Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi ini tersusun atas batuan batuan yang tersebar di berbagai belahan
bumi, pengertian dari batuan itu sendiri adalah suatu gabungan dari beberapa
material maupun mineral yang terbentuk secara alami. Batuan terbagi menjadi 3 ,
yaitu : batuan beku , batuan sedimen dan batuan metamorf.Tetapi kali ini akan
membahas tentang batuan beku. Batuan beku itu sendiri adalah jenis batuan yang
terbentuk karena pembekuan dan juga pengerasan pada magma yang
pembentukannya di bawah maupun di atas permukaan bumi.Batuan beku ini
terbentuk karena penurunan suhu yang drastis pada cairan magma yang sehingga
magma tersebut mengalami pembekuan yang akhirnya membentuk suatu batuan
beku. Batuan beku tersebut terbentuk dari kumpulan kumpulan mineral yang
terdapat pada Serie Bowen.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari tujuan praktikum mengenai batuan beku ini adalah untuk
mengetahui genesa dari batuan beku dan juga paham akan pendeskripsian batuan
beku.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah:
Mengetahui proses keterbentukan atau orogenesa pada batuan terutama
pada batuan beku.
Mengetahui mineral penyusun batuan beku.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Genesa Batuan Beku


Batuan beku atau biasa disebut dengan batuan igneus merupakan jenis
batuan terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan proses
kristalisasi, baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif maupun diatas dari
bagian atas selubung bumi. serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah
bergerak dan cenderung ke permukaan bumi. Magma ini dapat berasal dari batuan
setengah cair maupun batuan yang sudah ada, baik dimantel ataupun dikerak
bumi. Umumnya proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi, karena
perpedaan proses pendinginan magma tersebut, maka terjadi berbagai jenis
batuan beku dari asam sampai ultra basa.
Dari hasil pembekuan magma, yang dimulai dari pembekuan lambat maka
akan menghasilkan batuan dengan tekstur yang sangat kasar, kemudian diikuti
dengan pembekuan sedang yang akan menghasilkan batuan dengan tekstur
kasar, selanjutnya pembekuan cepat yang akan menghasilkan batuan dengan
teksur yang halus, dan pembekuan sangat cepat yang akan menghasilkan batuan
bertekstur gelas atau biasa disebut dengan amorf.

Sumber : Dakoda, 2001


Gambar 2.1
Bentuk Tubuh Batuan Beku

2
3

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi keterbentukan batuan beku :


Differensiasi Magma
Perubahan yang terjadi pada magma tersebut bersifat relatif homogen
sehingga terpecah menjadi beberapa bagian dengan komposisi yang berbedaan
perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan temperatur maupun tekanan pada
mineral yang membeku. Oleh karena itu pada saat magma mengalami penurunan
temperatur dan tekanan tertentu, mineral yang memiliki titik lebur tinggi mulai
mengkristal, sementara magma yang lain belum mengalami titik bekunya masih
terus naik, hingga mencapai temperatur dan tekanan yang sesuai pada
pembekuaanya. Diferensiasi magma bersifat:
Basal: Basa-Ultrabasa
Basal: Basa-Menengah
Granit-Granodiorit : Asam
Asimilisasi Magma
Ketika magma naik ke permukaan, maka magma tersebut hanya melewati
batuan samping, hal ini yang mengakibatkan terjadi interaksi antara magma dan
batuan samping. Interaksi yang terjadi antara lain meleburnya batuan samping,
terjadi reaksi batuan samping dan pelarutan batuan samping, dengan demikian
magma akan mengalami perubahan komposisi. Tingkat perubahan komposisi
magma tergantung jenis batuan magma, jenis batuan samping, dan jauh dekatnya
jarak yang ditempuh magma.
Mineral Sekunder
Mineral sekunder adalah mineral yang merupakan hasiil ubahan
mineralmineral primer, proses ubahan tersebut antara lain karena pelapukan,
sirkulasi larutan karena sisa magma akibat metamorfisis. Contoh: klorit, serisit,
kaolin, epidot.

