Kembang
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun oleh:
Ira Damayanti (14100290 )
Liny Rahma Ningtyas (1410029037)
Bobby Faisyal Rakhman (1410029020)
Pembimbing:
dr. Diane M. Supit, Sp. A
Menyetujui,
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
yang berjudul Failure To Thrive (Gagal Tumbuh) + Bronkopneumonia.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan referat ini tidak lepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Diane M. Supit, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase
anak.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2014 yang telah bersedia memberikan
saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, Tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Oktober, 2015
Penulis
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Salah satu gangguan pertumbuhan yang terjadi pada anak adalah gagal
tumbuh (Failure to thrive). Gagal tumbuh (failure to Thrive) adalah suatu keadaan
4
yang ditandai dengan kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan seharusnya,
tidak naik (flat growth) atau bahkan turun dibandingkan pengukuran sebelumnya
(diketahui dari grafik pertumbuhan). Gagal tumbuh merupakan tanda yang paling
sering terjadi pada anak yang mengalami gizi kurang. Berat badan dan tinggi
badan gagal untuk bertambah dengan kecepatan yang diharapkan. Hal ini dapat
terjadi karena satu atau kombinasi dari berbagai faktor, seperti asupan gizi tidak
adekuat, absorbsi zat gizi terganggu, kegagalan penggunaan zat gizi, dan
meningkatnya kebutuhan zat gizi. Faktor-faktor utama yang ikut mempengaruhi
gagal tumbuh adalah kemiskinan, kurangnya asuhan emosional dan sosial serta
infeksi terutama infeksi parasit pada saluran cerna.3,4
Prevalensi gagal tumbuh pada anak secara pasti tidak diketahui karena
anak dengan gagal tumbuh sering tidak teridentifikasi terutama di negara
berkembang.3 Di Amerika Serikat, diperkirakan gagal tumbuh terjadi pada 5
sampai 10 persen dari populasi anak kecil dan sekitar 3 sampai 5 persen dari anak
tersebut dibawa ke rumah sakit.5 Berdasarkan data riskesdas 2007 prevalensi
gagal tumbuh di Indonesia berkisar antara sekitar 20 sampai lebih dari 50 persen
per propinsi dan mayoritas propinsi lebih dari sepertiga dari anak usia 6 sampai
15 tahun terganggu pertumbuhannya. Di Sumatera Barat, sekitar 40 persen anak
usia 6 sampai 15 tahun mengalami gagal tumbuh.6
5
BAB 2
RESUME
Pasien masuk RS pada tanggal 06 Oktober 2015 melalui Poliklinik Anak
RSU A.W. Sjahranie Samarinda. Masuk ke Ruangan Melati 09 Oktober 2015.
Identitas:
Nama : An. A.A
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sebulu
Tanggal masuk : 06 Oktober 2015
Orang tua
Ayah : Bpk. M.R. (19 tahun, Staf Desa)
Ibu : Ibu. M.W. (17 tahun, IRT)
Anamnesis:
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 oktober 2015 di
ruang melati.
1. Keluhan Utama
Berat badan tidak naik
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua pasien mengaku berat badan anaknya tidak naik dalam 2
bulan setelah lahir. Berat badan lahir 2100 gr. Pasien lahir pada usia
kehamilan 36-37 minggu dan Lahir spontan di tolong bidan. Selama 2 bulan
masa kehidupannya, pasien mengkonsumsi ASI dan susu formula. Pasien
juga mengalami batuk- batuk sejak 1 minggu SMRS. Batuk terus menerus
tidak tergantung oleh waktu. Ibu pasien mengakui batuk berlendir. Batuk ini
disertai dengan demam 2 hari SMRS. Demam diakui tidak terlalu tinggi
namun tidak pernah diukur suhunya. 1 bulan yang lalu pasien pernah
menjalani pengobatan infeksi paru-paru namun keluhan muncul lagi 1
6
minggu SMRA. Tidak ada mual, muntah. BAK dan BAB dalam batas
normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami infeksi paru-paru 1 bulan yang lalu diobati
namun keluhan muncul kembali.
5. Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal di daerah perumahan. Daerah disekitar rumah sering
terdapat pembakaran sampah yang asapnya sampai ke rumah pasien. Dalam
rumah ditinggali oleh 3 orang. Tidak ada hewan peliharaan dirumah.
Kebersihan di rumah menurut pengakuan keluarga cukup bersih. Tidak ada
anggota keluarga yang merokok.
7
8. Riwayat Imunisasi
Imunisasi wajib lengkap
Hepatitis B : 1 kali
BCG : 1 kali
Polio : 1 kali
DPT :-
Campak :-
PB Lahir : 44 cm PB sekarang : 50 cm
Gigi keluar :- Berdiri :-
Duduk :- Masuk SD :-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi : 160x/menit Suhu : 38,2oC
Frekuensi nafas : 67x/menit
Status Gizi
Berat Badan : 2,7 kg
Panjang Badan : 50 cm
8
BB/U : Z-skor < -3 SD (Gizi buruk)
TB/U : Z-skor < -3SD (Perawakan pendek)
BB/TB : Z-skor +1 (Normal)
9
x
10
x
11
Status generalisata
Kepala
Bentuk : normal , lingkar kepala : 38 cm (- 3 SD)
Rambut : tidak ada
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil 3mm/3mm, refleks
cahaya (+/+)
Hidung : nafas cuping hidung -|- , secret (-)
Mulut : mukosa basah, tidak pucat, faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
Leher
KGB : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, retraksi (+)
Palpasi : gerakan napas sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), Ronchi (+/+), bunyi jantung I
& II normal, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, simetris, datar, scar (-)
Palpasi : soefl, distended, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
Superior & Inferior : akral hangat, CRT <2 detik, tidak edema
12
Pemeriksaan Penunjang:
1. Darah lengkap
Penatalaksanaan:
1. D5 NS 175 cc/24 jam
2. O2 nasal 1 lpm
3. Inj. Ampicillin 3x380 mg
4. Inj. Dexametason 3 x 0,4 mg
5. Inj. Gentamicin 3 x 15 mg
6. Nebulizer ventolin 1 cc + 3 cc Nacl (4x)
7. Vit A 1x 50.000 IV
