BERAT
1. NIFAS
Nifas adalah periode waktu yang meliputi beberapa minggu pertama
setelah kelahiran.Durasi periode ini belum dipahami secara tepat, dan
diduga antara 4 dan 6 minggu.
Di awal nifas, vagina dan outlet nya membentuk bagian luas yang
berdinding halus secara bertahap berkurang ukurannya jarang kembali ke
dimensi nulliparous.Rugae mulai muncul kembali sekitar minggu ketiga
namun tidak semencolok sebelumnya.Hymen digambarkan dengan beberapa
tag kecil jaringan, yang meninggalkan parut untuk membentuk myrtiform
caruncle.Epitelium vagina mulai berkembang sekitar 4 sampai 6 minggu,
biasanya bersamaan dengan produksi estrogen ovarian.Laserasi atau
stretching pada perineum selama persalinan mungkin mengakibatkan
relaksasi dari outlet vagina.Suatu kerusakan pada dasar pelvis mungkin tak
terelakkan, dan parturisi condong ke prolaps uterin serta incontinence urinari
dan anal.
Uterus
Pembuluh
Aliran darah uterin yang sangat meningkat yang diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan dimungkinkan oleh hipertrofi signifikan dan
remodeling dari semua pembuluh pelvik.Setelah persalinan, kalibernya
berkurang sampai sekitar ukuran keadaan sebelum-hamil. Dalam uterus
puerperal, pembuluh darah lebih besar menjadi hilang oleh perubahan hialin,
terabsorbsi secara gradual, dan digantikan oleh pembuluh lebih kecil. Vestige
minor dari pembuluh lebih besar, namun demikian, bisa bertahan selama
beberapa tahun.
Servik dan Segmen Uterin
Selama kelahiran, batas servik luar, yang berhubungan dengan os
eksternal, biasanya ter-laserasi, khususnya secara lateral.Lubang servik
berkontraksi secara lambat dan selama beberapa hari segera setelah
kelahiran gampang dimasukkan dua jari.Sekitar akhir minggu pertama,
lubang ini menyempit, servik menebal, dan kanal endoservikal terbentuk
kembali. Os eksternal tidak memulai secara komplit penampilan pregravid
nya.Ia tetap agak lebih lebar, dan khususnya, depresi bilateral pada lokasi
(tempat) laserasi menjadi permanen.Perubahan ini adalah khas dari servik
parous.Segmen uterin yang sangat menipis berkontraksi dan beretraksi,
namun tidak sekuat dengan korpus uterin. Selama beberapa minggu berikut,
segmen bawah dikonversi dari sub struktur jelas berbeda cukup besar untuk
mengakomodasi kepala janin, ke istmus uterin yang jelas terlihat dan berada
antara korpus dan os internal.
Involusi Uterin
Segera setelah ekspulsi plasenta, fundus dari uterus berkontraksi
berada sedikit di bawah umbilikus.Ia sebagian besar terdiri dari miometrium
yang ditutupi oleh serosa dan dilapisi oleh desidua basal. Dinding anterior
dan posterior, yang sangat berdampingan, masing-masing setebal 4 sampai
5 cm. Seketika postpartum, berat uterin adalah sekitar 1000 g. Karena
pembuluh darah dikompres oleh miometrium berkontraksi, uterus pada seksi
bersifat iskemik dibanding dengan organ hamil hipertermik berwarna ungu-
kemerahan.
Dua hari setelah persalinan, uterus mulai ber-involusi, dan pada 1
minggu, ia berbobot sekitar 500 g. Sekitar 2 minggu, ia berbobot sekitar 300
g dan telah turun ke dalam pelvis sejati. Sekitar 4 minggu setelah persalinan,
ia mendapatkan kembali ukuran non-hamil sebelumnya 100 g atau lebih
kurang. Total jumlah sel-sel otot mungkin tidak begitu berkurang. Malahan,
sel-sel individual berkurang tajam ukurannya dari 500-800 m pada term
sampai 50-90 m sekitar 2.5-5 m postpartum. Involusi dari kerangka
jaringan konektif juga terjadi secara cepat.
