PENDAHULUAN
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang
berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi merupakan
protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh,
yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-
antibodi sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon
terhadap suatu antigen tertentu saja yang cocok dengan permukaan antigen itu
sekaligus bereaksi dengannya.
1
Interferon merupakan sitokin yang mengatur aktivitas semua komponen
system imun, merupakan bagian dari sistem imun non-spesifik yang timbul pada
tahap awal infeksi virus sebelum timbulnya reaksi dari sistem imun
spesifik.Interferon gamma(IFN-) dihasilkan oleh sel T yang telah teraktivasi dan sel
NK, sebagai reaksi terhadap antigen (termasuk antigen virus dalam derajat rendah)
atau sebagai akibat stimulasi limfosit oleh mitogen. IFN- meningkatkan ekspresi
molekul MHC-II pada Antigen Presenting Cell (APC) yang kemudian akan
meningkatkan presentasi antigen pada sel T helper. IFN- juga dapat mengaktifkan
kemampuan makrofag untuk melawan infeksi virus (aktivitas virus intrinsik) dan
membunuh sel lain yang telah terinfeksi (aktivitas virus ekstrinsik) (Hunt,2006).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
sintesis mRNA sprsifik dengan menghambat faktor transkripsi. Untuk sebagian besar
glukokortikoid mempunyai afinitas yang lebih tinggi untuk reseptor, kurang cepat
diinaktifasi, dan mempunyai sedikit ataupunn tidak mempunyai sifat menahan garam.
Efek metabolik glukokortikoid adalah memfasilitasi perubahan protein menjadi
glikogen.
1. Makrofag
Merupakan monosit yang lama hidupnya kurang lebih 1 hari, akan pergi ke daerah
peradangan dikarenakan molekul adhesi dan faktor kemoatraktan dalam jaringan,
monosit akan berubah menjadi makrofag yang jika bersatu membentuk endotelium.
Sinyal-sinual yang berpengaruk saat pengaktifan makrofag adalah IFM-y . sitokin,
endotoksin, mediator lain yang diprosuksi saat terjasi radang akut, dan matrix
extraceluler, seperti fibronectin. Makrofag aktif mampu mengaktifkan zat-zat yang
membuat suatu jaringan menjadi nekrosis atau fibrosis. Contohnya adalah asam dan
4
basa protease, komponen komplemen dan faktor-faktor pembekuan, oksigen reaktif
NO, metabolit asam arakhidonat, sitokin IL-1, TNF san berbagai growth factor
2. Limfosit
Limfosit sikerahkan di kedua reaksi imun humoral dan seluler dan bahkan dalam
peradangan non imun. Antigen distimulasi (efektor dan memori) dan berbagai jenis
limfosit (T, B) menggunakan berbagai molekul adhesi pasangan (terutama yang
integrins dan ligan) dan kemokin untuk bermigrasi ke situs peradangan. Sitokin dari
makrofag diaktifkan, terutama TNF, IL-1, da kemokin. Sel ini mempersiapkan proses
peradangan
Limfosit dan makrofag berinteraksi dakan cara dua arah, dan reaksi-reaksi ini
memainkan peran penting dalam peradangan kronis. Limfosit T aktif akan
mengaktifkan makrofag serta mengeluarkan mediator radang untuk mempengaruhi
sel lain, saat makrofag aktif, dia akan mengaktifkan limfosit T dan tak lupa
mengeluarkan mediator radang untuk mempengaruhi sel disekitarnya.
3. Eusinofil
Eusinofil berlimpah dalam reaksi kekebalan yang diperantarai oleh IgE dan infeksi
parasit. Salah satu kemokin yang terutama penting bagi perekrutan eusinofil adalah
eotaxin, Eusinofil memiliki granula yang mengandung protein dasar utama, yang
sangat kationik protein yang beracun bagi parasit tetapi juga menyebabkan lisis sel
epitel mamalis. Itulah sebabnya ia sangat berperan dalam memerangi infeksi parasit
tetapi juga berkontribusi pada kerusakan jaringan dalam reaksi kekebalan.
4. Sel Mast
Sel ini didistribusikan secara luas di jaringan ikat dan berpartisipasi dalam reaksi
peradangan akut dan kronis. Pada reaksi akut, antibodi IgE yang terikat pada Fc
5
reseptor khusus mengenali antigen, dan sel-sel degranulate dan melepaskan mediator
seperti histamin dan produksi oksidasi AA, Jenis respon terjadi selama reaksi
anafilaksis makanan, racun serangga atau obat-obatanm sering dengan hasil becana.