8. Asam folat 1x1 mg
9. Transfusi PRC 25 cc (1x)
10. Minum sedikit--sedikit
Prognosa
Dubia
13
Follow up harian
S O AP
6/10/15 Batuk (+), Composmentis A : BP + Gizi Buruk
Sesak (+), HR: 200x/menit
Demam (-), RR: 67x/menit P:
T: 37,4 C D5 NS 175 cc/24 jam
BB 2500 gr Kepala: ane (-), ikt (- O2 nasal 1 lpm
), sianosis (-), napas Inj. Ampicillin 3x380 mg
cuping hidung (-) Inj. Dexametason 3 x 0,4 mg
Thorax: retraksi Inj. Gentamicin 3 x 15 mg
intercostal (+), whe (- Nebulizer ventolin 1 cc + 3 cc
), rho (+/+), s1s2 Nacl (4x)
tunggal regular Vit A 1x 50.000 IV
Abd Soefl (+) BU (+) Asam folat 1x1 mg
Ekstremitas edema (-) Transfusi PRC 25 cc (1x)
Minum sedikit--sedikit
14
8/10/15 Batuk (+), Composmentis A : BP + Gizi Buruk
Sesak (+) berkurang, HR: 165x/menit
Demam (-), RR: 55x/menit P:
T: 37,4 C D5 NS 175 cc/24 jam
BB 2500 gr Kepala: ane (-), ikt (- O2 nasal 1 lpm
), sianosis (-), napas Inj. Ampicillin 3x380 mg
cuping hidung (-) Inj. Dexametason 3 x 0,4 mg
Thorax: retraksi Inj. Gentamicin 3 x 15 mg
intercostal (-), whe (- Nebulizer ventolin 1 cc + 3 cc
), rho (+/+), s1s2 Nacl (4x)
tunggal regular Vit A 1x 50.000 IV
Abd Soefl (+) BU (+) Asam folat 1x1 mg
Ekstremitas edema (-) Zink 1x tab
Cotrimoxazol syr 2 x cth
Sanmol drop 4x0,3 cc (k/p)
SUSU infantri 8x50 cc
15
SUSU infantri 8x50 cc
Boleh pindah ruang biasa
16
13/10/15 Batuk (-), Composmentis A : BP + Gizi Buruk
Sesak (-) HR: 156x/menit
Demam (-), RR: 40x/menit P:
T: 36,4 C Inj. Ampicillin 3x380 mg
BB 3000 gr Kepala: ane (-), ikt (- Inj. Dexametason 3 x 0,4 mg
), sianosis (-), napas Vit A 1x 50.000 IV
cuping hidung (-) Asam folat 1x1 mg
Thorax: retraksi Cotrimoxazol syr 2 x cth
intercostal (+), whe (- Sanmol drop 4x0,3 cc (k/p)
), rho (-/-), s1s2
Gizi berdasarkan RDA
tunggal regular
Abd Soefl (+) BU (+) Kalori 108 kkal/kgbb/hari
17
19/10 2015 Batuk +, pilek +, Composmentis A : FTT + Post BP + Susp
Demam HR: 142x/menit Hirscprung
RR: 48x/menit
BB 3100 gram T: 36,4 C P:
Kepala: ane (-), ikt (- Pro Rectosigmoidografi
), sianosis (-), napas Diet berdasarkan RDA 8x85cc
cuping hidung (-) CTM 0,5 mg
Thorax: retraksi Ambroxol 1,5mg Pulv 3x1
intercostal (-), whe (- Ephedrine 1,5mg
), rho (-/-), s1s2
tunggal regular
Abd Soefl (+) BU (+)
Ekstremitas edema (-)
20/10/2015 Sesak pada malam Composmentis A : FTT + BP + Susp Hirscprung
hari sebelumnya, HR: 136x/menit
batuk +, pilek + RR: 54x/menit P:
T: 38,4 C Pro Rectosigmoidografi
BB 3100 gram Kepala: ane (-), ikt (- Diet berdasarkan RDA 8x85cc
), sianosis (-), napas CTM 0,5 mg
cuping hidung (-) Ambroxol 1,5mg Pulv 3x1
Thorax: retraksi Ephedrine 1,5mg
intercostal (+), whe (- Amoxicilin 3x150mg
), rho (-/-), s1s2 Gentamycin 2x 20mg
tunggal regular O2 nasal kaul 1-2lpm
Abd Soefl (+) BU (+)
Ekstremitas edema (-)
20/10/2015 Sesak, pasien pucat HR: 156x/menit P:
RR: 74x/menit O2 Masker 5-7lpm
Jam 21.00 T: 38,7 C Inj. Dexamethason ekstra ampul
sianosis (+), napas Observasi
cuping hidung (+) Pindah PICU
Thorax: retraksi
18
intercostal (+), whe (-
), rho (+/+)
SpO2 70%
21/10/2015 Jam 03.00 Pasien dinyatakan Meninggal
19
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Normal
Pertumbuhan adalah suatu proses bertambah besarnya ukuran fisik dan struktur tubuh,
adapun indikatornya adalah berat badan, panjang badan, tinggi badan, lingkar kepala dan
lingkar lengan atas. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan
berat (gram, kilogram) dan satuan panjang (centimeter, meter).1
Fase pertumbuhan tercepat terjadi pada masa intrauterin. Berat badan lahir bayi cukup
bulan rata-rata 3,3 kg, sedangkan panjang badan rata-rata 50 cm. Pada beberapa hari pertama
berat badan akan turun 10% disebabkan karena kehilangan cairan, namun kembali meningkat
dalam dua minggu setelah lahir.4
Pertumbuhan anak setelah lahir dibagi dalam 3 fase yaitu4:
1. Bayi
Pada fase ini terjadi pertumbuhan yang cepat dari berat badan, panjang badan dan
lingkar kepala bayi. Rata-rata pertambahan panjang badan adalah 25 cm pada tahun pertama,
12 cm pada tahun kedua dan 8 cm pada tahun ketiga. Diantara usia 2 sampai 3 tahun panjang
badan anak telah mencapai 50% tinggi badan akhir. Berat badan pada 3 bulan pertama
bertambah sebesar 1 kg/bulan, pada usia 3 sampai 6 bulan bertambah sebesar 0,5 kg/bulan,
pada usia 6 sampai 9 bulan bertambah sebesar 0,33 kg/bulan dan pada usia 9 sampai 12
bulan sebesar 0,25 kg/bulan. Saat usia 5 bulan berat badan bayi bertambah dua kali lipat dari
berat badan lahir, menjadi tiga kali lipat dari berat badan lahir pada usia 1 tahun dan empat
kali lipat pada usia 2 tahun. Pada fase ini pertumbuhan kepala mengalami pertambahan yang
cepat yaitu bertambah rata-rata 12 cm selama tahun pertama kehidupan dan 5 cm selama
tahun kedua kehidupan sehingga pada akhir tahun kedua ukuran lingkar kepala anak telah
mencapai 80% ukuran lingkar kepala dewasa, sedangkan pada bayi prematur harus
menggunakan usia koreksi. Catch up lingkar kepala tercapai pada usia 18 bulan, berat badan
pada usia 24 bulan dan tinggi badan pada usia 40 bulan. Setelah batas waktu ini maka perlu
diperhitungkan usia koreksi dan pertumbuhan bayi dipantau dengan menggunakan kurva
pertumbuhan anak normal. Pada beberapa bayi, dengan berat badan lahir sangat rendah, catch
up tidak terjadi sampai awal usia sekolah. 4
20
2. Anak
Pada fase ini pertumbuhan relatif konstan yaitu sebesar 5-7 cm per tahun sampai
menjelang usia pubertas. Pada akhir fase ini, tinggi badan anak telah mencapai 85% tinggi
akhir. Berat badan pada fase ini bertambah 2,3-2,5 kg per tahun.4
3. Pubertas
Pubertas di mulai pada usia 10-18 tahun untuk wanita dan 12-20 tahun pada laki-laki.