Karena pemisahan plasenta dan membrane melibatkan lapisan spongy,
basalis desidua tidak terkelupas.Desidua yang tetap ada memiliki variasi
mencolok dalam ketebalannya, memiliki penampilan bergerigi regular, dan
ter-inflitrasi dengan darah, khususnya pada lokasi plasenta.
Pasca-Nyeri (Afterpains)
Pada primiparas, uterus cenderung tetap berkontraksi secara tonikal
setelah persalinan.Meski demikian, pada multiparas, uterus selalu
berkontraksi secara giat pada beberapa interval dan mengakibatkan pasca-
nyeri, yang menyerupai dengan tapi lebih ringan dibanding nyeri kontraksi
persalinan.Mereka adalah lebih jelas saat paritas meningkat dan memburuk
ketika bayi menyusu, mungkin karena adanya pelepasan oksitosin.Biasanya,
pasca-nyeri berkurang dalam intensitasnya dan menjadi ringan sekitar hari
ketiga.
Lochia
Pada masa awal puerperium, pengelupasan jaringan desidual
mengakibatkan pelepasan kuantitas vagina yang bervariasi.Pelepasan ini
disebut lochia dan terdiri dari eritrosit, desidua yang sobek, sel-sel epitelial
yang menjadikannya warna merah lochia rubra.Setelah 3 sampai 4 hari,
lochia menjadi pucat warnanya secara progresif lochia serosa. Setelah
sekitar hari ke-10, karena adanya campuran leukosit dan rendahnya
kandungan fluida, lochia menjadi warna putih kekuningan lochia alba.
Lochia berlangsung selama sampai 4 8 minggu setelah persalinan.
Regenerasi Endometrial
Dalam 2 atau 3 hari setelah persalinan, sisa desidua ter-diferensiasi
menjadi dua lapisan.Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan terkelupas
dalam lochia.Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium tetap utuh
dan merupakan sumber endometrium baru.Endometrium muncul dari
proliferasi sisa-sisa glandular endometrial dan stroma pada jaringan konektif
interglandular.
Regenerasi endometrial adalah cepat, kecuali pada lokasi plasenta.
Dalam seminggu atau lebih, permukaan bebas ditutupi oleh epithelium, dan
Sharman (1953) telah mengidentifikasikan endometrium yang pulih dalam
semua spesimen biopsi yang diperoleh dari hari ke-16 ke depan.
Endometritis histologik merupakan bagian dari proses reparatif (perbaikan)
normal. Selanjutnya, perubahan inflamatori mikroskopis yang khas dari
salpingitis akut terlihat pada hampir separuh perempuan postpartum antara 5
dan 15 hari. Namun, ini tidak merefleksikan infeksi
Subinvolusi
Saat pemeriksaan bimanual, uterus adalah lebih besar dan lebih lunak
dibanding yang diduga.Baik retensi fragmen plasenta maupun infeksi pelvik
bisa menimbulkan subinvolusi. Ergonovine atau methylergonovine
(Methergine), 0.2 mg setiap 3 sampai 4 jam selama 24 48 jam,
direkomendasikan untuk subinvolusi, namun efikasi (keampuhan) nya masih
diragukan.
Andrew dan kolega (1989) menjelaskan 25 kasus hemorrhage antara 7
dan 40 hari postpartum yang terkait dengan arteri uteroplasenta non-involusi.
Arteri abnormal ini diisi oleh trombi dan kekurangan lapisan endotelial.Mereka
mendalilkan bahwa subinvolusi, setidaknya sehubungan dengan pembuluh
plasenta, mungkin menunjukkan interaksi menyimpang antara sel-sel uterin
dan trofoblas.