Sumber : Jhonan, 2014


Foto 2.1
Klorit
4

Berikut urutan pembentukan magma berdasarkan temperatur :


Tahap Ortomagnetik
Pembekuan magma yang pertama kali dengan temperatur >800oC
Tahap Pegmatik
Pembekuan magma pada temperatur antara 600o-800o
Tahap pneumatolitik
pembekuan magma pada temperatur antara 400o-600o C serta kaya akan
gas
Tahap hidrotermal
Pembekuan magma berkisar pada 100o-400o C. Berupa larutan sisa yang
kaya akan gas dan larutan/cairan.
2.2 Mineral Penyusun Batuan Beku
Mineral pembentuk batuan beku dapat dibagi tiga kelompok yaitu:
1. Mineral Utama
Mineral utama merupakan mineral yang terdapat pada kristalisasi magma,
biasanya hadir dalam jumlah cukup banyak dan menentukan nama dan sifat
batuan. Contoh : kuarsa, plagioklas, ortoklas, olivin, piroxine.

Sumber: Dakota, 2001


Foto 2.2
Kuarsa
2. Mineral Tambahan
Mineral tambahan ini merupakan mineral hasil kristalisasi magma akan tapi
jumlahnya relatif sedikit dan tidak menentukan nama/sifat batuan. Umumnya
berupa mineral berat semisal zircon, apatit, magnetit, hematit dll.
5

Sumber: Dakota, 2001


Foto 2.3
Hematite
3. Mineral Sekunder
Mineral sekunder merupakan mineral yang merupakan hasil ubahan
mineral primer, proses ubahan tersebut antara lain hasil proses pelapukan,
sirkulasi larutan, sisa magma karena metamorfisis. Contoh : klorit, kalsit dll.

Sumber: Dakota, 2001


Foto 2.4
Kalsit
2.3 Klasifikasi Batuan Beku
1. Berdasarkan Pembentukannya
Berdasarkan pembentukannya batuan beku terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ini terbentuk dibawah permukaan bumi, magma telah
mengalami kristalisasi sempurna sebelum naik ke permukaan bumi. Batuan intrusif
biasanya memiliki tekstur batuan kasar. Contoh batuan intrusif, seperti : Granit,
Gabro dan lain lain.
b. Batuan Beku Ekstusif
Batuan beku ini terbentuk diatas permukaan bumi, magma/lava membeku
di luar permukaan bumi. Batuan jenis ini biasanya memiliki tekstur yang halus.
Contoh batuan ekstrusif seperti : Andesit, Diorit, Basalt dan lain lain.
6

2. Berdasarkan Kandungan SiO2


Menurut (C.L. Hugnes, 1962) batuan beku menurut kandungan silica nya
di bagi menjadi:
Batuan beku asam, yaitu bila kandungan SiO2 antara lebih dari 66%
Batuan beku intermediate, yaitu apabila kandungan SiO2 antara 52% -66%.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%.
Batuan beku ultrabasa, abapila kandungan SiO2 kurang dari 45%

Sumber : Graha, 2004


Gambar 2.2
Mineral Utama Pembentuk Batuan Beku
BABIII
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Pendeskripsian 10 Batuan Beku. ( 5 Intrusif dan 5 Ekstrusif)
2. Menggambarkan Daur Geologi & Orogenesa Batuan
3.2 Pembahasan
1). Kode Batuan : LG/BB/001/2017