Pada fase ini terjadi grow spurt yang ditandai dengan adanya akselerasi dan deselerasi
pertumbuhan. Setelah puncak percepatan tumbuh maka akan terjadi perlambatan dan
akhirnya pertumbuhan akan berhenti. Kecepatan tumbuh pada anak perempuan dapat
mencapai 8,5 cm/tahun sedangkan pada anak laki-laki 9,5 cm/tahun. Selama fase pubertas
tinggi badan anak perempuan dapat mencapai 22 cm, sedangkan anak laki-laki dapat
mencapai 25 cm.4
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
anak.7
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
pertumbuhan anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang
dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
a. Faktor Prenatal
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin mulai dari konsepsi hingga lahir,
seperti gizi ibu ketika masa kehamilan, hormon yang berperan pada janin, infeksi,
radiasi dan imunitas.
b. Faktor Postnatal
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak secara umum dapat digolongkan
menjadi faktor biologis, faktor fisik, dan faktor psikososial serta faktor keluarga
dan adat istiadat.
21
Parameter Penilaian Pertumbuhan
Ukuran Antropometrik
Penilaian pertumbuhan anak dapat digunakan ukuran antropometrik yang dibedakan
menjadi dua kelompok.7
1. Tergantung Umur (Age dependent)
Penilaian dengan menggunakan Berat badan (BB) terhadap umur (BB/U),
tinggi/panjang badan (TB) terhadap umur (TB/U), lingkar kepala (LK) terhadap umur
(LK/U), lingkar lengan atas (LiLA) terhadap umur (LiLA/U).
22
C. Lingkar Kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil sehingga pada
lingkar kepala (LK) juga akan kecil dari normal. Sampai saat ini yang dipakai sebagai acuan
untuk LK adalah kurva LK dari Nellhouse yang diperoleh dari 14 penelitian di dunia, dimana
tidak terdapat perbedaan yang bermakna terhadap suku bangsa, ras, maupun secara geografi.7
Pertumbuhan LK paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan yaitu dari 34
cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan. Sedangkan umur 1 tahun 47 cm, 2
tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi pertambahan lingkar kepala pada 6 bulan pertama
adalah 10 cm, atau sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala dari lahir sampai dewasa
terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan.7
D. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Lingkar lengan atas (LiLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak terpengaruh oleh cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LiLA dapat
dipakai untuk menilai keadaan gizi atau pertumbuhan pada kelompok umur pra sekolah.
Kecepatan pertumbuhan LiLA dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada umur 1 tahun.
Selanjutnya tidak banyak perubahan selama 1 3 tahun.7
23
Gejala dan tanda pada pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan darah yaitu kadar Hb, serum protein
(albumin dan globulin) dan hormon.7
Gagal Tumbuh
Definisi
Gagal tumbuh (failure to Thrive) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan
berat badan yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau bahkan turun
dibandingkan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan). Istilah yang lebih
tepat adalah fail to gain weight, tidak tepat jika diterjemahkan sebagai gagal tumbuh, karena
dalam hal ini yang dinilai hanyalah berat badan terhadap umur pada minimal 2 periode
pengukuran, sedangkan tinggi badan dan lingkar kepala yang juga merupakan parameter
pertumbuhan mungkin masih normal. Oleh sebab itu definisi yang tepat adalah perpindahan
posisi berat badan terhadap umur yang melewati lebih dari 2 persentil utama atau 2 standar
deviasi ke bawah jika diplot pada grafik BB menurut umur. Gagal tumbuh juga belum tentu
gizi kurang atau gizi buruk.4,8
Gagal tumbuh bukan merupakan suatu diagnosis tersendiri, akan tetapi gagal tumbuh
dapat menggambarkan bahwa seorang anak yang tidak dapat mencapai potensi pertumbuhan
sesuai usianya. Meskipun hal ini sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun, tetapi gagal
tumbuh dapat terjadi kapan saja pada masa anak-anak.4
Semua peneliti sepakat bahwa gagal tumbuh pada anak dapat dinilai secara akurat
dengan membandingkan tinggi dan berat badan menggunakan kurva pertumbuhan. Sejauh
ini, belum ada konsensus yang membahas mengenai kriteria antropometri yang spesifik,
untuk mempermudah hal tersebut, beberapa ahli menyimpulkan bahwa gagal tumbuh dapat
ditentukan dengan berat badan dibawah persentil 3 untuk umur pada kurva pertumbuhan atau
lebih dari dua standar deviasi dibawah rata-rata untuk anak dengan umur dan jenis kelamin
24
yang sama atau skor Z berat badan untuk umur (berat badan untuk tinggi badan) lebih kecil
dari -2 SD.3
1. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan berat badan di bawah persentil ke-3 sesuai
usianya pada lebih dari satu pengukuran.
2. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan berat badan per umur kurang dari 80%
3. Anak umur kurang dari 2 tahun dengan penurunan berat badan memotong 2 persentil
mayor atau lebih pada kurva pertumbuhan.
Epidemiologi
Insiden gagal tumbuh pada anak belum diketahui karena banyak anak dengan gagal
tumbuh tidak terdiagnosa, bahkan di negara maju sekalipun. Diperkirakan bahwa gagal
tumbuh terjadi pada 510% dari populasi anak kecil dan sekitar 35% dari anak tersebut di
bawa ke rumah sakit. Mitchel et al, menemukan bahwa hampir 10% pasien di bawah 5 tahun
yang mengunjugi pelayanan kesehatan primer menderita gagal tumbuh. Sekitar 5% dari
rawatan dokter anak di Amerika Serikat menderita gagal tumbuh. Prevalensi gagal tumbuh
pada anak bahkan lebih besar di negara berkembang dengan angka kemiskinan dan angka
malnutrisi yang tinggi. Dari data nasional, gagal tumbuh berkisar antara 20 hingga 50 persen
per provinsi, dan pada mayoritas provinsi lebih dari sepertiga anak usia 6-15 tahun terganggu
pertumbuhannya. Angka kejadian gagal tumbuh di tingkat provinsi Sumatera barat berkisar
40%. Anak yang lahir dari ibu remaja dan ibu yang bekerja dalam waktu lama berisiko utuk
menderita gagal tumbuh. Risikonya juga sama pada anak yang tumbuh di lembaga seperti
panti asuhan, dengan angka kejadian diperkirakan sekitar 15%. Sembilan puluh lima persen
dari kasus gagal tumbuh disebabkan oleh tidak adekuatnya makanan yang tersedia atau yang
dimakan dan hal ini disebabkan oleh faktor kemiskinan. Kejadian gagal tumbuh pada anak
antara umur 9 24 bulan tanpa perbedaan gender yang signifikan. Mayoritas anak yang gagal
tumbuh berumur kurang dari 18 bulan. 3,6,9
25
Klasifikasi
Etiologi pada anak dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab, yaitu prenatal dan
postnatal.3
1. Penyebab prenatal
Penyebab prenatal gagal tumbuh diantaranya sebagai berikut.