Kolostrum
Setelah persalinan, payudara mulai mensekresi kolostrum, yang
merupakan cairan kuning-lemon.Ini biasanya bisa keluar dari puting sekitar
hari kedua postpartum. Dibanding susu matang, kolosterum mengandung
lebih banyak mineral dan asam amino.Ia juga memiliki lebih banyak protein,
dimana banyak di antaranya adalah globulin, tetapi lebih sedikit gula dan
lemak. Sekresi berlangsung selama sekitar 5 hari, dengan konversi gradual
menjadi susu matang selama 4 minggu berikut. Kolostrum mengandung
antibodi, dan kandungan immunoglobulin A (IgA) memberikan perlindungan
bayi-baru-lahir terhadap patogenesis enterik. Faktor host resistensi lainnya
yang ditemui dalam kolosterum dan susu termasuk komplemen, makrofage,
limposit, laktoferrin, laktoperoksidae, dan lisozim.
Susu
Susu manusia merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan
karbohidrat-mineral.Seorang ibu menyusui dengan mudah memproduksi 600
mlsusu setiap hari dan pertambahan berat gestasional maternal memiliki
dampak kecil terhadap kuantitas atau kualitasnya. Susu adalah bersifat
isotonik dengan plasma, dan laktosa bertanggungjawab atas separuh
tekanan osmotik.Asam amino esensial diperoleh dari darah, dan asam amino
nonesensial didapat sebagian dalam darah atau di-sintesis dalam kelenjar
mamari. Sebagian besar protein susu adalah unik dan meliputi -lactalbumin,
-lactoglobulin, dan kasein. Asam lemak di-sintesis dalam alveoli dari glukosa
dan disekresi oleh proses menyerupai-apokrin. Semua vitamin kecuali K
ditemui dalam susu manusia, tapi dengan jumlah bervariasi. Kandungan
vitamin D adalah rendah 22 IU/mL.
Perawatan Payudara
Puting memerlukan sedikit perhatian selain dari kebersihan dan
perhatian pada fisura kulit. Puting fisura menyebabkan penyusuan menjadi
nyeri dan puting ini bisa memiliki pengaruh buruk terhadap produksi susu.
Crack ini juga memberi suatu portal entri bagi bakteri piogenik. Karena susu
kering mungkin berakumulasi dan mengiritasi puting, mencuci areola dengan
air dan sabun ringan adalah membantu sebelum dan setelah penyusuan. Jika
puting teriritasi atau mengalami fisura, maka perlu menggunakan lanolin
topikal dan pelindung puting selama 24 jam atau lebih. Jika fisuranya berat,
maka bayi seharusnya tidak diizinkan menyusu pada sisi terkena.Malahan,
payudara seharusnya dikosongkan secara regular dengan sebuah pompa
sampai lesi tersebut sembuh.
Ambulasi Awal
Perempuan keluar dari tempat tidur dalam beberapa jam setelah
persalinan. Seorang pembantu seharusnya hadir selama setidaknya waktu
pertama, jika perempuan ini menjadi sinkopal. Banyak keuntungan dari
ambulasi awal meliputi komplikasi kandung kemih lebih sedikit dan konstipasi
(sembelit) yang jarang. Ambulasi dini telah mengurangi frekuensi trombosis
vena puerperal dan embolisme pulmonari. (
Perawatan Perineal
Perempuan diinstruksikan untuk membersihkan vulva dari anterior
sampai posterior vulva ke arah anus. Sebuah bungkus es yang diterapkan
pada perineum bisa membantu mengurangi edema dan ketidaknyamanan
selama beberapa jam pertama jika terdapat laserasi atau episiotomi.
Kebanyakan perempuan juga kelihatan memperoleh tindakan peredaan dari
aplikasi periodik dari semprotan anestetik lokal.Ketidaknyamanan berat
biasanya mengindikasikan sebuah problem, seperti hematoma pada hari
pertama atau lebih, dan infeksi setelah hari ketiga atau keempat.Beberapa
nyeri perineal, vagina, atau rektal memerlukan inspeksi dan palpasi
yang cermat. Dimulai sekitar 24 jam setelah persalinan, panas lembab
seperti yang disediakan dengan sitz baths hangat bisa digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan lokal. Tub bathing setelah persalinan tidak-
komplit dibolehkan.Insisi episiotomi biasanya sembuh dan hampir
asimptomatik sekitar minggu ketiga.