Bila diatur dengan benar, respon ini dapat bermanfaat bagi tuan rumah. Sel mast juga
hadir dalam reaksi peradangan kronis, dan mungkin menghasilkan sitokin yang
berkontribusi terhadap fibrosis.
Inflamasi Akut
Inflamasi Kronik
a. Inflamasi Akut
Respon inflamasi merupakan upaya oleh tubuh untuk memulihkan dan
mempertahankan homeostasis setelah cidera. Sebagian besar elemen pertahanan
tubuh berada dalam darah dan inflamasi merupakan sarana sel-sel pertahanan tubuh
dan molekul pertahanan meninggalkan darah dan memasuki jaringan di sekitar
tempat luka (atau yang terinfeksi). Inflamasi pada dasarnya menguntungkan, namun
inflamasi berlebihan atau berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan.
Otot-otot polos sekitar pembuluh darah menjadi besar, aliran darah menjadi
lambat di daerah infeksi tersebut. Hal ini memberikan peluang lebih besar
bagi leukosit untuk menempel pada dinding kapiler dan keluar ke jaringan
sekitarnya.
Sel endotel (yaitu sel penyusun dinding pembuluh darah) menjadi kecil. Hal
ini menjadikan ruang antara sel-sel endotel meningkat dan mengakibatkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini dinamakan vasodilatasi.
6
Molekul adhesi diaktifkan pada permukaan sel-sel endotel pada dinding
bagian dalam kapiler (inner wall). Molekul terkait pada pada permukaan
leukosit yang disebut integrin melekat pada molekul-molekul adhesi dan
memungkinkan leukosit untuk rata (flatten) dan masuk melalui ruang antara
sel-sel endotel. Proses ini disebut diapedesis atau ekstravasasi.
Aktivasi jalur koagulasi menyebabkan fibrin clot secara fisik menjebak
mikroba infeksius dan mencegah mereka masuk ke dalam aliran darah. Hal ini
juga memicu pembekuan darah dalam pembuluh darah kecil di sekitarnya
untuk menghentikan perdarahan dan selanjutnya mencegah mikroorganisme
masuk ke aliran darah.
7
o Inflamasi awal dan Diapedesis
1. Selama tahap awal inflamasi, rangsangan seperti cidera atau infeksi memicu
pelepasan berbagai mediator inflamasi seperti leukotrien, prostaglandin, dan
histamin. Pengikatan mediator ini pada reseptornya pada sel endotel
menyebabkan vasodilatasi, kontraksi sel endotel, dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Selain itu, membran basal sekitar kapiler
menjadi penataaan-ulang sehingga mempromosikan migrasi leukosit dan
pergerakan makromolekul plasma dari kapiler ke jaringan sekitarnya.
Sel mast dalam jaringan ikat, juga basofil, neutrofil, dan trombosit
meninggalkan darah dari kapiler yang cidera, melepaskan atau merangsang
sintesis vasodilator seperti histamin, leukotrien, kinin, dan prostaglandin.
Produk tertentu dari jalur komplemen (C5a dan C3a) dapat mengikat sel-sel
mast dan memicu rilis agen vasoaktifnya. Selain itu, kerusakan jaringan
mengaktifkan kaskade koagulasi dan produksi mediator inflamasi seperti
bradikinin.
8
2. Pengikatan histamin pada reseptor histamin pada sel endotel memicu
upregulasi molekul P-selectin dan platelet-activating factor (PAF) pada sel
endotel yang melapisi venula.
9
5. Molekul LFA-1 molekul pada guliran leukosit sekarang dapat mengikat kuat
ke suatu molekul adhesi disebut intacellular adhesion molecul-1 (ICAM-1)
yang ditemukan pada permukaan sel-sel endotel membentuk dinding bagian
dalam di pembuluh darah.
6. Leukosit rata (flatten out), menerobos (squeeze) antara sel-sel endotel, dan
bergerak melintasi membran basement karena mereka tertarik terhadap agen
kemotaktik seperti protein komplemen C5a dan leukotrien B4 yang dihasilkan
oleh sel-sel di lokasi infeksi atau cidera.
10
o Inflamasi akhir dan Diapedesis
1. Biasanya dalam waktu dua sampai empat jam dari tahap awal inflamasi,
makrofag diaktifkan dan sel endotel vaskular melepaskan sitokin inflamasi
seperti TNF dan IL-1 ketika TLR mengikat PAMP. Hal ini memungkinkan
sel-sel endotel vaskular terdekat venula untuk meningkatkan ekspresi molekul
adhesi seperti P-selectins, E-selectins, ICAM, dan kemokin.