a. Prematuritas dan komplikasinya
b. Paparan uterus terhadap toxic agents seperti alkohol, rokok, obat-obatan
c. Infeksi (Rubella, CMV, HIV, dll)
d. Intra uterine growth retardation (IUGR) karena berbagai penyebab
e. Abnormalitas kromosom (Down syndrome, turner syndrom).
26
2. Penyebab postnatal
a. Intake kalori yang tidak adekuat
Intake kalori yang tidak adekuat merupakan penyebab gagal tumbuh pada
anak yang paling banyak. Pada anak usia di bawah 8 minggu, gangguan intake (cara
hisapan atau cara menelan yang salah) dan gangguan menyusui merupakan penyebab
terbanyak. Pada anak yang lebih besar, perubahan pola makan ke makanan padat, ASI
yang tidak lagi mencukupi, konsumsi susu formula, dan orang tua yang menghindari
pemberian makanan tinggi kalori sering menyebabkan anak menderita gagal tumbuh.
Faktor keluarga dapat berkontribusi terhadap intake kalori yang tidak adekuat
pada anak, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan nutrisi dan masalah
keuangan keluarga, yang tidak kalah pentingnya, child abuse dan penelantaran anak
harus dipertimbangkan, karena anak yang menderita gagal tumbuh berkemungkinan
menjadi korban child abuse 4 kali lipat lebih besar dibandingkan anak normal.
b. Absorpsi yang tidak adekuat
Absorpsi kalori yang tidak adekuat mencakup penyakit yang menyebabkan
sering muntah seperti intoleransi makanan, alergi susu sapi atau malabsorpsi (diare
kronis, necrotizing enterocolitis).
c. Peningkatan kebutuhan kalori
Pengeluaran kalori yang berlebihan biasanya muncul pada kondisi kronis
seperti penyakit jantung kongenital, penyakit paru kronis dan hipertiroidisme.
d. Gangguan penggunaan kalori.
Gangguan penggunaan kalori misalnya seperti pada penyakit diabetes melitus
tipe 1 atau renal tubular asidosis.
Faktor predisposisi gagal tumbuh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Faktor predisposisi gagal tumbuh pada anak
Kongenital Kelainan Kromosom (Sindrom Down,
Sindrom Prader-Willi)
Disgenesis Gonad (Sindrom Turner)
Displasia Skletal Akondroplasia
Metabolik In born error of metabolism
Sistem Imun Imunodefisiensi kronik
HIV
27
TB
Infeksi berulang
ISK kronik (pyelonephritis)
Gastrointestinal Stenosis pylorus
Kelainan anatomi oral atau esophagus
Trauma oral atau esophagus
GERD
Inflamatory Bowel Disease (IBD)
Alergi
Penyakit saluran empedu
Penyakit hepar kronik
Insufisiensi pancreas
Parasite atau infeksi usus kronik
Karies dentis
Renal Renal Tubular Asidosis
Gagal ginjal kronik
Kardiopulmonal Gagal jantung
Asma
Displasia bronkopulmoner
Fibrosis kistik
Tonsilitis dan adenoid kronik
Neurologi Cerebral Palsy
Gangguan perkembangan
Sensoris Anosmia
Buta
Endokrin Diabetes Mellitus
Hipotiroid
Insufisiensi Adrenal
Kelainan Hipofisis
Defisiensi GH
Lain lain Kanker
Sindrom Diensefalik
28
Penyakit Rematik
Keracunan timbal
Pengamatan dapat dilakukan saat balita memasuki ruang pemeriksaan bersama orang
tuanya, tumbuh kembang anak sudah dapat dideteksi dengan memperhatikan penampilan
wajah, bentuk kepala, tinggi badan, proporsi tubuh, pandangan matanya, suara, cara bicara,
berjalan, perilaku, aktivitas dan interaksi dengan lingkungannya. Deteksi dini gangguan
tumbuh kembang balita sebaiknya dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
skrining perkembangan yang sistematis agar lebih obyektif.
Anamnesis
Terkadang orangtua tidak menyadari perlambatan pertumbuhan pada anak mereka.
Oleh karena itu anamnesis secara teliti penting dilakukan untuk mengevaluasi gagal tumbuh
pada anak. Anamnesis yang perlu diperhatikan adalah8 :
1. Pemberian asupan: asupan makanan baik ASI, kekuatan menghisap ASI, susu
formula, makanan lunak atau makanan lain, jumlah asupan yang diberikan dan
frekuensi pemberian asupan.
2. Riwayat perkembangan: riwayat kehamilan ibu dan riwayat kelahiran anak (usia
ketika ibu hamil, komplikasi kehamilan ibu, penggunaan obat-obatan ketika ibu
hamil, konsumsi alkohol ketika ibu hamil, komplikasi ketika melahirkan), riwayat
merokok ibu, milestones perkembangan anak.
3. Perilaku anak: gangguan tidur pada anak, pola makan anak, perilaku penolakan.
4. Riwayat psikososial: komposisi keluarga, status pekerjaan dan ekonomi dan
kekerasan dalam rumah tangga.
5. Pengasuh: sangat penting untuk mengamati pengasuh anak ketika bermain dan
memberi makan. Hal ini memberikan petunjuk mengenai interaksi pengasuh dengan
anak seperti cara pengasuh menyuapi anak, respon pengasuh terhadap prilaku anak
ketika bermain atau menangis dan interaksi anak dengan pengasuh.