Manajemen/Penanganan
Jika seorang perempuan tidak dikosongkan dalam 4 jam setelah
persalinan, maka mungkin ia tidak mampu. Jika dia mengalami gangguan
mengosongkan pada awalnya, dia juga mungkin mengalami gangguan
berikut.Suatu pemeriksaan atas hematomas saluran-genital dan perineal
dilakukan.Dengan kandung kemih overdistensi, sebuah kateter yang selalu
ada seharusnya dibiarkan pada tempatnya sampai faktor-faktor yang
menyebabkan retensi telah mereda. Bahkan tanpa penyebab yang terlihat,
biasanya paling baik membiarkan kateter pada tempatnya selama setidaknya
24 jam. Ini mencegah kekambuhan dan mengizinkan penyembuhan sensasi
dan tonus kandung kemih normal.
Jika kateter dikeluarkan, maka selanjutnya perlu memperlihatkan
kemampuan untuk mengosong secara memadai. Jika seorang perempuan
tidak bisa mengosongkan setelah 4 jam, maka dia seharusnya di-kateterisasi
dan volume urin diukur. Jika lebih dari 200 mL, kandung kemih tidak
berfungsi secara memadai, dan kateter dibiarkan selama hari berikut.Jika
kurang dari 200 mL urin diperoleh, maka kateter bisa dikeluarkan dan
kandung kemih dicek ulang berikutnya seperti dijelaskan.Harris dan kolega
(1977) melaporkan bahwa 40 persen dari perempuan tersebut menimbulkan
bakteriuria, maka sekali-dosis atau jangka pendek dari terapi antimikrobial
adalah masuk akal setelah keteter dikeluarkan.
Perawatan di rumah
Koitus
Tidak ada aturan berbasis-bukti mengenai pemulaian-kembali koitus
setelah persalinan.Nampaknya sangat baik menggunakan akal sehat.Setelah
2 minggu, koitus bisa dimulai kembali berdasarkan hasrat dan kenyamanan.
Hubungan seksual terlalu cepat mungkin tidak menyenangkan, jika sama
sekali tidak nyeri, akibat penyembuhan belum sempurna dari episiotomi atau
laserasi. Selanjutnya, epitelium vagina adalah tipis dan sangat sedikit
lubrikasi mengikuti stimulasi seksual.Ini mungkin disebabkan oleh keadaan
hiperestrogenik setelah persalinan dan berlangsung sampai mulainya
ovulasi.Adalah problematis pada perempuan pemberi ASI yang
hipoestrogenik selama beberapa bulan postpartum.Untuk perawatan,
sejumlah kecil krem estrogen topikal bisa diterapkan setiap hari selama
beberapa minggu ke jaringan vagina dan vulvar.Di samping itu, lubrikan
vagina bisa digunakan dengan koitus.
2.Definisi
3.Insidensi
4.Etiologi
5. Patofisiologi
Adapun kriteria diagnosis dari preeklampsia berat bila didapatkan satu atau
lebih gejala dibawah ini :
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik
110 mmHg dan tidak menurun walaupun sudah dirawat di rumah sakit
dan tirah baring.
2. Proteinuria > 5 gr / 24 jam atau + 4 secara kualitatif
3. Oliguria yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam yang disertai peningkatan
kreatinin plasma
4. Gangguan visus dan serebral
5. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
6. Edema paru dan sianosis
7. Pertumbuhan janin intra uterin yang terlambat
8. Adanya HELLP syndrome
7.Penatalaksanaan
1. PRETERM
a. Konservatif
Komplikasi kehamilan oleh hipertensi ditatalaksana menurut tingkat
keparahan, usia kehamilan, dan adanya preeklamsia. Prinsip penanganan,
memperhitungkan pertimbangan seminimal mungkin cedera sel endotel dan
disfungsi multi-organ yang disebabkan oleh sindrom preeklamsia. (
FG.Cunningham, et al 2010, GH Winkjosastro 2005 )
Tujuan penatalaksanaan dasar untuk setiap komplikasi kehamilan oleh
preeklamsiaadalah:
1. Terminasi kehamilan dengan trauma sedikit mungkin pada ibu dan janin
2. Kelahiran bayi yang kemudian dapat tumbuh normal
3.Pemulihankesehatanibu.
