitian. Di Kelurahan Bendan Ngisor,
persamaan (1): berdasarkan rumus, jumlah tertinggi BAH di
Kelurahan Bendan Ngisor adalah 741.819 dan
Dengan memperhitungkan intensitas
terendah 5,191 lubang. Jumlah BAH hadir di
maksimum hujan, intensitas hujan minimum,
bidang sejak 2011-2014 adalah 295 lubang,
area lapangan kedap air dan tingkat
(Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang,
penyerapan air di setiap lubang di tanah
2014). Oleh karena itu, sinkronisasi akan
Inceptisol adalah 104,56 liter / jam (Rasmita,
STJSSA, ISSN p-ISSN 1412-3606 e-ISSN 2356-1424, orangtua DOI: 10,15608 / stjssa
Destry et al. / SAINS TANAH - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 12 (1), 2015, 6
menuntut 741.524 lebih BAH di lokasi manfaat yang optimal dari BAH, perlu untuk
penelitian. meningkatkan jumlah BAH atau struktur air
Teknologi BAH dalam kaitannya dengan hujan harnessing lain seperti sumur resapan air
banjir, genangan, dan atribut kekeringan hujan dan pemanen.
menjadi atribut yang paling penting kedua Akses mudah ke teknologi BAH tidak
dengan nilai RMS 3,35. Atribut ini tak lepas terlepas dari ketersediaan teknologi BAH. Akses
dari debit limpasan di tingkat penyerapan air mudah ke teknologi yang dipilih oleh
lokasi penelitian dan BAH. Di Kelurahan masyarakat sebagai atribut penting karena
Srondol Wetan, sebelum menerapkan biopori masyarakat masih merasa bahwa itu tidak
(Qtb), debit limpasan, dihitung dengan mudah untuk mendapatkan alat BAH bor tanah
menggunakan tersebut. Bor tanah dapat langsung diakses
dengan menghubungi dari kepala lingkungan
(ketua RT) di setiap daerah atau kantor desa
administratif. Sayangnya, karena keterbatasan
(1) alat, itu tidak dapat dengan mudah diakses
oleh anggota masyarakat. Badan Lingkungan
metode rasional, adalah 2,35 m / detik.
berharap masyarakat bisa membuat replika
Setelah menggunakan BAH, debit air limpasan
alat-alat yang telah diberikan kepada kepala
(Qdb) adalah 2,33 m / detik, dengan
lingkungan.
koefisien C dilakukan setelah pelaksanaan
BAH dalam kaitannya dengan sampah
BAH di lokasi penelitian berada di 0,65. Di
managementis atribut sensitif. Ini berarti
Kelurahan Jatingaleh limpasan debit sebelum
bahwa BAH sebagai salah satu ofmany cara
pelaksanaan biopori (Qtb) was1.67 m / detik.
pengolahan garbagehas organik tidak
Setelah menerapkan BAH (Qdb), debit
reachedits fungsi optimal belum di lokasi
limpasan adalah 1,655 m / detik, dengan
penelitian. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
koefisien C berada di 0,65. Di Kelurahan
banyak orang tidak memasukkan dan
Bendan Ngisor, limpasan debit sebelum
memanen sampah organik secara berkala. Jika
menerapkan biopori (Qtb) was1.48 m / detik.
dihitung, volume sampah organik yang dapat
dimasukkan dalam BAH adalah 7.85 liter per
lubang. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh
Kota Semarang masuk TPA sebanyak 3750 m3 /
Setelah menerapkan BAH (Qdb), debit itu hari atau 750-800 ton / hari
1.47m / detik, dengan koefisien C berada di (http://dkp.semarangkota.go.id) dengan
0,65. populasi 1.644.800 atau 416.572 keluarga (BPS
Berdasarkan perhitungan di atas, jelas Tengah Java 2015). Dengan demikian, rata-rata,
bahwa nilai koefisien limpasan C menurun setiap keluarga menghasilkan 2.437 liter per
sebanyak 0,01, 0,66-0,65, setelah pelaksanaan hari (dengan asumsi bahwa 65% dari total
BAH. Penurunan kecil nilai koefisien harus sampah organik). Ini berarti bahwa satu BAH
mendapatkan perhatian khusus untuk akan sepenuhnya diisi oleh sampah organik dari
meningkatkan dampaknya dalam menangani keluarga selama dua hari.