29
Pemeriksaan Fisik
1. Tinggi badan
Tinggi/panjang badan pasien harus diukur pada tiap kunjungan. Hasil pengukuran
tinggi badan jika dikaitkan dengan hasil pengukuran berat badan akan memberikan informasi
yang bermakna tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisis anak.9
Pengukuran tinggi/panjang badan pada bayi dilakukan dengan cara bayi ditidurkan
terlentang tanpa sepatu dan topi di atas tempat tidur yang keras, diusahakan agar tubuh bayi
dalam keadaan lurus. Panjang badan bayi dapat diukur secara akurat dengan melekatkan
verteks bayi pada kayu yang tetap, sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit
bayi. Pada anak tinggi badan diukur dalam posisi berdiri tanpa sepatu dan telapak kaki
dirapatkan dengan punggung bersandar pada dinding.9
Tinggi badan dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan yaitu dengan
mengukur panjang/tinggi badan secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi sebuah
garis pada kurva pertumbuhan. Dapat diinterpretasikan dengan9 :
1. TB/U pada kurva :
< persentil 5 : defisit berat
persentil 5-10 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan pendek akibat
defisiensi nutrisi kronik atau konstitusional
2. TB/U dibandingkan standar baku (%)
90-110% : baik / normal
70-89% : tinggi kurang
<70% : tinggi sangat kurang
Untuk menyimpulkan status pertumbuhan seorang anak harus dibandingkan perkiraan
tinggi akhir anak tersebut dengan potensi tinggi akhir genetiknya. Perkiraan tinggi akhir anak
dilakukan dengan melanjutkan kurva pertumbuhan anak tersebut dengan menarik garis
lengkung sampai memotong garis umur 19-20 tahun sejajar dengan kurva terdekat.
Penghitungan prediksi tinggi akhir anak sesuai dengan potensi genetiknya berdasarkan data
tinggi badan orang tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai dengan
potensinya.
30
Potensi tinggi akhir genetik anak dihitung dari rata-rata tinggi badan kedua orangtua
dengan rumus di bawah ini5:
Anak perempuan: Anak laki-laki :
(tinggi ayah-13 cm+tinggi ibu) 8,5cm (tinggi ibu+13cm+ tinggi ayah) 8,5cm
------------------------------------ --------------------------------------
2 2
2. Berat badan
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang sederhana, mudah diukur dan di
ulang dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Ukuran berat badan dipetakan pada
kurva standar berat badan/umur (BB/U) dan berat badan/tinggi badan (BB/TB).10
Interpretasi :
1. BB/U dipetakan pada kurva berat badan
BB < persentil 10 : defisit
BB > persentil 90 : kelebihan
2. BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam persentase
> 120% : gizi lebih
80-120% : gizi baik
60-80% : tanpa edem : gizi kurang
dengan udem : gizi buruk (kwashiorkor)
< 60 % : gizi buruk : tanpa udem (marasmus)
dengan udem (marasmus-kwashiorkor)
3. BB/TB
>120% : Obesitas
110-120% : overweight
90-110% : normal
70-90% : gizi kurang
<70% : gizi buruk
Berat badan bayi ditimbang dengan menggunakan timbangan bayi sedangkan pada
anak menggunakan timbangan berdiri. Bayi ditimbang dalam posisi terlentang atau duduk
31
tanpa menggunakan pakaian sedangkan anak ditimbang dalam posisi berdiri tanpa sepatu
dengan pakaian minimal.10
Sampai usia 1 tahun bayi ditimbang tiap bulan, kemudian akan ditimbang setiap tiga
bulan hingga usia tiga tahun dan akan dilanjutkan dua kali dalam setahun sampai usia 5
tahun. Di atas 5 tahun penimbangan dilakukan setiap tahun, kecuali bila terdapat kelainan
atau penyimpangan berat badan. Dalam keadaan normal berat badan bayi umur 4 bulan sudah
mencapai dua kali berat badan lahirnya dan pada umur satu tahun sudah mencapai tiga kali
berat badan lahirnya.10
3. Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan besarnya lingkar kepala ini lebih
besar dari lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-ratanya adalah 44 cm,
umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Jadi pertambahan lingkar kepala pada
6 bulan pertama adalah 10 cm atau sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala dari lahir
sampai dewasa terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan.7
Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak demikian pula sebaliknya.
Pertumbuhan otak yang tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5 6 bulan
pertama setelah lahir. Pada trimester ketiga terjadi pembelahan sel-sel otak yang pesat,
setelah itu pembelahan melambat dan terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Sehingga pada
waktu lahir berat otak bayi seperempat berat otak dewasa, tetapi jumlah sel nya sudah
mencapai 2/3 jumlah sel otak dewasa.7
4. Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas (LiLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak terpengaruh oleh cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LiLA dapat
dipakai untuk menilai keadaan gizi atau pertumbuhan pada kelompok umur pra sekolah.
Kecepatan pertumbuhan LiLA dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada umur 1 tahun.
Selanjutnya tidak banyak perubahan selama 1 3 tahun. 7
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium hanya bermanfaat bila terdapat temuan signifikan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan labor meliputi darah perifer lengkap, laju
endap darah, urinalisis, kultur urin, tinja untuk melihat parasit dan malabsorbsi, ureum dan
kreatinin serum, analisa gas darah, elektrolit, tes fungsi hati. Pemeriksaan lain misalnya
32
skrining celiac dilakukan bila ada indikasi sesuai dengan hasil temuan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik.7
Jika dicurigai kelainan jantung dapat dilakukan echocardiography, jika dicurigai kelainan
paru dapat dilakukan pemeriksaan foto rontgen dan uji Mantoux. Jika dicurigai kelainan
endokrin atau tulang dapat dilakukan pemeriksaan usia tulang dan bone survey. Jika dicurigai
kelainan neurologis dapat dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala.7
Untuk menentukan seorang anak mengalami gagal tumbuh maka harus dilakukan
pendekatan secara menyeluruh meliputi4 :
Menilai penanganan diet, pemberian makan atau kebiasaan makan, respon anak terhadap
pemberian makanan
Riwayat kelahiran (berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala saat lahir serta data
riwayat kehamilan ibu
Data tinggi badan orang tua untuk menilai tinggi potensi genetik anak
Data pertumbuhan sebelumnya, riwayat perkembangan, gambaran pola tidur anak,
riwayat kesehatan anak untuk mengetahui apakah terdapat penyakit kronis, penyakit
genetik, alergi atau adanya suatu sindrom atau adanya gangguan gizi sebagai penyebab
dari gagal tumbuh
Riwayat pengobatan sebelumnya maupun pengobatan yang didapat pada saat ini
Faktor sosial keluarga, interaksi ibu dan anak, serta lingkungan tempat anak dibesarkan.