11
2. Pengikatan TNF dan IL-1 dengan reseptornya pada sel endotel memicu suatu
penjagaan respon inflamasi oleh upregulasi produksi molekul adhesi E-
selectin dan penjagaan ekspresi P-selectin pada sel-sel endotel yang melapisi
venula.
3. E-selectin pada permukaan bagian dalam dari sel-sel endotel sekarang dapat
mengikat kuat integrin terkait, E-selectin ligand-1 (ESL-1) pada leukosit.
4. Leukosit flatten out, squeeze antara sel-sel endotel, dan bergerak melintasi
membran basement karena mereka tertarik terhadap kemokin seperti IL-8 dan
monocyte chemotactic protein-1 (MCP-1) yang dihasilkan oleh sel pada
tempat infeksi atau cidera. Kebocoran fibrinogen dan fibronektin plasma
12
kemudian membentuk sebuah molekular scaffold yang meningkatkan migrasi
dan retensi leukosit di situs yang terinfeksi.
Manfaat Inflamasi
Sebagai hasil dari peningkatan permeabilitas, molekul plasma dan leukosit dari darah
masuk ke dalam jaringan. Manfaat molekul dalam plasma meliputi:
Leukosit masuk ke dalam jaringan melalui proses yang disebut diapedesis atau
ekstravasasi, dibahas di atas, inflamasi awal dan inflamasi akhir.
13
Manfaat diapedesis:
Sitokin yang disebut kemokin sangat penting dalam hal ini bagian dari respon
inflamasi. Mereka memainkan peran kunci dalam diapedesis-memungkinkan sel
darah putih untuk menempel pada permukaan dalam pembuluh darah, bermigrasi
keluar dari pembuluh darah ke dalam jaringan, dan secara kemotaktik tertarik ke
tempat cidera atau terinfeksi. Sitokin juga memicu pembunuhan ekstraseluler oleh
neutrofil.
Akhirnya, dalam waktu 1 sampai 3 hari makrofag melepaskan sitokin IL-1
dan TNF-. Sitokin ini merangsang sel-sel NK dan limfosit T untuk menghasilkan
sitokin IFN-. Sitokin ini kemudian berikatan dengan reseptor pada makrofag
menyebabkan produksi fibroblast growth factor (FGF) dan faktor angiogenik untuk
renovasi jaringan. Dengan proliferasi sel endotel dan fibroblas, sel endotel
membentuk jaringan kapiler baru ke daerah luka untuk memasok darah, oksigen, dan
nutrisi ke jaringan inflamasi. Fibroblast mendeposit protein kolagen di daerah terluka
dan membentuk jembatan jaringan penghubung untuk menutup daerah yang terbuka.
Proses ini disebut fibrosis atau scarred, dan merupakan tahap akhir proses
penyembuhan.
14
Inflamasi biasanya diatur secara ketat oleh sitokin. Sitokin inflamasi seperti
IFN- dan IL-12 meningkatkan respon inflamasi, sedangkan inflamasi IL-10
menghambat dengan mengurangi ekspresi sitokin inflamasi. Sehingga dapat dilihat,
inflamasi akut sangat penting untuk pertahanan tubuh.
b. Inflamasi Kronis
Pada diabetes, diperkirakan bahwa stres metabolik pada obesitas memicu sel
imun bawaan dan sel-sel lemak untuk memproduksi sitokin seperti TNF- yang dapat
mengganggu fungsi normal insulin.
15
Pada kasus penyakit Alzheimer, sel mikroglial, suatu sel seperti makrofag
yang ada sel-sel di otak, berinteraksi dengan protein -amyloid yang terkumpul di
neuron dan kemudian menghasilkan sitokin inflamasi dan radikal bebas yang
merusak neuron.
Perubahan vascular
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inflamasi kronis terjadi dalam kurun waktu berkepanjangan, berkisar dari dua
minggu hingga beberapa tahun, terjadi sebagai sebagai kelanjutan radang akut,
infeksi persisten oleh berbagai mikroorganisme, terpapar toksik terus menerus dan
gangguan autoimun. Pada inflamasi kronik, telah ditemukan adanya angiogenesis,
peradangan granulomatosa (terdiri dari akumulasi makrofag yang telah
berdiferensiasi menjadi epiteloid, keling limfosit, fibroblas dan jaringan ikat yang
dibentuknya)
17