masalah banjir, terutama di daerah hilir, Frekuensi banjir atau kejadian
genangan air, dan kekeringan, yang dapat genangan terletak di nol. Alasannya adalah
dilihat dari debit limpasan menurun. karena lokasi penelitian terletak di daerah
Mempertahankan BAH secara yang relatif tinggi. BAH Manajemen di lokasi
berkelanjutan dapat menurunkan nilai C, penelitian, mudah-mudahan, bisa mencegah
meskipun total luas dan fungsi tanah tidak
berubah. Dalam rangka untuk mendapatkan
STJSSA, ISSN p-ISSN 1412-3606 e-ISSN 2356-1424, orangtua DOI: 10,15608 / stjssa
Destry et al. / SAINS TANAH - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 12 (1), 2015, 7
bencana banjir di daerah rendah atau di hilir nilai stres mencapai 0,15 dan R2 sebanyak 0,94.
dengan menerapkan BAH di hulu. Ini berarti bahwa hasilnya adalah layak. Hal ini
sesuai dengan argumentasi Kavanagh dan
B. PENGUJIAN analiysis KELAYAKAN Pitcher 2004, bahwa jika nilai stres kurang dari
Dalam rangka untuk mengenali apakah 0,25 atau 25% dan nilai koefisien determinasi
hasil analisis dengan menggunakan RAP- (R2)dekat dengan 1,0 atau 100%, itu
Biopori baik dari perspektif masing-masing menunjukkan bahwa keakuratan analisis
dimensi keberlanjutan dan perspectiveare hasilnya layak.
multi-dimensi layak dan mampu mewakili
kondisi aktual BAH Manajemen dimensi / C. Keberlanjutan Strategi Manajemen BAH
aspek di Kota Semarang atau tidak, beberapa dalamSemarang
statistik parameter yang tercantum dalam Strategiatau upaya dalam mengelola /
Tabel 3 meningkatkan atribut dimensi ekologi dalam
Tabel3.Nilai Indeks dari Keberlanjutan dari rangka meningkatkan status keberlanjutan
MDS dan Monte Carlo'sTechnology Dimensi disusun berdasarkan hasil wawancara dengan
orang kunci serta hasil analisis AHP. Hasil yang
diperoleh dari menggunakan Analytical
Hierarchy Process (AHP) yang digunakan versi
Expert Choice 11 software dalam menganalisis
pemangku kepentingan pendapat menunjukkan
memprioritaskan kebijakan untuk
meningkatkan atribut sensitif dapat
mempengaruhi nilai indeks dan status
keberlanjutan pada BAH Manajemen dimensi
teknologi di Kota Semarang seperti yang
tercantum pada Gambar 4.
tujuan memprioritaskan kebijakan
mengenai dimensi teknologi adalah untuk
meningkatkan atribut yang masih kurang
memadai untuk mendukung
keberlanjutanBAH.
Manajemen Prioritas pertama ditujukan
Menurut Tabel 3, hasil dari analisis untuk memperoleh manfaat dari teknologi
Monte Carlo, dengan interval kepercayaan 95 BAH dalam mengatasi banjir dan genangan.
%, perbedaan antara MDS dan Monte Carlo Hasil analisis pendapat responden
Analisis tidak besar (kurang dari 1). Perbedaan menunjukkan bahwa atribut manfaat BAH
rendah antara hasil keberlanjutan memiliki nilai 50%. Salah satu strategi yang
indexcalculated menggunakan kedua metode layak adalah dengan menambahkan lebih BAH
membuktikan bahwa efek kesalahan dapat dan menentukan lokasi yang tepat untuk BAH,
dihindari. Dalam rangka untuk mengetahui seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya
apakah atribut dimensi keberlanjutan dipelajari dalam analisis indeks keberlanjutan teknologi
dalam analisis MDS akurat (dekat dengan dimensi ini. Prioritas kedua adalah
kondisi aktual) atau tidak, melihat dari dekat sinkronisasi antara jumlah BAH di lapangan
nilai stres dan nilai Koefisien Determinasi (R2) dan jumlah ideal dengan nilai 30%.
perlu dilakukan. Hasil analisis menggunakan
alat analisis RAP-Biopori menunjukkan bahwa
STJSSA, ISSN p-ISSN 1412-3606 e-ISSN 2356-1424, orangtua DOI: 10,15608 / stjssa
Destry et al. / SAINS TANAH - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 12 (1), 2015, 8
STJSSA, ISSN p-ISSN 1412-3606 e-ISSN 2356-1424, orangtua DOI: 10,15608 / stjssa
Destry et al. / SAINS TANAH - Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 12 (1), 2015, 9
STJSSA, ISSN p-ISSN 1412-3606 e-ISSN 2356-1424, orangtua DOI: 10,15608 / stjssa