Anda di halaman 1dari 2

MENGELOLA MARAH SECARA SEHAT

Setiap orang pasti pernah mengalami marah dan memiliki caranya masing-masing dalam
mengeluarkan kemarahan. Ada yang meledak-ledak, ada yang menunjukkan muka masam
atau seram, ada yang cuma dipendam, ngambek, menangis, dan sebagainya.

Marah sering menimbulkan situasi yang serba salah. Melampiaskannya begitu saja akan
menimbulkan kerugian yang tidak kecil, seperti keretakan atau putusnya hubungan dengan
orang lain, amuk massa, kecanduan narkoba, bahkan timbulnya penyakit yang berbahaya.
Sebaliknya, jika kemarahan dipendam, penyakit lain yang tak kalah berbahaya juga
mengintai. Nah, supaya tidak sampai menimbulkan kerugian, marah perlu dikelola dengan
baik.

Marah merupakan maifestasi kesedihan dan kesombongan. Ketika hak-hak atau nilai-nilai
yang dijunjung tinggi diinjak-injak orang, harga diri dijatuhkan, merasakan ketidakadilan
atau ketidakbebasan, iri hati, atau perasaan tidak aman, biasanya akan menimbulkan
kemarahan. Orang yang sedang marah terlihat dari respon anggota tubuhnya seperti tangan
gemetar, muka merah dan jantung berdebar kencang. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
orang yang sedang marah pada hakikatnya membebani otak, pembuluh darah dan jantungnya
dengan beban yang berat.

Kemarahan yang tidak terkendali dapat merusak fungsi organ, mudah terserang penyakit,
ketegangan otot, atau kekacauan metabolisme. Di dalam darah orang yang marah terkandung
banyak hormon adrenalin. Hormon ini dilepaskan ketika ada rangsangan emosi yang
selanjutnya dapat mempercepat denyut jantung dan tekanan darah meninggi. Jika keadaan ini
terjadi berulang-ulang pelakunya bisa menderita penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi),
serangan jantung, bahkan stroke. Selain itu penyakit lain juga bisa datang, seperti penyakit
hati, depresi, penyakit syaraf pusat, dan vertigo.

Marah memang manusiawi dan tidak selalu negatif asal dikelola dengan baik. Kuncinya
adalah pengendalian, tepat waktu dan dengan porsi yang tidak berlebihan. Kemarahan yang
tidak terkendali atau sering menahan amarah adalah sama saja alias "sami mawon", sama-
sama mengundang bahaya penyakit.

Marah ada berbagai macam. Menurut Mark Gorkin, seorang konsultan pencegahan stress dan
kekerasan untuk US Postal Service, marah ada empat macam, yaitu : (1) marah dengan
maksud tertentu (purposeful), (2) marah spontan, (3) marah konstruktif, dan (4) marah
destruktif.

Marah purposeful adalah marah yang disengaja dengan kadar pertimbangan atau perhitungan
yang cukup serta kadar pengendalian diri yang berarti. Marah spontan adalah marah yang
dilakukan secara tiba-tiba dengan sedikit pemikiran atau perencanan, serta dengan kadar
pengendalian diri yang moderat. Marah konstruktif adalah ekspresi marah yang tegas tanpa
bermaksud mengancam atau melanggar integritas dan batas pribadi orang lain, untuk tujuan
perbaikan terhadap sesuatu kesalahan yang dilakukan orang lain. Sedangkan marah destruktif
adalah marah yang ditumpahkan dengan seenaknya tanpa rasa bersalah untuk
mempertahankan kepentingan seseorang dan dengan maksud mengancam atau melanggar
integritas dan batas pribadi orang lain.
Lalu, bagaimana cara mengelola kemarahan agar tidak mengganggu kesehatan jiwa dan fisik?
Menurut Charlotte Sanborn, Ph.D., dari Dartmouth College, mengelola marah secara sehat
dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Menerima perasaan marah. Mengingkari atau mengelak dari perasaan marah justru
akan menambah stress yang berpotensi sakit kepala dan depresi.
2. Mencari hal-hal yang menyebabkan rasa marah.
3. Ekspresikan kemarahan dengan cara tidak meledak-ledak dan juga tidak
memendamnya.
4. Jangan mengalihkan amarah pada sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan
penyebab marah, misalnya malas bekerja karena fasilitas kerja yang tidak sesuai
dengan tuntutannya.
5. Jangan mengekspresikan amarah pada sesuatu yang lain. Contohnya orang tua marah
kepada anaknya karena kemampuan belajar yang kurang baik; daripada
mengalamatkan kemarahan pada kemampuan belajarnya, orang tua tersebut memarahi
sang anak karena berlama-lama menonton tv.

Jalan spiritual orang yang beriman ditandai dengan sikap sabar terhadap segala cobaan yang
dihadapi, syukur atas segala anugerah yang diterima dan ikhlas terhadap ketentuan Allah
SWT. Sikap sabar ditandai dengan berusaha mengatasi masalah yang dihadapi, berdoa
memohon pertolongan dan kekuatan Allah, serta berserah diri (tawakal) kepada Allah.
Mengembangkan spiritual yang baik akan menyehatkan.

Sabar selalu dilandasi rasa ikhlas atas kehendak Allah terhadap diri kita. Penelitian ilmiah
menemukan bahwa keikhlasan hati akan memperbaiki keseimbangan hormone kortisol
sehingga keseimbangan metabolisme gula terjaga. Kondisi tersebut akan menyehatkan ginjal,
jantung dan kelenjar tiroid kita.

Puasa Ramadhan yang pada hakikatnya adalah pengendalian diri, sebaiknya dapat kita
pergunakan dengan sebaik-baiknya agar tercapai kondisi kesehatan fisik, jiwa dan spiritual.

Anda mungkin juga menyukai