Pada banyak wanita dengan preeklamsia, semua tiga tujuan tadi sama
baiknya dengan induksi persalinan. Salah satu pertanyaan klinis yang paling
penting untuk penanganan yang benar adalah pengetahuan yang tepat
tentang usia janin. Secara umum, frekuensi kunjungan prenatal meningkat
selama trimester ketiga, dan ini membantu deteksi dini preeklampsia. Wanita
tanpa hipertensi yang jelas, tetapi di antaranya berkembang menjadi
preeklamsia harus lebih sering datang berobat. Protokol ini berhasil selama
bertahun-tahun di Rumah Sakit Parkland untuk wanita dengan onset baru
tekanan darah diastolik > 80 mmHg tetapi < 90 mm Hg atau dengan berat
badan tiba-tiba bertambah berlebihan lebih dari 2 kilogram per minggu.
Penelitian rawat jalan dilanjutkan kecuali dengan proteinuria, sakit kepala,
gangguan visual, atau nyeri epigastrium. Wanita dengan onset baru
hipertensi mengaku diamati ketat selama 2 sampai 3 hari dimana tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih atau tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih
untuk menentukan apakah peningkatan ini karena preeklampsi. Wanita
dengan PEB harus diamati dengan ketat dan banyak yang diterminasi
kehamilannya. Sebaliknya, wanita dengan PER seringkali dapat dikelola
sebagai pasien rawat jalan, meskipun kami memiliki ambang yang rendah
untuk rawat inap lanjutan pada nullipara. Rawat Inap dilakukan paling tidak
pada awalnya untuk wanita dengan onset baru hipertensi, terutama jika ada
hipertensi menetap atau memburuk atau adanya proteinuria. (FG
Cunningham,et al 2010)
Dengan preeklamsia sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat
inap, terminasi kehamilan biasanya dianjurkan untuk kesejahteraan ibu dan
janin. Induksi persalinan dilakukan, biasanya dengan pematangan serviks
preinduction dengan dilator osmotik atau prostaglandin. Bila tampak induksi
yang hampir pasti tidak akan berhasil, atau mencoba tetapi telah gagal,
operasi SC diindikasikan untuk kasus yang lebih parah.
2. ATERM
Untuk seorang wanita mendekati aterm, dengan serviks yang telah
matang, derajat yang lebih ringan dari preeklamsia mungkin membawa resiko
lebih pada ibu dan janin-bila dilakukan SC daripada induksi persalinan
8. Komplikasi
Kehilangan darah
Hemokonsentrasi hampir diprediksi akibat preeklamsia-eklamsia berat seperti
yang diukur oleh Zeeman dan rekan (2009) . Para wanita, yang akibatnya
tidak hipervolemia kehamilan normal, jauh kurang toleran bahkan kehilangan
darah yang normal dibandingkan wanita hamil normotensif. Ini sangat penting
untuk mengakui bahwa penurunan yang cukup dalam tekanan darah segera
setelah melahirkan paling sering berarti kehilangan darah yang berlebihan
dan resolusi tidak tiba-tiba vasospasme dan kerusakan endotel. Ketika
oliguria setelah persalinan, hematokrit harus dievaluasi secara teratur untuk
membantu mendeteksi kehilangan darah berlebihan. Jika diidentifikasi,
perdarahan harus diobati dengan tepat oleh transfusi darah. (FG
Cunningham,et al 2010)
Postpartum angiopathy
Penyebab lain dari hipertensi terus-menerus, kejang, dan sistem saraf pusat
temuan disebut angiopati pascamelahirkan. Juga dikenal sebagai sindrom
vasokonstriksi serebral reversibel, adalah lebih umum pada wanita, dan
berhubungan dengan berbagai peristiwa pengendapan yang berbeda,
dengan kehamilan dan nifas yang hanya salah satu dari ini (Singhal dan
rekan kerja, 2009). Dalam beberapa kasus, vasokonstriksi mungkin begitu
parah untuk menyebabkan iskemia serebral dan daerah infark. Manajemen
yang tepat tidak diketahui pada saat ini.