33
2. Constitutional Growth Delay
Constitutional growth delay adalah keadaan transien hipogonadisme
hipogonadotropik terkait dengan perpanjangan fase pertumbuhan, penundaan maturasi tulang,
penurunan kecepatan pertumbuhan pada masa pubertas (pubertal growth spurt), dan
penurunan sekresi insulin-like growth factor-1. Tinggi anak dengan constitutional growth
delay pada umumnya tidak akan mencapai tinggi potensial genetik pada saat dewasa, namun
beberapa kasus dapat mencapai tinggi normal menurut potensi genetiknya.12
3. Anak Pada Populasi Tertentu
Bayi preterm dan bayi yang mengalami intra uterine growth restriction (IUGR) biasanya
akan menunjukkan tanda-tanda gagal tumbuh langsung pada masa postnatal, tetapi catch-up
pertumbuhan akan terjadi pada 2-3 tahun pertama kehidupan. Selama pertumbuhan mengikuti
atau paralel dengan kurva pertumbuhan normal, failure to thrive (gagal tumbuh) tidak boleh
didiagnosa.3
4. Sindrom Diensefalik
Sindrom diensefalik disebabkan oleh neoplasma pada daerah hipotalamus dan ventrikel
ketiga.Sindrom diensefalik biasanya muncul pada pada tahun pertama kehidupan dengan
tampilan klinis gagal tumbuh, kurus, peningkatan nafsu makan, euforia, dan pergerakan mata
nystagmoid. Secara klinis, sindrom diensefalik berbeda dengan failure to thrive karena
disamping kondisi fisiknya yang kurang baik, anak dengan sindrom diensefalik aktif, dapat
berinteraksi dengan mudah, dan tidak depresi.13
5. Psychosocial Short Stature (Psychosocial Dwarfism)
Psychososcial dwarfism adalah sindrom perlambatan pertumbuhan linier yang
dikombinasikan dengan karakteristik gangguan prilaku seperti gangguan tidur dan kebiasaan
makan yang tidak biasa. Kedua hal ini bertanggung jawab dalam perubahan linkungan
psikososial anak. Biasanya onset sindrom ini di antara usia 18 bulan dan 24 bulan. Anak yang
mengalami psychosocial dwarfism biasanya pemalu, pasif, dan sering menarik diri dari
kehidupan sosial.3
Tatalaksana
Tatalaksana utama pada gagal tumbuh adalah mengetahui penyebab yang
mendasarinya dan memperbaiki keadaan tersebut. Sebagian besar kasus membutuhkan
intervensi nutrisi dan modifikasi perilaku yang bermakna. Edukasi keluarga mengenai
kebutuhan gizi dan cara pemberian makan pada anak sangat penting dalam tatalaksana anak
dengan gagal tumbuh. Anak yang tidak respon terhadap modifikasi nutrisi dan perilaku
34
membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Ada dua hal utama yang dibutuhkan anak dengan gagal
tumbuh yaitu kebutuhan akan diet tinggi kalori untuk tumbuh kejar dan pemantauan minimal
satu kali sebulan sampai tercapai pertumbuhan yang normal. Perawatan di rumah sakit jarang
dibutuhkan kecuali jika gagal dengan tatalaksana rawat jalan, pada gagal tumbuh yang berat
atau disertai penyakit berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.4
Gagal tumbuh pada bayi dan anak harus diintervensi sesegera mungkin terutama jika
kurva pertumbuhan berat badan berdasarkan panjang badan dibawah 70%. Malnutrisi yang
terjadi pada usia yang lebih dini dapat berakibat buruk pada perkembangan otak. Setelah
diatasi kedaruratannya, prioritas penanganan selanjutnya adalah observasi selama beberapa
minggu untuk memonitor asupan, keluaran, pertumbuhan, pola makan, interaksi dan ciri bayi
dan anak. Dahulu observasi ini dilakukan di rumah sakit, tetapi saat ini akan lebih baik
dilakukan di lingkungannya sendiri misal dirumah sampai penyebab gagal tumbuh dapat
diidentifikasi.4
Terapi ditujukan pada penyebab yang mendasari terjadinya gagal tumbuh. Terapi
substitusi hormon tiroid perlu diberikan jika gagal tumbuh disebabkan oleh hipotiroid,
demikian juga apabila disebabkan karena penyakit sistemik maka diatasi penyakitnya
tersebut. Terapi gagal tumbuh bersifat multifaktorial dan secara umum dibagi menjadi
pengobatan jangka panjang dan jangka pendek, melibatkan ibu dan lingkungan serta interaksi
ibu dan bayi. Pengobatan pada bayi termasuk nutrisi, terapi perkembangan dan tingkah laku,
serta mengatasi komplikasi yang terjadi. Pendekatan tatalaksana pada ibu dan lingkungan
memerlukan identifikasi dan modifikasi stressor lingkungan dan perbaikan sistem
perlindungan. Perbaikan interaksi ibu dan anak juga dibutuhkan jika keberhasilan perawatan
di RS akan dilanjutkan di rumah.4
Gagal tumbuh memiliki efek yang serius, terutama pada perkembangan otak. Jika
malnutrisi menjadi berat dan kronik pada setahun pertama kehidupan, perkembangan
neurologis anak akan terpengaruh secara permanen. Deteksi dini dan intervensi yang adekuat
sangat penting. Pendekatan multidisiplin sangat penting dalam penatalaksanaan anak dengan
gagal tumbuh. Tim multidisiplin yang terlibat terdiri dari gastroenterolog anak, ahli gizi,
terapis okupasi, fisioterapis, psikolog dan ahli terkait lain.8
Suplementasi berdasarkan kalori merupakan kontributor penting dalam tatalaksana
gagal tumbuh. Pada periode catch-up anak membutuhkan kalori tambahan sekitar 20-30%.
Penambahan kalori harus dilakukan dengan perlahan untuk menghindari sindrom re-feeding.
Sindrom re-feeding bisa mengancam nyawa. Salah satu dampak dari re-feeding yang terlalu
35
cepat adalah perubahan biokimia mendadak di dalam tubuh anak yang sedang mengalami
fase katabolik.3
Tabel 2.2 Perkiraan kebutuhan energi dan protein dari lahir hingga 48 bulan.
Age REE EER DRI Protein Protein
(Month) (kcal/kg/day) (kcal/day) (kcal/kg/day) (g/day) (g/kg/day)
0-3 52 610 102 9,1* 1,52
4-6 52 490 82 9,1* 1,52
7-12 55 720 80 11,0** 1,20
13-35 56 990 82 13,0** 1,05
36-48 64 1000 85 13,0** 1,05
Sumber : Cemeroglu AP, Kleis L and Robinson-Wolfe B. Failure to Thrive, 2011
*Adequate Intake
**Recommended Daily Allowance (RDA)
REE: Resting Energy Expenditure, EER: Estimated Energy Requirements, DRI: Dietary
Reference Intake.