Warna : Black

Derajat Kristalisasi : Hypokristalin

Hubungan Antar Butir : Equigranular

Granularitas :-

Tekstur Khusus : Pumice

Struktur : Vesikuler

Genesa : Ekstrusif

Komposisi Mineral :-

Jenis Batuan : Basa

Nama Batuan : Basalt

Gambar 3.1 Foto 3.1


Batu Basalt Batu Basalt
2). Kode Batuan : LG/BB/148/2017
Warna : Dark Slate Gray

7
8

Derajat Kristalisasi : Hypokristalin


Hubungan Antar Butir : Inequigranular
Granularitas : Afanitik
Tekstur Khusus :-
Struktur : Masif
Genesa : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Piroksin, Horblenda, Biotit, Kuarsa
Jenis Batuan : Basa
Nama Batuan : Basalt

Gambar 3.2 Foto 3.2


Batu Basalt Batu Basalt

3). Kode Batuan : LG/BB/138/2017


Warna : BurlyWood
Derajat Kristalisasi : Hypokristalin
Hubungan Antar Butir : Equigranular
Granularitas : Afanitik
Tekstur Khusus :-
Struktur : Masif
Genesa : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Piroksin, Horblend, Plagioklas
Jenis Batuan : Intermediet
Nama Batuan : Andesit
9

Gambar 3.3 Foto 3.3


Batu Andesit Batu Andesit

4). Kode Batuan : LG/BB/83/2017


Warna : Dark Grey
Derajat Kristalisasi : Hypokristalin
Hubungan Antar Butir : Equigranular
Granularitas : Afanitik
Tekstur Khusus :-
Struktur : Masif
Genesa : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Piroksin, Horblend, Plagioklas
Jenis Batuan : Intermediet
Nama Batuan : Andesit

Gambar 3.4 Foto 3.4


Batu Andesit Batu Andesit

5). Kode Batuan : LG/BB/103/2017


Warna : DarkGrey
Derajat Kristalisasi : Hypokristalin
Hubungan Antar Butir : Equigranular
Granularitas : Afanitik
Tekstur Khusus :-
10

Struktur : Masif
Genesa : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Piroksin, Horblend, Plagioklas, Kuarsa
Jenis Batuan : Intermediet
Nama Batuan : Andesit

Gambar 3.5 Foto 3.5


Batu Andesit Batu Andesit

6). Kode Batuan : LG/BB/169/2017


Warna : DimGrey
Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Hubungan Antar Butir : Inequigranular
Granularitas : Fanerik
Tekstur Khusus :-
Struktur : Masif
Genesa : Intrusif
Komposisi Mineral : Biotit, Piroksin, Kuarsa
Jenis Batuan : Basa
Nama Batuan : Basalt

Gambar 3.6 Foto 3.6


Batu Basalt Batu Basalt
11

7). Kode Batuan : LG/BB/138/2017


Warna : Pale Green
Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Hubungan Antar Butir : Inequigranular
Granularitas : Faneritik Halus
Tekstur Khusus :-
Struktur : Masif
Genesa : Intrusif
Komposisi Mineral : Piroksin, Horblend, Plagioklas, Biotit
Jenis Batuan : Intermediet
Nama Batuan : Diorit

Gambar 3.7 Foto 3.7


Batu Diorit Batu Diorit

8). Kode Batuan : LG/BB/61/2017


Warna : Park Turqoise
Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Hubungan Antar Butir : Inequigranular
Granularitas : Faneritik Halus
Tekstur Khusus :-
Struktur : Masif
Genesa : Intrusif
Komposisi Mineral : Piroksin, Horblend, Plagioklas, Biotit
Jenis Batuan : Intermediet
Nama Batuan : Diorit
12

Gambar 3.8 Foto 3.8


Batu Diorit Batu Diorit

9). Kode Batuan : LG/BB/18/2017


Warna : Burly Wood
Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Hubungan Antar Butir : Inequigranular
Granularitas : Faneritik Halus
Tekstur Khusus :-
Struktur : Masif
Genesa : Intrusif
Komposisi Mineral : Kuarsa, Horblend, Plagioklas, Biotit
Jenis Batuan : Asam
Nama Batuan : Granit

Gambar 3.9 Foto 3.9


Batu Granit Batu Granit

10). Kode Batuan : LG/BB/14/2017


Warna : Cirnsik
Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Hubungan Antar Butir : Inequigranular
Granularitas : Faneritik Halus
Tekstur Khusus :-
13

Struktur : Masif
Genesa : Intrusif
Komposisi Mineral : Kuarsa, Orthoclas, Horblend, Plagioklas, Biotit
Jenis Batuan : Asam
Nama Batuan : Granit

Gambar 3.10 Foto 3.10


Batu Andesit Batu Andesit
Pada pendeskripsian batuan beku terdapat batuan beku intrusif dan batuan
beku ekstusif. Batuan beku intrusif terbentuk dibawah permukaan bumi yang
dimana biasa juga disebut dengan batuan plutonik. Batuan beku intrusif tersebut
mempunyai beberapa karakterstik diantaranya, pendinginan yang memungkinkan
timbulnya kristal yang agak besar dan sempurna keterbentukannya. Sedangkan
batuan beku merupakan batuan yang proses pembentukannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif memiliki berbagai struktur yang memberi
pentunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan tersebut.
Pada deskripsi batuan beku dengan kode LG/BB/14/2017 dan
LG/BB/18/2017 memiliki tektur yang kasar dan mineral yang terdapat pada batuan
tersebut terlihat jelas secara kasat mata dengan komposisi mineral felsik. Yang
dimana dapat diketahui bahwa batuan beku tersebut merupakan genesa intrusif
dengan jenis batuan asam dengan nama batuan batu granit
Pada batuan dengan kode LG/BB/61/2017 dan LG/BB/158/2017 memiliki
tekstur yang kasar dan terdapat mineral yang terlihat jelas secara kasat mata
dengan komposisi mineral felsik dan mafik. Dimana dari deskripsi diatas dapat
ditentukan bahwa batuan beku tersebut merupakan batuan beku intrusif dengan
jenis batuan intermediet dan mempunyai nama batuan batu diorit.
Batuan dengan deskripsi LG/BB/109/2017 memiliki tekstur yang kasar dan
mineral yang terdapat pada batuan tersebut terlihat jelas secara kasat mata
dengan komposisi mineral mafik. Dimana pada hasil deskripsi tersebut dapat
14

diindikasikan bahwa batuan beku tersebut merupakan batuan beku intrusif dengan
jenis batuan intermediet dan memiliki nama batuan gabro.
Pada pendeskripsian batuan beku dengan kode LG/BB/103/2017 ,
LG/BB/83/2017 dan LG/BB/138/2017 memiliki tekstur yang agak halus dan ukuran
kristal yang agak kecil bahkan tidak terlihat jelas dengan kasat mata. Pada batuan
tersebut memiliki komposisi mineral felsik dimana dapat diindikasikan bahwa
batuan tersebut merupakan batuan ekstrusif dengan jenis batuan intermediet dan
memiliki nama batuan andesit.
Pada deskripsi batuan dengan kode LG/BB/148/2017 dan LG/BB/01/2017
memiliki tekstur yang halus dengan keterdapatan mineral pada batuan tersebut
terlihat kecil dan tidak terlihat jelas atau terlihat kecil secara kasat mata dan
merupakan mineral mafik yang dimana dapat diindiksikan bahwa batuan tersebut
merupakan batuan dengan genesa ekstrusif dan jenis batuan basa dengan nama
batuan basalt.
2. Daur Geologi dan Orogenesa
a. Daur Geologi

Gambar 3.11
Daur Geologi
Daur geologi atau biasa disebut dengan daur batuan merupakan tahap-
tahap ataupun perubahan pembrntukan batuan. Batuan pertama adalah batuan
beku yang terjadi akibat magma mendingin dan memadat. Proses ini dapat terjadi
baik dibawah maupun diatas permukaan bumi. Batuan beku dipermukaan bumi
bersentuhan langsung dengan atmosfer setiap saat, maka perlahan-lahan ia
terdekomposisi. Proses ini disebut proses pelapukan (weathering). Material hasil
rombakan ini, yang terlepas dari induknya, tertransport dan terendapkan oleh
berbagai media, erosi, gravitasi, aliran air, gletsyer, angin atau gelombang sebagai
15

sedimen atau endapan, ditempat yang rendah (laut), sebagai lapisan-lapisan


mendatar.
Melalui proses litifikasi, yang artinya berubah menjadi batuan, sedimen ini
menjadi batuan sedimen. Yang dimana jika batuan sedimen berada jauh di bawah
permukaan bumi atau terlibat dalam dinamika pembentukan pegunungan
(orogenesa), ia akan dipengaruhi oleh tekanan yang besar dan suhu yang cukup
tinggi. Akibatnya batuan sedimen metamorfosa atau batuan malihan.
Dan bila batuan metamorfosa berada pada tekann dan suhu tinggi ia akan
melebur dan menjadi magma. Perulangan atau daur tersebut tidaklah selalu
demikian, akan tetapi ada penyimpangan penyimpangan. Misalnya batuan beku
disamping tersingkap di permukaan, dapat juga dipengaruhi oleh panas dan
tekanan tinggi jauh dibawah permukaan bumi, akan menjadi batuan metamorfosa,
bahkan dapat melebur kembali menjadi magma. Sebaliknya batuan sedimen dan
batuan metamorfosa bila berada di atas permukaan bumi akan mengalami proses
pelapukan dan erosi, seperti pada daur batuan dibawah ini.
b. Orogenesa

Gambar 3.12
Orogenesa
Orogenesa ini merupakan proses terjadinya gunung api dan juga
merupakan awal keterbentukan batuan. Pada orogenesa ini dapat dilihat
pemekaran kerak benua yang dimana lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan bumi, kemudian
membentuk busur gunung api tengah samudra. Tumbukan antar kerak samudra
dan kerak benua yang mengakibatkan kerak samudra menunjam kebawah kerak
samudera yang dimana pada proses tersebut dapat menghasilkan peleburan dan
batuan. Kerak samudera menjauh satu sama lain mengakibatkan rekahan atupun
patahan yang dimana merupakan tempat jalan ke permukaan lelehan batuan atau
magma sehingga terdapat magma disepanjang rekahan.
BAB IV
ANALISA

Pembentukan batuan beku terjadi karena proses kristalisasi magma,


terdapat dua jenis kristalisasi batuan beku yaitu secara intrusif yang memiliki
karakteristik mineral berbentuk kasar yang diartikan dapat terlihat dengan kasat
mata karena proses yang lambat membentuk mineral yang beragam dan
sempurna sedangkan ekstusif bentuk mineral halus dalam artian mineral yang
tidak terlihat kasat mata dan tidak terlalu banyak dibandingkan dengan batuan
batuan intrusif mengapa batuan intrusif dapat kita ketahui sedangkan batuan
intrusive dekat dengan aktivitas magma dibawah permukaan bumi dengan
demikian dikarenakan batuan intrusive tersebut mengalami intrusi atau gaya-gaya
geologi yang menyebabkan batuan beku intrusive bisa kita jumpai saat ini. Dalam
pendeskrispsian mineral batuan beku ada disebutkan granularitas yang diartikan
besaran ukuran kristal mineral batuan beku, dikarenakan kita melakukan
pendeskripsian batuan beku secara kasat mata granularitas hanya terdapat dua
yaitu fanerik yang terlihat kasat mata ukuran mineral besar-besar sedangkan
afanitik biasanya adalah batuan beku ekstrusif yang mineralnya halus dan ukuran
mineral < 1mm, untuk aspek selanjutnya adalah derajat kristalin yang mengartikan
kandungan dalam sebuah batuan beku tersebut adalah kristal atau amorf yang
lebih dominan, ada tiga jenis dalam aspek pendeskripsian batuan beku mengenai
drajat kristalin yaitu : holokristalin, hypokristalin dan holohyalin untuk batuan beku
intrusive hampir memiliki derajat kristalin holokristalin karena bentuk kristal yang
beragam dan dominan, mengapa dalam hypokristalin kita bisa menyimpulkan ada
amorf dalam batuan beku yang kita deskripsikan sedangkan biasanya jenis ini
memiliki mineral yang tidak terlihat atau keragaman mineral yang tidak banyak dan
tidak terlihat kita dapat menyimpulkan batuan beku tersebut hypokristalin oleh
karena itu indikasi ada amorf dalam hypokristalin dengan parameter sebagaian
kristal dalam batuan yang memiliki kebentukan sama yang di indikasikan
didalamnnya ada amorf oleh karena itu lebih spesifikasi dengan menggunakan
mikroskop.

16
BAB V
KESIMPULAN

Batuan beku terbentuk karena pengkristalan magma yang mengalami


penurunan suhu yang sangat drastis sehingga magma mengalami
pembekuan.Dalam batuan beku ini juga terdapat 2 macam jenis batuan beku
menurut sifat fisiknya , yaitu batuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif.Jenis
batuan beku tersebut bergantung pada tempat berlangsungnya keterbentukan
tersebut. Dalam proses pembentukan suatu batuan beku atau genesa batuan beku
seringkali mengalami gangguan yang akhirnya mineral yang terdapat pada batuan
beku tersebut kurang jelas,faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh diferensiasi
magma, asimilasi magma dan juga fraksinasi.
Pada batuan beku memilki beberapa karateristik baik dari warna yang
biasanya dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku itu sendiri
oleh karena itu pencampuran warna mineral merupakan faktor utama pewarnaan
batuan beku. Dari tekstur batuan beku juga tergantung kepada jenis mineralnya
karena komposisi dari mineral tersebut akan berhubungan dengan ukuran butir,
tingkat kristalisasi, dan bentuk kristal. Dari keseragaman butir terdapat
equigranular yang mineralnya berukuran relatif seragam, sedangkan
inequigranular memiliki ukuran yang tidak seragam. Dalam pengamatan kasat ata
terdapat dua jenis yaitu afinitik yang tidak terlihat jelas dan fanerik yang
mempunyai mineral yang terlihat jelas. Dalam tingkat kristalisasi terdapat
holokristalin, hypokristalin, dan holoialin.
Mineral penyusun batuan beku yaitu : mineral utama yang merupakan
mineral yang terdapat pada kristalisasi magma, biasanya hadir dalam jumlah
cukup banyak dan menentukan nama dan sifat batuan, mineral tambahan yang
merupakan mineral hasil kristalisasi magma akan tapi jumlahnya relatif sedikit dan
tidak menentukan nama/sifat batuan. Dan mineral sekunder yang merupakan
mineral yang merupakan hasil ubahan mineral primer, proses ubahan tersebut
antara lain hasil proses pelapukan, sirkulasi larutan, sisa magma karena
metamorfisis.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Setyobudi, Try , 2012, Batuan Beku dan Klasifikasi keterbetukannya,


http://www.ptbudie.com, Diakses tanggal 30 Oktober 2017 (Referensi
Internet)

2. Dicky, Andrea, 2008, Golongan Batuan Beku Berdasarkan Genesa,


http://nationalinks.blogspot.co.id, Diakses tanggal 29 Oktober 2017
(Referensi Internet)

3. Nuriani, Handayani. 2014. Batuan Beku. https://wingmanarrows.


wordpress.com. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2017 (Referensi
Internet)

4. Q, Geng. 2008 Batuan Beku Materi Pengantar Pengetahuan Geologi,


Pekanbaru.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai