OLEH KELOMPOK 8 :
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PENGKAJIAN KESEHATAN PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi kesehatan adalah pengukuran suhu, nadi,
tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan saturasi oksigen. Sebagai indicator dari satus kesehatan,
ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena
sangat penting maka disebut dengan tanda vital. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan tanda
vital. Pengukuran tanda vital memberikan data untuk menentukan status kesehatan klien yang lazim
(data dasar), seperti respon terhadap stress fisik dan psikologis, terapi medis keperawatan, perubahan
tanda vital juga menandakan perubahan fungsi fisiologis. Perubahan tanda vital juga menandakan
kebutuhan intervensi keperawatan dan medis.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Pengkajian tanda vital
merupakan unsur esensial apabila dilakukan perawat dengan dokter melakukan dengan kolaborasi
dalam menentukan status kesehatan klien. Teknik pengukuran yang tepat menjamin hasil pengukuran
yang akurat.
Perawat melakukan pengkajian tanda vital untuk melakukan indikasi pemberian obat. Dokter
mungkin meminta beberapa obat hanya diberikan pada rentang nadi atau tekanan darah. Perawat tidak
memberikan obat jika tanda vital di luar batas tersebut.
A. SUHU TUBUH
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrem dan
aktivitas fisik, mekanisme control tubuh manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan
dalam relative konstan.
Tidak ada nilai suhu yang berlaku untuk semua orang. Pengukuran suhu tubuh ditujukan untuk
memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata yang representative. Suhu normal rata-rata
bervariasi tergantung lokasi pengukuran. Arteri paru menunjukan nilai yang paling
representative karena darah bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu tubuh pada
arteri paru merupakan standar dibandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat.
3. PERUBAHAN SUHU
a) Demam
Hiperpereksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas,yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh yang abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada
suhu dibawah 390C.
Pola demam:
Terus menerus : tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 10C sampai 20C
Intermiten :demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali
normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
Remiten :demam memuncak dan turun tanpa kembali ke suhu normal
Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode
demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
b) Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas.
c) Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
d) Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Keadaan inilah yang disebut heatstroke.
e) Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan
tubuh untuk memproduksi panas yang mengakibatkan hipotermia.
4. JENIS-JENIS TERMOMETER
Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh adalah air raksa-kaca,
elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab untuk banyak menetahui dan terampil
dalam menggunakan alat ukur yang dipilih. Tingkat pendidikan inservice dapat mempengaruhi
keakuratan dan reabilitas pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran menggunakan derajat
celsius atau skala fahrenheit. Termometer elektronik membuat perawat dapat mengonversi
skala dengan cara mngaktifkan tombol.
Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga batere yang dapat diisi ulang, kabel
kawat yang tipis dan alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung plastik sekali
pakai. Salah satu bentuk termometer elektronik menggunakan alat seperti pensil. Probe
tersendiri yang anti pecah tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan
untuk mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan terlihat pada
unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak pembacaan suhu terukur.
Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara khusus untuk pengukuran timpanik.
Spekulum otoskop dengan ujung sensor inframerah mendeteksi penyebaran panas dari
membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik dari mulai dimasukkan ke dalam kanal auditorius,
hasilnya terlihat pada layar. Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah tercapai.
Pengukuran
1. Timpani/telinga a. Tempatnya mudah a. Alat bantu dengar harus
dicapai dikeluarkan sebelum
b. Perubahan posisi pengukuran
yang dibutuhkan b. Tidak boleh dilakukan pada klien
klien
f. Secara emosional
kurang impasif
untuk anak-anak
dan remaja yang
sedang
membangun
identitas seksual
dan citra diri
2. Rectal a. Terbukti lebih a. Pengukuran suhu inti lebih
B. NADI
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di berbagai tempat pada tubuh.Nadi
merupakan indicator status sirkulasi.Sirkulasi merupakan alat melalui apa sel menerima nutrient
dan membuang sampah yang dihasilkan dari metabolisme. Supaya sel berfungsi secara normal,
harus ada aliran darah yang mengalir secara kontinyu dan dengan volume sesuai yang di
distribusikan darah ke sel-sel yang membutuhkan nutrient.
1. Pengkajian Nadi
Frekuensi nadi dapat diukur pada setiap arteri, namun arteri radialis dan arteri akrotid dapat
dengan mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi klien tiba-tiba memburuk, area
carotid adalah cara yang terbaik untuk menemukan nadi dengan cepat. Jantung akan
menghantar darah ke arteri akrotid secara terus menerus dengan cepat. Bila curah jantung
menurun secara signifikan, arteri perifer akan melemah dan sulit untuk diraba.
Nadi radialis dan apical merupakan tempat yang paling sering digunakan untuk mengkaji
frekuensi nadi. Tempat-tempat tersebut sering digunakan oleh individu untuk memantau
denyut jantung mereka sendiri(misalnya klien yang memulai program latihan yang
ditetapkan). Jika nadi radialis pada pergelangan tangan tidak normal, atau intermiten akibat
disritmia, atau jika nadi yang tidak dapat diraba karena balutan, gips, atau halangan lain,
yang dikaji adalah nadi apical. Pada saat klien menggunakan medikasi yang mempengaruhi
frekuensi jantung, nadi apical dapat memberikan pengkajian yang lebih akurat terhadap
fungsi jantung. Nadi apical merupakan tempat terbaik untuk mengkaji nadi bayi atau nadi
anak kecil karena nadi perifer dalam dan sulit untuk di palpasi dengan akurat.
Tempat Nadi
TEMPAT LETAK KRITERIA PENGKAJIAN
Temporal Di atas tulang tengkorak, dia atas dan Bagian yang mudah dicapai dan
lateral terhadap mata mudah untuk mengkaji pada anak-
anak
Carotid Sepanjang tepi medial otot Bagian yang mudah dicapai
sternokleidomastoid di leher. digunakan pada saat syok
psikologis atau henti jantungsaat
bagian lain tidak dapat diraba
Apical Rongga interkostal ke empat sampai Bagian ini digunakan untuk
ke lima pada garis midklavikular kiri mengauskultasi nadi apical
Brakial Alur di antara otot bisep dan trisep Bagian ini digunakan untuk
pada fosa antekubital mengkaji status sirkulasi ke lengan
bawah
Radial Radial atau sisi ibu jari dari jari Bagian yang biasa digunakan
telunjuk pada pergelangan tangan untuk mengkaji karakter nadi
perifer dan mengkaji status
sirkulasi ke tangan
Ulnar Bagian ulnar dari pergelangan tangan Bagian ini digunakan untuk
mengkaji status sirkulasi ke
tangan. Bagian ini juga digunakan
tes allen
Femoral Di bawah ligament inguinal, di tengah Bagian ini digunakan untuk
antara simfisi fubis dan spina ilaka pengkajian nadi pada saat syok
anterior superior psikologis atau henti jantung saat
nadi lain tidak dapat diraba dan
digunakan untuk mengkaji status
sirkulasi ke tungkai
Poplitea Di belakang tumit pada fosa popliteal Bagian ini digunakan untuk
mengkaji status sirkulasi ke
tungkai bagian bawah
Tibia posterior Bagian dalam pergelangan kaki di Bagian ini digunakan untuk
bawah maleolus medial mengkaji status sirkulasi ke kaki
Pedis dorsal Sepanjang bagian atas kaki dia antara Bagian ini digunakan untuk
tendon ekstensi dan jari kaki pertama mengkaji status sirkulsi ke kaki
dan besar
Penggunaan stetoskop
Pada saat mengkaji frekuensi denyut apical, perawat menggunakan stetoskop. Lima
bagian utama stetoskop adalah earpieces, binaural, selang, bel dan diafragma.
Karet atau plastic earpieces harus tepat masuk dan nyaman di telinga perawat. Binaural
harus melengkung cukup kuat sehingga earpieces berada tepat pada telinga tanpa
mengakibatkan ketidaknyamanan. Untuk mendapat bunyi terbaik, earpieces yang mengikuti
bentuk lubang telinga mengarah ke wajah pada saat stetoskop berada pada tempatnya.