usia (kcal/kg/hari) x berat ideal berdasarkan usia (kg) / [berat sekarang (kg)]
Makanan dengan kalori tinggi dapat diberikan selama periode catch-up. Anak yang
lebih besar dapat diberikan, selai kacang, keju, buah kering, dan saus krim. Pemberian
makanan selama periode catch-up harus sangat diperhatikan, sebab anak dengan gizi kurang
memiliki risiko tinggi diare.3
Untuk orang tua yang menyusui anaknya, evaluasi pemberian ASI pada bayi dengan
cara memperbaiki manajemen laktasi, selalu pastikan jumlah asupan serta jadwal pemberian
ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Frekuensi pemberian berkisar 8-12 kali dalam 24
jam dengan lama pemberian minimal 10 menit disetiap payudara. Atasi masalah ibu dalam
pemberian ASI. Kebutuhan ASI pada balita kurang lebih 1/3 dari total kebutuhan kalori
dalam sehari. Makanan pendamping dapat diberikan pada bayi di atas 6 bulan. Pastikan
pemberian makanan cukup, pemberian makanan pada balita sebaiknya 3 kali makan, 3 kali
36
snack bergizi per hari, susu sebanyak 480-960 ml/hari. hentikan pemberian jus, punch, dan
soda sampai target catch-up tercapai dan jangan memberikan makanan secara paksa.14
Komplikasi
Gangguan pertumbuhan dalam 6 bulan pertama berhubungan dengan gangguan
mental dan psikomotor pada tahun kedua. Dampak terhambatnya pertumbuhan terhadap
perkembangan intelektual dan tingkah laku tergantung dari penyebabnya. Malnutrisi berat
yang lama dan timbul dini berhubungan dengan gangguan perkembangan sistem saraf.4
Prognosis
Untuk mencapai pertumbuhan dewasa normal, maka prognosis gagal tumbuh
tergantung dari penyebab gagal tumbuh itu sendiri. Intervensi dini sangat penting untuk
mengurangi resiko gangguan pertumbuhan yang berkelanjutan. Makin cepat timbulnya
gangguan tumbuh dan makin berat penyakit yang mendasarinya maka prognosisnya makin
kurang baik. Gangguan pertumbuhan selama bayi dan anak merupakan faktor resiko potensial
untuk pertumbuhan selanjutnya. Prognosisnya baik jika kebutuhan medis, nutrisi dan
psikososial anak serta keluarga tercukupi.4
Bronkopneumonia
Definisi
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti peradangan pada
jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (bronchus).. Bronkopneumonia adalah salah
satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih
area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya.1
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada
parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (patchy distribution). Konsolidasi bercak berpusat disekitar bronkus yang mengalami
peradangan multifokal dan biasanya bilateral. Konsolidasi pneumonia yang tersebar (patchy)
ini biasanya mengikuti suatu bronkitis atau bronkiolitis.2
37
Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun. 3
Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat
penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan
influenza. Insidensi pneumonia komuniti di Amerika adalah 12 kasus per 1000 orang per
tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa di negara
itu. Angka kematian akibat pneumonia di Amerika adalah 10 %.Di Amerika dengan cara
invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan 50%. Penyebab pneumonia sulit
ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan
pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan
awal pneumonia diberikan antibiotika secara empiris.Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai
penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga
merupakan penyakit paru utama, 58 % diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan
11,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis, pada penderita rawat inap 58,8 % kasus infeksi
dan 14,6 % diantaranya kasus nontuberkulosis. Di RSUP H. Adam Malik Medan 53,8 %
kasus infeksi dan 28,6 % diantaranya infeksi nontuberkulosis. Di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20
- 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak
yang dirawat per tahun.3
39
Meskipun hampir semua organisme dapat menyebabkan bronkopneumonia, penyebab
yang sering adalah stafilokokus, streptokokus, H. influenza, Proteus sp dan Pseudomonas
aeruginosa.18 Keadaan ini dapat disebabkan oleh sejumlah besar organisme yang berbeda
dengan patogenitas yang bervariasi. Virus, tuberkolosis dan organisme dengan patogenisitas
yang rendah dapat juga menyebabkan bronkopneumonia, namun gambarannya bervariasi
sesuai agen etiologinya.2
Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan
bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan
terapi yang lebih relevan.Pembagian secara anatomis :3
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
Pembagian secara etiologi :
Corpus alienum
Aspirasi
Pneumonia hipostatik
40
Patofisiologi
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di
dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.2
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.
Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi
empat stadium, yaitu :2
Pada stadium II, disebut hepatisasi merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti
hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
41
3. Stadium III/Hepatisasi Kelabu (3 8 hari)
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di
seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di
alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna
merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
ke strukturnya semula.
Manifestasi Klinik
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40 oC dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari,
pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.2
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, inspeksi : perlu diperhatikan adanya takipneu,
dispneu, sianosis sekitar hidung dan mulut, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen,
retraksi sela iga, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas. Palpasi : suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan
(tachicardia). Perkusi : suara redup pada sisi yang sakit. Auskultasi, auskultasi sederhana
dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung/mulut bayi.Pada anak yang
bronkopneumonia akan terdengar stridor. 2
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin
hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia
menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara
pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras.2
42
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai
dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada
bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto
rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru,
pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai.
Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar
hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun.3
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena
pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab
tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata
laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan
berdasarkan :3
Bronkopneumonia sangat berat :
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus dirawat di
rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat :
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum,maka anak
harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia :
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
> 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan.
> 50 x/menit pada anak usia 2 bulan 1 tahun.
> 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
Bukan bronkopenumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak
perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:
1. Kultur sputum atau bilasan cairan lambung
2. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
3. Deteksi antigen bakteri
43
Pemeriksaan Penunjang3
a. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ mm3 dengan
pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan
infeksi virus atau mycoplasma.
b. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun
c. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(staphylococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
d. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
e. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab. Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak
diobati.
f. DL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
g. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
h. LED : meningkat
i. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
j. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
k. Bilirubin: mungkin meningkat
l. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV)
Diagnosa Banding3
Bronkiolitis
Aspirasi pneumonia
Tb paru primer
44
Penatalaksanaan
Komplikasi3
Otitis media
Bronkiektase
Abses paru
45
Empiema
Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.3
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi
esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh
faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.3
Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia ini.Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat,
makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan,beristirahat yang cukup, rajin
berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan
terinfeksi antara lain:3
1. Vaksinasi Pneumokokus
2. Vaksinasi H. influenza
3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
46
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Teori Kasus
Pneumonia : Batuk 1 minggu SMRS
Biasanya didahului oleh infeksi saluran Demam 2 hari SMRS
nafas bagian atas selama beberapa hari. Tampak sesak
Suhu dapat naik secara mendadak Riwayat infeksi paru-paru
o
sampai 39-40 C dan mungkin disertai Berat bada tidak naik 2 bulan
kejang demam. awal kehidupan
Anak sangat gelisah, dispneu, Perkembangan diakui orang
pernafasan cepat dan dangkal disertai tua pasien normal
pernafasan cuping hidung dan sianosis
di sekitar hidung dan mulut.
Batuk biasanya tidak dijumpai pada
awal penyakit, tetapi setelah beberapa
hari, pada awalnya berupa batuk kering
kemudian menjadi produktif.2
Failure To Trive :
Kriteria menentukan anak gagal tumbuh :
Anak umur kurang dari 2 tahun dengan
pengukuran.
47
penurunan berat badan memotong 2
pertumbuhan.
48
e. Abnormalitas kromosom (Down
2. Penyebab postnatal
gagal tumbuh.
49
karena anak yang menderita gagal tumbuh
anak normal.
50
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak (+), whe (-), rho (+/+), s1s2
dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi tunggal regular
mungkin hanya terdengar ronki basah Abd Soefl (+) BU (+)
gelembung halus sampai sedang. Bila sarang Ekstremitas edema (-)
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens)
mungkin pada perkusi terdengar suara yang Berat Badan :
meredup dan suara pernafasan pada 2,7 kg
auskultasi terdengar mengeras.2 Panjang Badan :
Napas cepat: 50 cm
Anak umur < 2 bulan : 60 kali/menit LK : 38 cm
Anak umur 2 11 bulan : 50 kali/menit LLA 7 cm
Anak umur 1 5 tahun : 40 kali/menit BB/TB : normal (-1 SD)
Anak umur 5 tahun : 30 kali/menit BB/U: gizi buruk ( < - 3 SD)
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam TB/U : perawakan pendek (< -
(retraksi) 3 SD)
ekspirasi memanjang dengan suara wheezing LK : normal (+1 SD)
yang dapat didengar
Failure To Trive
1. Tinggi Badan :
anak.9
51
secara periodik, kemudian dihubungkan
pertumbuhan
Interpretasi :
52
80-120% : gizi baik
60-80% :
- tanpa edem : gizi kurang
- dengan edema : Gizi buruk
(kwarsiorkor)
< 60 % :
- gizi buruk : tanpa udem (marasmus)
- dengan udem (marasmus-kwashiorkor)
- BB/TB
>120% : Obesitas
110-120% : overweight
90-110% : normal
70-90% : gizi kurang
<70% : gizi buruk
3. Kepala
kehidupan.
53
pertumbuhan otak demikian pula sebaliknya.
dewasa.
pra sekolah.
selama 1 3 tahun.
54
4.4 Pemeriksaan Penunjang
Teori Kasus
Pneumonia : DL :
1. Gambaran darah menunjukkan
leukositosis, biasanya 15.000 40.000/ Leukosit 22.200
mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah Hb 11,5
leukosit yang tidak meningkat Hct : 33,9%
berhubungan dengan infeksi virus atau Tro 534.000
mycoplasma.
2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau
sedikit menurun
3. Sinar x: mengidentifikasi distribusi
struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(staphylococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan
infiltrat nodul (virus).
4. Analisa gas darah( AGDA )
menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis metabolik.
5. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan
darah .
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru (PEFR,
spirometri, muscle strength testing)
8. Pemeriksaan hiperreaktivitas saluran
nafas (uji provokasi bronkus dengan
histamin, metakolin, latihan/olahraga,
udara kering dan dingin, atau dengan
salin hipertonik)
9. Pengukuran petanda inflamasi saluran
55
nafas non-invasif (eosinofil sputum,
kadar NO)
10. Penilaian status alergi (uji kulit atau
pemeriksaan serologis IgE spesifik)
11. Laboratorium darah (peningkatan
eosinofil)
12. Foto thoraks (hiperinflasi, diafragma
menurun)
Failure To Trive
Pemeriksaan laboratorium hanya
pemeriksaan fisik.
pemeriksaan fisik.
dilakukan echocardiography.
56
jika dicurigai kelainan paru dapat
uji Mantoux.
4.5. Diagnosis
Teori Kasus
Failure to trive Diagnosis berdasarkan anamnesis
Untuk menentukan seorang anak dan pemeriksaan fisik.
meliputi :
57
4. Data pertumbuhan sebelumnya,
saat ini
anak dibesarkan.
4.6. Penatalaksanaan
Teori Kasus
Pneumonia
Pada kasus yang ringan-sedang dipilih Inj. Ampicillin 3x380 mg
golongan penisilin.Streptokokus dan Inj. Dexametason 3 x 0,4
pneumokokus merupakkan kuman mg
gram positif yang dapat dicakup oleh Vit A 1x 50.000 IV
ampisilin, sedangkan hemofilus Asam folat 1x1 mg
sebagai kuman gram negatif dapat Cotrimoxazol syr 2 x
dicakup oleh ampisilin dan cth
kloramfenikol. Dengan demikian Sanmol drop 4x0,3 cc
58
keduanya dapat dipakai sebagai (k/p)
antibiotika lini pertama untuk kasus
Gizi berdasarkan RDA
pneumonia anak tanpa komplikasi.
Secara umum pengobatan antibiotik Kalori 108 kkal/kgbb/hari
keadaan tersebut.
59
penyakitnya tersebut.
bayi.
rumah.
bayi.
60
pemberian minimal 10 menit disetiap
payudara.
61
DAFTAR PUSTAKA
1. Chundrayetti E. Early detection of growth and developmental disorder: why, when,
how. Dalam naskah lengkap naskah lengkap pendidikan profesi kedokteran anak
anak. Bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas andalas/RSUP Dr.
2. Hakimi,. Pulungan, Aman B. Deteksi dini gangguna pertumbuhan pada anak. Dalam :
Simposium peran endokrinologi anak dalam proses tumbuh kembang anak. Bagian
3. Alphonsus NO. Evaluation and Management of the Child With Failure to Thrive.
4. Batubara J RL, tridjaja B AAP, pulungan A B (ed). Buku Ajar Endokrinologi Anak. Ed
2011;83(7):829-34.
6. Rosso JMD, Arlianti R. Investasi untuk kesehatan dan gizi sekolah di Indonesia. Basic
2010.
81.
10. Matondang, Corry S., Wahidiyat, I., Sastroasmoro, S. Diagnosisi fisik pada anak. Ed 2.
Med. 2013;368:1220-8.
12. Soliman AT, De Sanctis V. An approach to constitutional delay of growth and puberty.
13. Kuttesch JF Jnr, Ater JL. Brain tumours in childhood. Dalam: Kleigman RM, Jenson
HB, Behrman RE, Stanson BF (editor). Nelson Textbook of Pediatrics, edisi ke-19.
14. Pudjiadi A.H, Hegar B, Handryastuti S, Idris N.S, Gandaputra E.P, Harmoniati E.D.
15. Pickering, L.K., DuPont H.L., 1986. Infectious Diseases of Children and Adults: In:
16. Misnadiarly, 2008.Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada anak balita, orang
17. Latief. A., Putra S.T., Pudjiadi A., Advani N., Windiastuti E., 2000. Buku Kuliah 3
Jakarta, 1228-1229.
18. Saragih, N.H., 2011. Infeksi Saluran Pernafasan Atas. Available from
:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38940/5/Chapter%20l.pdf. [Accessed
on 27September 2015]
19. IDAI. (2010). Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI
63