ABSTRAK
Latar Belakang: Diperkirakan bahwa ada lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir
ini menjalani hemodialisis. Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan
pada pasien gagal ginjal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi
permanen yang karena dilakukan terus menerus dapat menyebabkan keputusasaan.
Keputusasaan ini dapat berkurang bila keluarga memberikan dukungan pada pasien.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan emosional
keluarga dengan tingkat keputusasaan pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang.
Metode: Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang pada 20-21 Januari 2017
sebanyak 56 pasien. Teknik sampling yang digunakan accidental sampling. Sampel
sebanyak 36 responden. Instrumen penelitian kuesioner dukungan emosional keluarga
dan tingkat keputusasaan. Uji analisis data menggunakan Uji Chi Square.
Hasil: penelitian menunjukkan dukungan emosional keluarga pada pasien gagal ginjal
sebagian besar baik sebanyak 29 responden (80,6%), tingkat keputusasaan pasien
gagal ginjal sebagian besar tingkat ringan sebanyak 16 responden (44,4%). Tidak ada
hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dengan tingkat
keputusasaan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD
Tugurejo Semarang (p=0,345).
Simpulan: Saran keluarga diharapkan lebih mendukung pasien yang mengalami gagal
ginjal secara emosional cara memberikan perhatian sehingga tidak mengalami
keputus asaan.
PENDAHULUAN
Gagal ginjal kronik adalah gangguan faal ginjal yang berjalan kronik dari
mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Gagal ginjal terjadi ketika ginjal
tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi
regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan
tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin
dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit
sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus
urinarius dan ginjal. Setiap tahun 50.000 orang Amerika meninggal akibat gagal
ginjal menetap (Smeltzer dan Bare, 2010 ).
Hemodialisa merupakan salah satu tindakan untuk mengatasi gangguan fungsi
ginjal. Gangguan fungsi ginjal ada dua akut dan kronik. Gangguan fungsi ginjal salah
satunya adalah gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi
ginjal secara progresif dan ireversibel. Gagal ginjal kronik biasanya timbul beberapa
tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal, tetapi pada situasi tertentu dapat muncul
secara mendadak (Price, 2006).
Hubungan Dukungan Emosional Keluarga Dengan Tingkat Keputusasaan Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsud Tugurejo
Semarang 2
Lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini menjalani hemodialisis.
Berdasarkan data tahunan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun
2011, dari sekitar 12.500 pasien penderita gagal ginjal terminal yang membutuhkan
hemodialisa rutin, lebih dari 53% berusia dibawah 54 tahun. Mengutip data 7th
Report of Indonesian Renal Registry, urutan penyebab gagal ginjal pasien yang
mendapatkan haemodialisis berdasarkan data tahun 2014, karena hipertensi (37%),
penyakit dibetes mellitus atau Nefropati Diabetika (27%), kelainan bawaan atau
Glomerulopati Primer (10%), gangguan penyumbatan saluran kemih atau Nefropati
Obstruksi (7%), karena Asam Urat (1%), Penyakit Lupus (1%) dan penyebab lain
lain-lain (18%) (Kemenkes, 2016). Data di RSUD Tugurejo pada tahun 2015 pasien
hemodialisa berjumlah 238 pasien dan meningkat pada bulan Januari sampai
November 2016 menjadi 258 pasien (RM RSUD Tugurejo Semarang).
Perubahan fisik tersebut mengakibatkan pasien menjadi seseorang yang
lemah, tidak mampu melakukan kegiatan seperti sediakala dan tidak berdaya. Hal ini
memberikan perasaan tidak mampu dan tidak berdaya karena keterbatasan atau
kelemahan fisiknya, sehingga dapat mengakibatkan pasien gagal ginjal kronik
menjadi minder atau malu, pasien tidak mau bertemu dengan orang lain, menarik diri
dari lingkungan sosial.
Keputusasaan dapat diatasi dengan dukungan penuh dari keluarga. Dukungan
emosional keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka
dalam kehidupan (Harnilawati, 2013).
METODE PENELITIAN
Analisa Univariat
Tabel 1. Distribusi frekuensi dukungan emosional keluarga pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang.
Dukungan Emosional
Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Kurang Baik 7 19,4
Baik 29 80,6
Total 36 100,0
Tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan emosional
keluarga pada pasien gagal ginjal adalah baik sebanyak 29 responden (80,8%).
Tingkat keputusasaan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
RSUD Tugurejo Semarang.
Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat keputusasaan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang.
Tingkat Keputusasaan Frekuensi Persentase (%)
Sedang 6 16,7
Ringan 16 44,4
Normal 14 38,9
Total 36 100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat keputusasaan adalah ringan
sebanyak 16 responden (44,4%).
Analisis Bivariat
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. 2016. Hari Ginjal Sedunia 2016: Cegah Nefropati Sejak Dini.
http://www.depkes.go.id/article/print/16031000001/hari-ginjal-sedunia-2016-
cegah-nefropati-sejak-dini.html
Smeltzer & Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC