Anda di halaman 1dari 4

1.

Pembahasan mengenai Baku Mutu Lingkungan :

Gambar 1 Keputusan Gubernur DI Yogyakarta No 153 Tahun 2002

Berdasarkan lampiran peraturan dan/atau perundang-undangan yang


berlaku di Indonesia, terdapat beberapa aspek yang memiliki nilai penting
dalam sebuah peraturan terkait pencemaran udara. Maka, yang akan kami
jabarkan berikut adalah keterkaitan baku mutu lingkungan, baik baku mutu
udara ambien.
Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehakan
bagi zat atau bahan pencemar yang ada di udara, namun tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh tumbuhan dan atau benda.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 Tangal 26 Mei 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional, menyatakan
bahwa kadar SO2, NO2, H2S, CO dan PM10 di udara yang memenuhi syarat
berturut-turut adalah tidak melebihi dari 900 g/m3, 400 g/m3, 30.000
g/m3, 150 g/m3. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan
Kadar H2 S di udara yang memenuhi syarat adalah tidak melebihi dari 0,02
ppm.
Baku mutu lingkungan merupakan ukuran batas atau kadar mahluk
hidup, zat, energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup. Jika unsur pencemar di lingkungan melewati baku mutu
lingkungan yang ditetapkan maka dikatakan lingkungan mengalami
pencemaran.
Sehubungan dengan batu mutu lingkungan, ada istilah nilai ambang
batas yang merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya
toleransi atau kemampuan lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi atau
terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen
lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan khususnya
yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi lingkungan
yang telah melebihi nilai ambang batas (batas maksimum dan minimum) yang
telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan
bahwa lingkungan tersebut telah tercemar.
Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang
mengatur baku mutu serta peruntukan lingkungan memungkinkan
pengendalian pencemaran lebih efektif karena toleransi dan atau keberadaan
unsur pencemar dalam media (maupun limbah) dapat ditentukan apakah
masih dalam batas toleransi di bawah nilai ambang batas (NAB) atau telah
melampaui. Dasar hukum baku mutu lingkungan terdapat dalam Undang-
undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 15 yang berbunyi sebagai berikut:
Perlindungan lingkungan hidup dilakukan berdasarkan baku mutu
lingkungan yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam


keputusannya No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu
air pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku
mutu udara emisi dan baku mutu air laut.
Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:
1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah
batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar
terdapat dalam air, namun air tetap berfungsi sesuai dengan
peruntukannya;
2. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat
atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke
dalam air pada sumber air, sehingga tidak menyebabkan
dilampauinya baku mutu air;
3. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan
dan benda;

Terkait baku mutu udara ambien dan emisi ditetapkan dengan


maksud untuk melindungi kualitas udara di suatu daerah.
Baku mutu udara ambien dan emisi limbah gas yang dibuang ke
udara harus mencantumkan secara jelas dalam izin pembuangan gas.
Semua kegiatan yang membuang limbah gas ke udara ditetapkan
mutu emisinya dalam pengertian:
1. Mutu emisi dari limbah gas yang dibuang ke udara tidak
melampaui baku mutu udara emisi yang telah ditetapkan.
2. Tidak menyebabkan turunnya kualitas udara.

Baku mutu udara ambien terdiri dari 9 jenis:


1. Sulfur dioksida; 6. Hidrokarbon;
2. Karbon monoksida; 7. Amoniak;
3. Oksida nitrogen; 8. Timah hitam/timbal;
4. Oksida; 9. Debu.
5. Hidrogen sulfida;
Parameter Baku mutu Waktu

SO2, g/m3 (ppm) 260 (0.1) 24 jam


CO g/m3 (ppm) 2.260 (20) 8 jam
NOx g/m3 (ppm) 92.5 (0.05) 24 jam
O3 g/m3 (ppm) 200 (1.0) 1 jam
Debu g/m3 (ppm) 260 24 jam
Pb g/m3 (ppm) 60 24 jam
H2S g/m3 (ppm) 42 (0.03) 30 menit
NH3 g/m3 (ppm) 1.360 (2) 24 jam
HC g/m3 (ppm) 160 (0.24) 3 jam
Tabel 1. Baku Mutu Udara Ambien (KepMen KLH. No.
02/MENKLH/1988)

Status mutu udara ambien ini ditetapkan berdasarkan


inventarisasi dan/atau penelitian terhadap baku mutu udara ambien,
potensi sumber tercemar udara, kondisi meteorologis dan geografis,
serta tata guna tanah.

4. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi
zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran
ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambien;
5. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi,
atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan
pencemar yang ditenggang adanya dalam air laut.

Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan


Pembangunan Lingkungan Hidup. Bandung: PT. Refika Aditama
https://www.academia.edu/9037423/baku_mutu_lingkungan

Anda mungkin juga menyukai