Anda di halaman 1dari 15

RESUME

Untuk Tutorial 9 - 12 ( HOMEOSTATIS TUBUH DAN LARUTAN ISOTONIK, HIPOTONIK , HIPERTONIK )


Disusun untuk memenuhi salah satu MATAPERKULIAHAN BLOK ILMU DASAR KEPERAWATAN I

DisusunOleh :
KELAS B TUTORIAL 6

Anggita Maharani Agustina Anggi Permana


Dede Haniffah Gema Ariandani
Ineke Feby Rahayu Fajar Fadilah
Lilis Nurul Asyiyani Inriani
Nina Agustina Siti Fatimah
Rima Apliriana Priska Pebriyani
Zia Noviani Fauziah Reza Hermanda

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................................................
1.1 MATERI ........................................................................................................................
1.2 PEMBAHASAN ............................................................................................................
1.3 PENUTUP ....................................................................................................................
1.3.1 Kesimpulan ......................................................................................................
1.3.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-nya penulis telah berhasil
menyusun Laporan tentang Homeostatis tubuh dan larutan isotonik, hipotonik , hipertonik. Laporan ini di buat
untuk menunjang proses pembelajaran keperawatan. Pada penulisan laporan ini kami menggunakan bahasa
sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Laporan ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa S1 keperawatan karena kami telah
berusaha melengkapi materi laporan sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang di sempurnakan.

Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu
kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang mata pelajaran Ilmu Dasar Keperawatan I.

Kuningan, 23 November 2017


1.1 MATERI

1. Homeostatis Tubuh

Homeostasis adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan atau terhadap lingkungan internal atau
eksternal yang senantiasa berubah sebagai suatu kunci keberhasilan, bertahan dan tetap hidup, atau suatu
keadaan seimbang yang sifatnya dinamis, yang dipertahankan tubuh melalui pergeseran dan penyesuaian atau
adaptasi terhadap ancaman yang berlangsung secara konstan.

A. Kompartemen dan komposisi cairan tubuh

1.Kompartemen cairan tubuh


Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu :
Cairan intraselular (CIS)
Cairan intraselular adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solut
yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel
membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan
cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya,
proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel.

Cairan ekstra selular (CES)


Cairan ini tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular. Cairan interstisial
mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sebagian besar cairan
tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh interstisial.

Pada orang dewasa 60% dari berat badan adalah air (cairan dan elektrolit).

A. Prosentase cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan

Umur Total cairan tubuh (%) terhadap BB


Bayi BL 77
6 Bulan 72
2 Tahun 60
16 Tahun 60
20-39 Tahun:
Pria/Wanita 60/50
40-59 Tahun: 55/47
Pria/Wanita

2. Komposisi Cairan tubuh

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut):
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah
air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.

A. Fungsi cairan tubuh

Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel

Mengeluarkan buangan-buangan sel

Mmbentu dalam metabolisme sel

Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit

Membantu memelihara suhu tubuh

Membantu pencernaan

Mempemudah eliminasi

Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)

B. insensible Loss

Insensible loss merupakan Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru. Untuk mengetahui Insensible
Loss (IWL) dapat menggunakan penghitungan sebagai berikut :

o DEWASA = 15 cc/kg BB/hari

o ANAK = (30 usia (th)) cc/kg BB/hari

Jika ada kenaikan suhu :

o IWL = 200 (suhu badan sekarang 36.8C)

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Sel-sel lemak

4. Stres

5. Sakit
6. Temperatur lingkungan

7. Diet

D. Tranpor Cairan tubuh

1. Difusi

Difusi adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Faktor-faktor yang meningkatkan difusi :

1. Peningkatan suhu

2. Peningkatan konsentrasi partikel

3.Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel

4.Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi

5.Penurunan jarak lintas dimana massa partikel harus berdifus

2. Transpor Aktif

1. Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.

2. Adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

3. Diperlukan Energi.

4. Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati membran sel meliputi: natrium, kalium,
hidrogen, glukosa dan asam amino.