Selang polivinil harus fleksibel dan panjangnya 30-40cm. makin panjang selang akan
mengurangi transmisi gelombang suara. Dinding selang harus tebal dan cukup keras untuk
mengeliminasi transmisi suara bising lingkungan dan mencegah selang terlipat, yang akan
mendistorsi transmisi gelombang suara. Stetoskop dapat memiliki satu atau dua selang. Dua
selang akan meningkatkan kejernihan dengan cara meminimalkan jumlah gelombang suara
yang kembali sebelum mencapai earpiece.
3. KARAKTERISTIK NADI
Pengkajian nadi radialis termasuk pengukuran frekuensi, irama kekuatan, dan kesamaan. Pada
saat mengauskultasi nadi apical, perawat hanya mengkaji frekuensi dan irama.
o Frekuensi
Sebelum mengkaji nadi perawat meninjau ulang frekuensi dasar klien sebagai perbandingan .
Banyak praktisi lebih menyukai untuk membuat dasar pengukuran dari frekuensi nadi saat klien
dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring. Perubahan postur menyebabkan perubahan
frekuensi nadi karena perubahan volume darah dan aktivitas simpatik. Perawat harus
mempertimbangkan perbedaan factor yang mempengaruhi frekuensi nadi.
Frekuensi apical merupakan pengkajian frekuensi jantung yang lebih akurat. Perawat mengkaji
frekuensi nadi apical dengan cara mendengarkan bunyi jantung. Perawat mencoba untuk
mengidentifikasi bunyi jantung pertama dan kedua (S1 dan S2). Pada frekuensi normal yang
lambat, S1 adalah bunyi nada rendah, bising dan terdengar sebagai lub . S2nadanya lebih tinggi
dan lebih pendek, menghasilkan bunyi dub setiap pasang diri lub-dub dihitung satu denyut
jantung.
o Irama
Secara normal irama merupakan interval regular yang terjadi antara setiap denyut nadi atau
jantung. Perawat mengidentifikasi disritmia dengan cara mempalpasi interupsi pada gelombang
nadi yang berturut-turut atau mengauskultasi interupsi antara bunyi jantung. Disritmia dapat
digambarkan sebagai ketidakteraturan yang teratur atau ketidakteraturan yang tidak teratur.
o Kekuatan
Kekuatan atau amplitude dari nadi merupakan volume darah yang dijelaskan ke dinding arteri
pada setiap kontraksi jantung dan kondisi system pembuluh darah arterialyang mengaruh pada
nadi.
o Kesamaan
Nadi kedua tempat dari system pembuluh darah perifer harus dikaji. Perawat mengkaji kedua
nadi radialis untuk membandingkan karakteristik masing-masing ekstremitas.
3. Pengkajian Pernafasan
Pernafasan adalah tanda vital yang paling mudah di kaji namun malah yang paling sering diukur
secara sembrono.Perawat yang trampil tidak akan memberi tahu klien bahwa pernafasannya
sedang dikaji. Pengkajian dapat sangat baik dilakukan segera setelah mengukur frekuensi nadi ,
dengan tangan perawat tetap di atas abdomen atau dada.
4. Frekuensi Pernafasan
Perawat mengobservasi inspirasi dan ekspirasi penuh pada saat menghitung frekuensi ventilasi
dan pernafasan. Frekuensi pernafasan berfariasi sesuai dangan usia. Alat yang membantu
perawat adalah monitor apnea.
Frekuensi pernapasan rata-rata normal menurut usia
USIA FREKUENSI
Bayi baru lahir 35-40
Bayi (6 bulan) 30-50
Toddler (2 tahun) 25-32
Anak-anak 20-30
Remaja 16-19
Dewasa 12-20
5. Kedalaman Ventilasi
Kedalaman pernafasan dikaji dengan mengobservasi drajad penyimpangan atau gerakan dinding
dada. Perawat menggambarkan secara subjektif gerakan ventilator sebagai dalam, normal dan
dangkal.
6. Irama Ventilasi
Selama mengkaji pernafasan perawat menetapkan interval waktu setelah setiap siklus
pernafasan, iramanya teratur atau tidak teratur.
Langkah :
1. Kaji factor yang secara normal mempengaruhi pernapasan
2. Jika klien sedang aktif tunggu 5-10 menit
3. Pastikan klien ada dalam posisi nyaman, lebih disukai duduk atau berbarig
dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan 45-60 derajat
4. Siapkan peralatan dan bahan :
a. Jam tangan dengan detik atau tampilan digital
b. Pena, lembar tanda vital atau lembar pencatatan
5. Pasang gorden atau tutup pintu. Cuci tangan.
6. Pastikan dada klien dapat dilihat. Jika perlu buka baju atau gown dari dada.
7. Letakan tangan klien pada posisi rileks yang tidak menghalangi pandangan
terhadap dada klien, atau letakan lengan perawat langsung di atas abdomen
klien.
8. Observasi status pernapasan komplet (satu inspirasi dan satu ekshalasi)
9. Setelah mengoservasi siklus, lihat detik jam tangan atau tampilan digital pada
jam dan hitung frekuensi; mulai menghitung satu pada siklus penuh
pernapasan.
10. Jika irama teratur pada orang dewasa, hitunglah jumlah pernapasan pada 30
detik dan kalikan 2. Pada bayi dan anak kecil hitunglah frekuensi satu menit
penuh
11. Pada orang dewasa jika irama tidak teratur atau kurang dari 12 atau lebih dari
20, hitung dalam 60 detik
12. Catat kedalaman, kaji secara subjektif dengan mengobservasi kedalaman
dinding dada saat menghitung frekuensi. Secara objektif kaji kedalaman
dengan mempalpasi penyimpangan dinding dada setelah frekuensi dihitung.
13. Perhatikan orama dan siklus pernapasan.
14. Bantu klien memakai kembali baju atau gown
15. Cuci tangan
16. Diskusikan temuan dengan klien jika diperlukan
17. Bandingkan pernapasan pada nilai dasar dan atau frekuensi pernapasan
normal terhadap kelompok umur
18. Catat frekuensi dan karakter pernapasan pada lembar pencatatan tanda vital
dan laporkan temuan abnormal kepada perawat atau dokter yang bertugas.
D. TEKANAN DARAH
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang di
dorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau arteri darah, tekanan darah dalam
arteri tubuh adalah indicator yang baik tentang kesehatan kardiovaskular. Aliran darah mengalir
pada system sirkulasi karena perubahan tekanan.darah mengalir dari daerah yang tekanannya
tinggi ke daerah yang tekanannya rendah. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan
tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan darah sistolik.
Pada saat ventrikel rileks dararh yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolic atau
minimum. Tekanan diastolic adalah tekanan darah minimal yang mendesak dinding arteri tiap
waktu.
Unit standar untuk pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mmHg).
Pengukuran menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapau kolom air raksa.
Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolic (mis.120/80). Perbedaan
antara sistolik dan diastolic adalah tekanan nadi.
1. Fisiologi tekanan darah arteri
a. Curah jantung
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa jantung (volume sekuncup)
selama 1 menit (frekuensi jantung) :
Curah jantung = frekuensi jantung X volume sekuncup
Tekanan darah (TD) bergantung pada curah jantung dan tahanan vascular
perifer:
Tekanan darah = curah jantung X tahanan vascular perifer
b. Tahanan perifer
Sirkulasi darah melalui jalur arteri, erteriol, kapiler, venula, dan vena. Arteri
dan arteriol dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi atau relaks untuk
mengubah ukuran lumen. Ukuran arteri dan arteriol berubah untuk mengatur
aliran darah bagi kebutuhan jaringan local. Misalnya,apabila lebih banyak
darah yang dibutuhkan oleh organ utama, arteri perifer berkontriksi
,menurunkan suplai darah. Darah menjadi tersedia lebih banyak bagi organ
utama karena perubahan tahanan di perifer. Normalnya arteri dan arteriol
tetap berkonstriksi sebagian untuk memperoleh tekanan darah yang konstan.
Tahanan pembuluh darah perifer adalah adalah tahanan terhadap aliran
darah yang ditentukan oleh tonus otot vascular dan diameter pembuluh
darah. Semakin kecil lumen pembuluh, semakin besar tahanan vascular
terhadap aliran darah. Dengan naiknya tahanan tekanan darah juga naik. Pada
dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun, tekanan darah juga turun.
c. Volume darah
Volume sirkulasi darah pada system vascular mempengaruhi tekanan darah.
Pada kebanyakan orang dewasa volume sirkulasi darahnya adalah 5000 ml.
normalnya volume darah tetap konstan. Bagaimanapun juga, jika volume
darah meningkat, tekanan terhadap dinding arteri menjadi lebih besar. Bila
darah sirkulasi menurun, seperti pada kasus hemoragi atau dehidrasi, tekanan
darah menurun.
d. Viskoisitas
Kekentalan atau viskoisitas mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati
pembuluh yang kecil. Hematokrit atau presentase sel darah merah dalam
darah menentukan viskoisitas darah. Apabila hematokrit meningkat, dan
aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik . jantung harus berkontraksi
lebih kuat lagi untuk menglirkan darah yan kental melalui system sirkulasi.
e. Elastisitas
Normalnya dinding darah arteri elastic dan mudah berdistensi. Bagaimanapun
juga pada penyakit tertentu, seperti arteries klerosis, dinding pembuluh
kehilangan elstistasnya dan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat
meregang dengan baik.
2. Factor yang mempengaruhi tekanan darah
Factor yang mempengaruhi tekanan darah:
a. Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Meningkat pada masa
anak-anak
b. Stress
Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengkibatkan stimulasi simpatik yang
meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vascular perifer. Efek-efek
stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.
c. Ras
Frekuensi hipertensi pada orang afrika amerika lebih tinggi dariapada orang eropa
amerika. Kecendrungan populasi ini terhadap hpertensi diyakini berhubungan dengan
genetic dan lingkungan
d. Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan
arah. Selam pengkajian tekanan darah, perawat menanyakan apakah klien menerima
medikasi anti hipertensi yang menurunkan tekanan darah.
e. Variasi Diurnal
Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara brangsur-angsur naik pagi
menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam. Tidak ada orang
yang pola dan derajat variasinya sama.
f. Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah anak laki-laki atau
perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang
lebih tinggi, setelah menopause wanita cenderung memiliki teknan darah yang lebih
tinggi daripada pria pada usia tersebut.
5. Vacuum Tube
Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini
berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung
dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir
ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
6. Blood Container
Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara. Ini biasa digunakan
untuk pemeriksaan manual, dan dengan keperluan tertentu misalnya pembuatan tampungan
sendiri untuk efisiensi biaya.
7. Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses
penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat
penusukan.
Pengambilan darah kapiler dimaksudkan untuk pemeriksaan laboratorium dengan volume yang
lebih sedikit dari pengambilan melalui vena. Pengambilan ini umumnya digunakan untuk
pemeriksaan dengan jumlah dibawah 500 mikroliter.
1. Lancet
Merupakan jarum kecil disposable yang digunakan untuk pengambilan darah kapiler
dipermukaan kulit atau ujung jari pasien. Bisa berupa classic lancet yang terpisah dari
pemantiknya. Atau bisa berupa automatic lancet yang langsung bisa dipergunakan tanpa
pemantik lagi.
2. Kapas alkohol.
3. Obyek Glass
Merupakan gelas preparat yang akan digunakan untuk pemaparan sediaan darah atau
pemeriksaan lain yang akan diperiksa dengan mikroskop.
4. Deck Glass
Adalah penutup obyek glass, berbentuk persegi lebih kecil dan tipis karena dimaksudkan
agar bisa menutupi preparat tanpa mengganggu pemfokusan pengamatan dibawah
mikroskop.
5. Tensimeter
Alat untuk mengukur tensi darah atau tekanan darah serta detak jantung manusia. Dalam
sampling tensi ini digunakan untuk memeriksa Bleeding timer.
6. Kertas Saring
Kertas yang mempunyai kerapatan tertentu sehingga bisa digunakan untuk menyaring
larutan. Bisa digunakan untuk pemeriksaan Bleeding time.
7. Tabung kapiler
Merupakan tabung kecil dengan diameter 1mm sehingga memiliki daya kapilaritas atau
menyerap cairan darah yang akan diambil. Sehingga cukup dengan menempelkan salah satu
ujungnya, maka darah akan mengisi tabung sesuai kebutuhan. Tabung kapiler dengan
antikoagulan bertanda strip merah, sedangkan tanpa koagulan dengan strip biru.
8. Wax
Merupakan dempul atau penutup yang digunakan sebagai penahan dasar tabung
hematokrit sehingga disaat penyimpanan sampel darah atau pemutaran nilai hematokrit,
darah bisa tertahan didalam tabung.
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena
median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan,
vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena
basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis
dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat
dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat
hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
Lengan pada sisi mastectomy
Daerah edema
Hematoma
Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
Daerah bekas luka
Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi
lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
Pemasangan turniket (tali pembendung), pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras
dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total). Melepas
turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya
udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
Penusukan
penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat
mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkan hematoma. Tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena
menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma. Kulit yang ditusuk masih basah oleh
alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan
rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
Prosedur :
a. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai
dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan
jarum terpasang dengan erat.
b. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
c. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
d. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum
obat tertentu, tidak puasa dsb.
e. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
f. Minta pasien mengepalkan tangan.
g. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
h. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
i. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
j. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah
masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash).
Usahakan sekali tusuk kena.
k. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka
kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
l. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
Prosedur :
a. Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, tabung vakum.
b. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
c. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
d. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
e. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum
obat tertentu, tidak puasa dsb.
f. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
g. Minta pasien mengepalkan tangan.
h. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
i. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
j. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
k. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke
dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka
darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.
Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti
dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
l. Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
m. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
o Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Anjurkan klien untuk batuk agar mengeluarkan sputum dan tampung
5. Pertahankan agar wadah dalam keadaan tertutup
6. Jika kultur untuk pemeriksaan BTA, ikuti instruksi yang ada pada botol penampung
biasanya diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan secara 3 hari berturut-turut
7. Buka sarung tangan
8. Catat tanggal pengambilan dan beri label
9. Cuci tangan.
Cara pengambilan
Menyiapkan cotton bud steril, media Carry and Blair sebagai media transport dan tempat
steril untuk menyimpannya. Menghapuskan luka atau kulit yang akan diambil
Sampelnya dengan cotton bud. Hindari cotton bud kontak dengan sekeliling luka
atau kulit yang akan diambil sampelnya
Penyimpanan
Cotton bud berisi sampel dapat langsung digunakan untuk pemeriksaan atau
apabila dimasukkan ke dalam media transport dapat disimpan pada suhu kamar
selama 3 jam, sedangkan jika disimpan dalam lemari es dapat mencapai 15 hari.
D. Pemeriksaan Urine
a. Kegunaan
1) Menafsirkan proses-proses metabolisme
2) Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)
b. Jenis pemeriksaan
1) Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
2) Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3) Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan)
4) Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
c. Persiapan alat
1) Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
3) Hand scoon
4) Kertas etiket
5) Bengkok
d. Prosedur tindakan
1) Mencuci tangan
2) Mengisi formulir
3) Memberi etiket pada wadah
4) Memakai hand scoon
5) Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
6) Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
7) Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
8) Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
9) Membereskan dan merapikan alat
10) Melepas hand scoon
11) Mencuci tangan
E. Pemeriksaan Faeces
a. Pengertian
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan yang
tertentu.
b. Tujuan
Untuk menegakkan diagnose
c. Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan telur
cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
d. Persiapan alat
1) Hand scoon bersih
2) Vasseline
3) Botol bersih dengan penutup
4) Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5) Bengkok
6) Perlak pengalas
7) Tissue
8) Tempat bahan pemeriksaan
9) Sampiran
e. Prosedur tindakan
1) Mendekatkan alat
2) Memberitahu pasien
3) Mencuci tangan
4) Memasang perlak pengalas dan sampiran
5) Melepas pakaian bawah pasien
6) Mengatur posisi dorsal recumbent
7) Memakan hand scoon
8) Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian
diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
9) Setelah dapat , dikeluarkan perlahan lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
10) Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
11) Melepas hand scoon
12) Merapikan pasien
13) Mencuci tangan
Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril. Caranya
sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.
Yang dimaksud dengan pengambilan sampel adalah mengambil specimen atau sampel
atau bahan pemeriksaan dari penderita, dengan memperhatikan waktu pengambilan, cara
pengambilan, dan banyaknya sampel yang diambil. Ada pula sampel diambil dari luar penderita
yaitu dari lingkungan/ sekitar penderita, misalnya air, makanan, minuman, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Rendy, M.Clevo. 2013. Buku Saku Keterampilan Dasar Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.