Auditing Inayaturrahmi Bab6

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Nama : Inayaturrahmi Ergiana Putri (155423)

Kelas : S1 Akuntansi Sore

Tugas : Auditing (Merangkum Bab 6: Tes Transaksi)

Standar pekerjaan lapangan ketiga IAPI (2011:326.1) berbunyi:

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan fonfirmasi sebagai dasar yang memadai intuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan

6.1 Sifat Bukti Audit (Audit Evidence)

Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek:
catatan elektronik fund system, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan
representasi tertulis dari pihak yang mengetahui, informasi yang diperoleh auditor melalui
perminyaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain
yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik
kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

Untuk dapat dikatan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Bukti ekstern yang
diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat di
andalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu
sendiri (Bukti Intern).

Menurut Konrath (2002:114&115) ada enam tipe bukti audit, yaitu:

1. Physical evidence: Terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi aau diinspeksi dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi
atau keberadaan.
2. Confirmation Evidence: adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,
kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar lien.
3. Documentary Evidence: Terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen
pendukung transaksi. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen mengenai
completeness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan
auditor untuk mentrasir dan melakukan voucing atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.
4. Mathematical Evidence: Merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan
rekonsiliasi yang dilakukan auditor.
5. Analythical Evidence: Bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap
informasi keuangan klien. Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk:
a. Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka laporan keuangan
tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki
kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun
presentase.
b. Common Size (Vertical) Analysis
c. Ratio Analysis, misalhnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
leverage dan rasio manajemen aset
6. Hearsay (Oral) Evidence: Merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor.
6.2 Compilence Test dan Subtantive Test

Tes ketaatan (Complience Test) atau test of recorded transactions adalah tes
terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan
untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat
sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen.

Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan daman salah satu aspek


pengendalian intern bisa diatasi dengan suatu compensating control.

Dalam melaksanakan complience test, auditor harus memperhatikan hal-hal


berikut:

a. Kelengkapan bukti pendukung (Supporting documents)


b. Kebenaran perhitungan matematis (Footing, Cross footing, extention)
c. Otoritasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar

Complience test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan
setelah perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
Substantive Test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan
keuangan (Laporan posisi keuangan [Neraca] dan laporan laba rugi)

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam subtantive test antara lain:

a. Inventarisasi aset tetap


b. Observasi atas stock opname
c. Konfirmasi piutang, utang dan bank
d. Subsequent collection dan subsequent payment
e. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

Jika pada waktu melakukan substantive test auditor menemukan kesalahan


material, auditor harus megusulkan audit adjustment secara tertulis (dalam
bentuk daftar kesalahan audit adjustment). Jika tidak disetujui dan audiot
yakin usulan tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified
opinion.

6.3 Cara Pemilihan Sample


Menurut PSA No 26:

Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo
akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain
dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan

Kedua pendekatan sampling diatas, jika diterapkan dengan semestinya dapat


menghasilkan bukti audit yang cukup

Metode sampling apapun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih


dahulu menyusun Sampling plan. Beberapa cara pemilihan sampling yang sering
digunakan adalah:

a. Random/Judgement Sampling
b. Block Sampling
c. Statistical Sampling

Anda mungkin juga menyukai