5. Transport aktif adalah vital untuk mempertahankan keunikan komposisi baik CES dan CIS.

3. Filtrasi

1. Filtrasi adalah adalah merembesnya suatu cairan melalui selaput permeable.

2. Arah perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke daerah dengan tekanan
yang lebih rendah.

4. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel dari larutan
yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
B.Teori Asam basa

Asam dan basa adalah dua golongan zat kimia yang sangat umum ditemukan di sekitar kita. Sebagai
contoh, cuka, asam sitrun, dan asam dalam lambung tergolong asam, sedangkan kapur sirih dan soda api
tergolong basa. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yang berbeda. Pada mulanya, asam dan basa dibedakan
berdasarkan rasanya, di mana asam terasa masam sedangkan basa terasa pahit dan licin seperti sabun.
Namun, secara umum zat-zat asam maupun basa bersifat korosif dan beracun khususnya dalam bentuk
larutan dengan kadar tinggi sehingga sangat berbahaya jika diuji sifatnya dengan metode merasakannya.
Adapun teori asam basa menurut para ahli :

1. Teori Asam Basa Arrhenius

Teori ini pertama kalinya dikemukakan pada tahun 1884 oleh Svante August Arrhenius. Menurut
Arrhenius, definisi dari asam dan basa, yaitu:
1. asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion H+.
2. basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air melepaskan ion OH.

Gas asam klorida (HCl) yang sangat larut dalam air tergolong asam Arrhenius, sebagaimana HCl dapat
terurai menjadi ion H+dan Cl di dalam air. Berbeda halnya dengan metana (CH4) yang bukan asam Arrhenius
karena tidak dapat menghasilkan ion H+ dalam air meskipun memiliki atom H. Natrium hidroksida (NaOH)
termasuk basa Arrhenius, sebagaimana NaOH merupakan senyawa ionik yang terdisosiasi menjadi ion Na+ dan
OH ketika dilarutkan dalam air. Konsep asam dan basa Arrhenius ini terbatas pada kondisi air sebagai pelarut.

2. Teori Asam Basa BrnstedLowry

Pada tahun 1923, Johannes N. Brnsted dan Thomas M. Lowry secara terpisah mengajukan definisi
asam dan basa yang lebih luas. Konsep yang diajukan tersebut didasarkan pada fakta bahwa reaksi asambasa
melibatkan transfer proton (ion H+) dari satu zat ke zat lainnya. Proses transfer proton ini selalu melibatkan
asam sebagai pemberi/donor proton dan basa sebagai penerima/akseptor proton. Jadi, menurut definisi asam
basa BrnstedLowry asam adalah donor proton. Dan basa adalah akseptor proton.
Jika ditinjau dengan teori BrnstedLowry, pada reaksi ionisasi HCl ketika dilarutkan dalam air, HCl
berperan sebagai asam dan H2O sebagai basa.
HCl(aq) + H2O(l) Cl(aq) + H3O+(aq)
HCl berubah menjadi ion Cl setelah memberikan proton (H+) kepada H2O. H2O menerima proton
dengan menggunakan sepasang elektron bebas pada atom O untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk
ion hidronium (H3O+).
Sedangkan pada reaksi ionisasi NH3 ketika dilarutkan dalam air, NH3 berperan sebagai basa dan H2O
sebagai asam. NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH(aq) NH3 menerima proton (H+) dari H2O dengan
menggunakan sepasang elektron bebas pada atom N untuk berikatan dengan H+ sehingga terbentuk ion
ammonium (NH4+). H2O berubah menjadi ion OH setelah memberikan proton (H+) kepada NH3.
Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa (1) asam BrnstedLowry harus mempunyai atom hidrogen
yang dapat terlepas sebagai ion H+; dan (2) basa BrnstedLowry harus mempunyai pasangan elektron bebas
yang dapat berikatan dengan ion H+.

Kelebihan definisi oleh BrnstedLowry dibanding definisi oleh Arrhenius adalah dapat menjelaskan reaksi-
reaksi asambasa dalam fase gas, padat, cair, larutan dengan pelarut selain air, ataupun campuran heterogen.
Sebagai contoh, reaksi antara gas NH3 (basa) dan gas HCl (asam) membentuk asap NH4Cl. Beberapa zat
dapat bertindak sebagai asam, namun juga dapat sebagai basa pada reaksi yang lain, misalnya H2O, HCO3,
dan H2PO4. Zat demikian disebut amfiprotik. Suatu zat amfiprotik (misalnya H2O) akan bertindak sebagai
asam bila direaksikan dengan zat yang lebih basa darinya (misalnya NH3) dan bertindak sebagai basa bila
direaksikan dengan zat yang lebih asam darinya (misalnya HCl).

3. Teori Asam Basa Lewis

Pada tahun 1923, G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih luas dibanding kedua teori
sebelumnya dengan menekankan pada pasangan elektron yang berkaitan dengan struktur dan ikatan. Menurut
definisi asam basa Lewis, asam adalah akseptor pasangan elektron. Dan basa adalah donor pasangan elektron.
Berdasarkan definisi Lewis, asam yang berperan sebagai spesi penerima pasangan elektron tidak
hanya H+. Senyawa yang memiliki orbital kosong pada kulit valensi seperti BF3 juga dapat berperan sebagai
asam. Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan reaksi asambasa, di mana BF3 sebagai asam
Lewis dan NH3 sebagai basa Lewis. NH3 memberikan pasangan elektron kepada BF3 sehingga membentuk
ikatan kovalen koordinasi antara keduanya.
Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asambasa lain dalam
fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak melibatkan transfer proton. Misalnya, reaksi-reaksi
antara oksida asam (misalnya CO2 dan SO2) dengan oksida basa (misalnya MgO dan CaO), reaksi-reaksi
pembentukan ion kompleks seperti [Fe(CN)6]3, [Al(H2O)6]3+, dan [Cu(NH3)4]2+, dan sebagian reaksi dalam
kimia organik.

C. Derajat Keasaman Larutan

Suatu larutan asam atau larutan basa memiliki tingkat keasaman atau tingkat kebasaan yang berbeda.
Tingkat keasaman atau kebasaan dari suatu larutan disebut derajat keasaman yang dilambangkan dengan pH
(dibaca : pe - ha). Nilai derajat keasaman dari suatu larutan berkisar antara 0 sampai 14. Derajat keasaman dari
suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan indikator universal atau alat yang disebut dengan pHmeter.
Derajat keasaman dari suatu larutan menentukan sifat larutan tersebut, apakah bersifat asam, bersifat basa,
atau bersifat garam (netral).

1. Skala Derajat Keasaman

Nilai derajat keasaman dari suatu larutan berkisar antara 0 - 14. Nilai pH dari suatu larutan menentukan
sifat dari larutan tersebut. Makin kecil nilai pH-nya, maka derajat keasamannya makin kuat. Artinya, larutan
tersebut makin bersifat asam. Sebaliknya, makin besar nilai pH-nya, maka derajat kebasaannya makin kuat.
Artinya, larutan tersebut makin bersifat basa.
Untuk larutan yang memiliki nilai pH kurang dari 7 ( 0 < pH < 7), maka larutan tersebut bersifat asam.
Sedangkan, untuk larutan yang memiliki nilai pH lebih dari 7 (7 < pH < 14), maka larutan tersebut bersifat basa.
Jika suatu larutan mempunyai nilai pH = 7, maka larutan tersebut bersifat garam (netral).

2. Menentukan Derajat Keasaman dengan Indikator Universal

Kertas indikator universal memiliki empat buah garis yang berwarna, yaitu kuning, hijau, jingga, dan
jingga kecokelatan. Garis warna tersebut akan mengalami perubahan warna jika kertas indikator universal
dicelupkan ke dalam suatu larutan yang memiliki sifat tertentu.
Perubahan warna yang terjadi pada garis warna kertas indikator universal dicocokkan dengan tabel
berikut ini untuk menentukan nilai pH suatu larutan.
Tabel nilai PH berdasarkan perubahan warna pada kertas indikator:

E. Larutan Elektrolit dan non elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik, sedangkan larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik. Larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi elektrolit kuat
dan elektrolit lemah. Elektrolit kuat mempunyai daya hantar yang relatif tinggi walaupun konsentrasinya relatif
kecil, sedangkan elektrolit lemah mempunya daya hantar yang relatif rendah walaupun konsentrasinya relatif
besar. Adapun jenis jenis larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan daya hantar listrik:

1. Larutan elektrolit kuat

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion ion karena terurai sempurna,
maka harga derajat ionisasi ( ) = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan dengan derajat ionisasi ( )
yaitu perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat yang di hantarkan. Yang tergolong elektrolit
kuat adalah :

Asam asam kuat


Basa basa kuat
Garam garam yang mudah larut

Ciri ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang dan timbul
gelembung gelembung di sekitar elektrode. Larutan elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya senyawa elektrolit
kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna membentuk ion positif ( kation )
dan ion negatif (anion). Arus listrik merupakan arus electron. Pada saat di lewatkan ke dalam larutan elektrolit
kuat, electron tersebut dapat di hantarkan melalui ion ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel.
Akibatnya lampu pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam larutan. Contoh :
HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.

2.Larutan elektrolit lemah


Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi
sebesar 0 < > 1. Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil menjadi ion ion ketika
larut dalam air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :

Asam asam lemah

Garam garam yang sukar larut

Basa basa lemah

Adapun larutan elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gas
termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah. Contohnya adalah larutan ammonia, larutan cuka dan larutan H2S.

3. Larutan non elektrolit

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat terlarutnya
di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion ion ( tidak mengion ). Yang tergolong jenis larutan ini adalah
larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain lain.

5. Sistem buffer tubuh

Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika ditambah sedikit asam/basa atau ketika
diencerkan. Buffer memiliki dua macam : asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya. Buffer
dalam tubuh manusia adalah darah. Jika darah tidak memiliki buffer maka ketika minum jus jeruk yang kecut,
tubuh kita dapat mengalami asidosis ( pH darah asam ) (Anonim, 2008).
Buffer dalam darah adalah jenis buffer yang terdiri dari asam lemah dan garamnya. Asam lemah nya
adalah asam karbonat H2CO3 ( asam lemah ) dan garamnya adalah HCO3-. Buffer tersebut dapat
mempertahankan pH darah sekitar 7,35 7,45 dengan reaksi sebagai berikut :
H2CO3 + OH- => HCO3- + H2OHCO3- + H+ => H2CO3
Ketika masuk zat asam dalam tubuh maka yang bertugas menetralisir adalah asam lemah (asam
karbonat). Jika masuk zat basa, yang bertugas menetralisisr adalah garamnya.

A. Ketika masuk zat asam

ketika hal ini terjadi asam karbonatlah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si asam ini dan
bereaksi dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi berupa
garam yang banyak. Garam ini sebagain disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui urin. Jadi kalo banyak
makan atau minum yang asam asam, kita akan banyak menghasilkan urin. Karena asam karbonat bereaksi
dengan asam untuk menetralkan tadi, maka jumlah asam karbonat akan berkurang sehingga kita perlu
mempeorlhnya dari pernafasan CO2.

B. Ketika masuk zat basa

ketika hal ini terjadi garam lah yang menjadi pahlawan. Ia akan menghadapi si basa ini dan bereaksi
dengannya. Hasil reaksi ini membuat keadaan kembali netral dan menghasilkan hasil reaksi berupa asam
karbonat yang banyak. Asam karbonat ini sebagain disimpan dan jika lebih akan dibuang melalui nafas (CO2).
Jadi kalo banyak makan atau minum yang basa basa, kita akan banyak menghasilkan CO2.
Kebanyakan reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup hanya dapat berlangsung pada pH
tertentu. Oleh karena itu, cairan tubuh harus merupakan larutan penyangga agar pH senantiasa konstan ketika
metabolisme berlangsung. Dalam keadaan normal, pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah 7,35 7,5.
Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme dari zat-zat, tetapi keadaan setimbang
harus selalu dipertahankan dengan jalan membuang kelebihan asam tersebut. Hal ini disebabkan karena
penurunan pH sedikit saja menunjukkan keadaan sakit.
pH darah tubuh manusia berkisar antara 7,35-7,45. pH darah tidak boleh kurang dari 7,0 dan tidak
boleh melebihi 7,8 karena akan berakibat fatal bagi manusia. Organ yang paling berperan untuk menjaga pH
darah adalah paru-paru dan ginjal. Kondisi di mana pH darah kurang dari 7,35 disebut asidosis. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya kondisi asidosis antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, kencing manis, dan
diare yang terus-menerus. Sedangkan kondisi di mana pH darah lebih dari 7,45 disebut alkolosis. Kondisi ini
disebabkan muntah yang hebat, hiperventilasi (kondisi ketika bernafas terlalu cepat karena cemas atau histeris
pada ketinggian). Untuk menjaga pH darah agar stabil, di dalam darah terdapat beberapa larutan penyangga
alami, yaitu:

a. Penyangga hemoglobin

Oksigen merupakan zat utama yang diperlukan oleh sel tubuh yang didapatkan melalui pernapasan.
Oksigen diikat oleh hemoglobin di dalam darah, di mana O2 sangat sensitif terhadap pH. Reaksi kesetimbangan
yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut.
HHb+ + O2 H+ + HbO2
Produk buangan dari tubuh adalah CO2- yang di dalamtubuh bisa membentuk senyawa H 2CO3 yang
nantinya akan terurai menjadi H+ dan HCO3-. Penambahan H+ dalam tubuh akan mempengaruhi pH, tetapi
hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat mengikat H+ membentuk asam hemoglobin(HHb+).

b. Penyangga karbonat

Penyangga karbonat juga berperan dalam mengontrol pH darah. Reaksi kesetimbangannya adalah:

H+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq) H2O(aq) + CO2(aq)


Perbandingan molaritas HCO3- terhadap H2CO3 yang diperlukan untuk mempertahankan pH darah
7,4 adalah 20:1. Jumlah HCO3- yang relatif jauh lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil
metabolisme yang diterima darah lebih banyak bersifat asam.

c. Penyangga fosfat

Penyangga fosfat merupakan penyangga yang berada di dalam sel. Penyangga ini adalah campuran
dari asam lemah H2PO4- dan basa konjugasinya, yaitu HPO42-. Jika dari proses metabolisme sel dihasilkan
banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42- HPO42-(aq) + H+(aq)
H2PO4-(aq)
Dan jika proses metabolism sel menghasilkan senyawa yang bersifat basa, maka ion OH- akan
bereaksi dengan H2PO4-. H2PO4-(aq) + OH-(aq) HPO42-(aq) + H2O(l)
Sehingga perbandingan [H2PO4- ] / [HPO42-] selalu tetap dan akibatnya pH larutan tetap.Penyangga
ini juga ada di luar sel, tetapi jumlahnya sedikit. Selain itu, penyangga fosfat juga berperan sebagai penyangga
urin.
Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH
darah turun di bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8, dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh
atau bahkan kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan asidosis (penurunan pH) adalah
penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus (penyakit gula), diare yang terus menerus, atau makanan
berkadar protein tinggi dalam jangka waktu lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi karena olahraga
intensif yang dilakukan terlalu lama. Alkalosis (peningkatan pH darah) dapat terjadi sebagai akibat muntah yang
hebat, hiperventilasi (bernapas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas atau histeris atau berada di
ketinggian). Suatu penelitian yang dilakukan terhadap para pendaki gunung yang mencapai puncak Everest
(8.848 m) tanpa oksigen tambahan menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,77,8. Hiperventilasi
diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah (kira-kira 43 mmHg) di tempat setinggi itu.

2.Larutan Iotonik, hipotonik dan hipertonik

A. Larutan isotonik
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan
Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

B. Larutan Hipotonik
Osmolaritasnya (tingkat kepekatan) lebih rendah dibandingkan serum (bagian cair dari komponen
darah), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas
tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan
dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5% .

C. Larutan Hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan
dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%,
NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.
1.2 PEMBAHASAN

Homeostatis sangat berperan dalam tubuh. Karena homeostatis itu merupakan kemampuan yang
mengatur keseimbangan tubuh. Keseimbangan tubuh sendiri tentu sudah menjadi jaminan dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan yang dapat memunculkan masalah bagi tubuhnya, baik dari dalam tubuh maupun
dari luar tubuh. Oleh karena itu homeostatis harus benar benar dijaga dan dipertahankan. Karena jika tidak,
keseimbangan tubuh akan terganggu dan tubuh tidak dapat memperbaikinya yang dapat mengakibatkan
kerusakan yang fatal pada tubuh.
Homeostatis dengan cairan itu saling berhubungan karena untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh memerlukan cairan agar keseimbangan tubuh tetap stabil. Ketika tubuh kekurangan cairan maka akan
mengakibatkan terganggunya keseimbangan tubuh yaitu dehidrasi. Dehidrasi sendiri dibagi menjadi 3 yaitu,
dehidrasi ringan, dehidrai berat, dan dehidrasi sedang
Contohnya saja pada kasus pasien B yang mengalami diare, dengan gejala utama buang air besar
encer dengan frekuensi yang sering yang mengakibatkan pasien B menjadi kekurangan cairan. Dimana saat
diare cairan yang keluar dari dalam tubuh adalah cairan elektrolit dan mineral, karena didalam tubuh 60% dari
berat badan merupakan cairan elektrolit dan mineral. Untuk memenuhi cairannya pasien B akan diberikan
cairan. Cairan yang cocok untuk pasien B yaitu cairan isotonik karena zat yang terkandung dalam cairan isotonik
itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu pasien B juga akan diberikan cairan yang melalui infus, cairan infus
yang cocok adalah RL (750cc). Adapun pengobatan secara tradisional untuk pasien B misalnya saja pengobatan
diare dengan jahe. Cara pembuatannya yaitu Sediakan sepotong kecil jahe bersih kemudian parut. Lalu
tambahkan satu sendok teh madu. Kemudian bisa langsung dikonsumsi. Hindari minum air segera
setelah memakannya.
1.3 PENUTUP

1.3.1 Kesimpulan
n
1.3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai