Dakota
Dakota
Disusun Oleh:
Kelompok 2 Kelas G17-1S
Nama NPM
Ronny Wicaksono 1706089910
Antonius Adikusuma Mulyono 1706998290
I. ILUSTRASI PERMASALAHAN
Dakota Office Products (DOP) adalah distributor regional atas perlengkapan kantor
untuk institusi dan bisnis komersial. DOP menawarkan lini produk yang lengkap mulai dari
alat tulis (seperti pena, pensil, dan spidol) dan kertas HVS untuk fotokopi dan printer.
DOP mengoperasikan beberapa pusat distribusi dimana DOP melakukan bongkar muat
dari produknya dari produsen dan memindahkan kardus barang ke gudang hingga ada
pesanan. Setiap hari, setelah pesanan pelanggan diterima, personil DOP akan pergi ke gudang
untuk mengumpulkan barang pesanan dan mempersiapkan pengiriman.
DOP memesan perlengkaan dari pabrik yang berbeda. DOP menetapkan harga jualnya
dengan cara pertama-tama menaikkan harga beli perlengkapannya sebesar 15 persen untuk
menutupi biaya penyimpanan, distribusi dan pengiriman. Kemudian DOP menaikkan kembali
harganya untuk menutupi perkiraan biaya penjualan, ditambah dengan allowance untuk
keuntungan. Kenaikan harga ditetapkan setiap awal tahun berdasarkan biaya sebenarnya pada
tahun sebelumnya dan tren dari industri sejenis. Harga disesuaikan dengan situasi persaingan
namun secara umum tidak bergantung pada level pelayanan yang diberikan kepada pelanggan
kecuali untuk pengiriman jenis desk top.
DOP telah menggunakan Electronic Data Interchange (EDI) sejak tahun 1999 dan
situs internet pada tahun 2000, yang memungkinkan pesanan pelanggan masuk secara
otomatis sehingga juru catat tidak harus memasukkan data secara manual. Sebagian
pelanggan telah mengubah metode pesanannya dengan cara ini. Namun setelah diterapkan
sistem ini, biaya Dakota makin naik, sehingga membuat Manajer John Malone khawatir
bahwa dengan inovasi yang telah diterapkan seperti order secara elektronik dan pengiriman
metode desk top, perusahaan tidak bisa menghasilkan laba.
4 aktifitas utama pada pusat distribusi adalah mulai dari memproses karton keluar dan
masuk instalasi, pelayanan pengiriman desk top, menangani pemesanan, dan pemasukkan
data. Seluruh biaya penyimpanan dan pengemasan sebanding dengan jumlah karton yang
keluar masuk instalasi.
DOP menggunakan kargo komersil untuk pengiriman jenis normal dimana biayanya
berdasarkan volume barang. Setiap karton biaya pengirimannnya sama tanpa melihat berat
maupun jarak pengiriman. Menurut pengawas gudang, pengiriman dengan metode desk top
sangatlah merepotkan, ia harus menambah jumlah karyawan karena karyawan yang ada telah
memiliki banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan. Sehingga setelah dilakukan
pengumpulan data oleh Melissa Dunhill sebagai direktur operasi diperolehlah data berikut :
Bagian distribusi memproses 80.000 karton pada tahun 2000. Sebanyak 75.000 karton
dikirim melalui layanan pengiriman komersil. Sisanya sebanyak 5.000 dengan
pengiriman dengan metode desk top. DOP berhasil melakukan pengiriman dengan
metode desk top sebanyak 2000 pada tahun tersebut.
Para karyawan menganggap kapasitas pengemasan, pemrosesan dan pengiriman masih
bisa ditangani dengan sumber daya yang ada.
Data pemesanan yang diproses sebanyak 16.000 secara manual dan 8.000 dengan EDI.
Pemesanan secara manual tersebut setidaknya 10 item per pesanan sehingga lebih
kurang data yang harus dimasukkan sebanyak 150.000 data.
Setelah data ini terkumpul, lalu dibuat tim untuk melakukan analisis lanjutan. Pada
bagian distribusi, 90% personilnya bekerja dalam lingkup pemrosesan karton dan sisa 10%
nya melakukan pelayanan pengiriman metode desk top. Seluruh biaya gudang (sewa
gedung, depresiasi peralatan, biaya utilitas, asuransi dan PBB) dikaitkan dengan resi,
penyimpanan, dan penangganan karton. Truk pengiriman digunakan hanya untuk pengiriman
desk top. Operator data setidaknya bekerja 10.000 jam selama tahun 2000.
Profitabilitas Pelanggan
II. ANALISIS
1. Analisis