Chapter I PDF
Chapter I PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
wilayah hukum Satlantas Polresta Medan Tahun 2011, anggota POLRI menindak
langsung 139.291 1 kasus pelanggar lalu lintas ( tilang ). Kasus pelanggaran lalu
lintas yang terjadi ini berbanding lurus dengan kecelakaan lalu lintas, terbukti
selama tahun 2011 telah terjadi 1.702 kecelakaan lalu lintas 2. Data juga mencatat
hukum, mulai dari yang ringan hingga yang berat 3. Pelanggaran ringan yang
kerap terjadi dalam permasalahan lalu lintas adalah seperti tidak memakai helm,
menerobos lampu merah, tidak memiliki SIM atau STNK , tidak menghidupkan
lampu pada siang hari, dan bonceng tiga dianggap sudah membudaya di kalangan
masyarakat dan anak-anak sekolah. Pelanggaran lalu lintas seperti itu dianggap
sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat pengguna jalan, sehingga tiap kali
dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak yang berwenang, maka
tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu lintas dan tidak jarang juga
1
Data dari SATLANTAS Polresta Medan
2
Berita Sumut.com (http://beritasumut.com/index.php/younews/36-hukum-a-
kriminal/5898-2011-satlantas-polresta-medan-tangani-1702-lakalantas)
3
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung : Refika
Aditama, 2003, hlm 20
Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) berperan sebagai pencegah
(politie toezicht) dan sebagai penindak (politie dwang) dalam fungsi politik. Di
samping itu polisi lalu lintas juga melakukan fungsi regeling (misalnya,
dengan segitiga pengaman) dan fungsi bestuur khususnya dalam hal perizinan
Akan tetapi di dalam kenyataannya tidak sedikit pengemudi yang melakukan hal
itu, khususnya anak sekolah sehingga dalam pelanggaran lalu lintas tersebut tidak
angkutan jalan raya tidaklah sepenuhnya sinkron dan ada ketentuan ketentuan
reinforcement. Cara ini diterapkan apabila terhadap perilaku tertentu, tidak selalu
4
Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah Masalah
Sosial, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989, hlm 58
terbiasakan menjalani rute jalan raya tertentu, maka ada kecenderungan untuk
menganggap dirinya telah mengenal bagian dari jalan raya tersebut dengan baik.
Kalau pada tempat tempat tertentu dari jalan tersebut ditempatkan petugas
patroli jalan raya, maka dia tidak mempunyai kesempatan untuk melanggar batas
tetap, maka pengemudi mengetahui kapan dia harus mematuhi peraturan lalu
lintas. Cara ini bertujuan untuk menghasilkan pengemudi yang berperilaku baik.
Dengan cara ini dimaksudkan sebagai cara untuk menempatkan mobil polisi atau
mungkin. Hal ini biasanya akan dapat mencegah seseorang untuk melanggar
peraturan. Cara ini bertujuan untuk menjaga keselamatan jiwa manusia dan sudah
tentu, bahwa kedua cara tersebut memerlukan fasilitas yang cukup dan tenaga
5
Ibid, hlm 79
B. Rumusan Masalah
2. Apa saja yang merupakan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
penerapan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak
sekolah?
dalam penerapan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
anak sekolah.
a. Manfaat Teoritis :
anak sekolah.
b. Manfaat Praktis :
D. Keaslian Penulisan
Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Anak Sekolah, merupakan hasil pemikiran
penulis sendiri, isi dari skripsi ini penulis ambil dari beberapa buku, undang-
undang, media cetak maupun media elektronik. Setelah itu peneliti memeriksa
Medan, maka judul skripsi ini belum ada yang membuatnya, walaupun ada sudut
skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis, terutama secara ilmiah atau
secara akademik.
E. Tinjauan Pustaka
Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan dijalan. Dalam
melakukan kegiatan dalam berlalu lintas diperlukan suatu peraturan yang dapat
pelanggaran lalu lintas tidak terjadi. Namun, meskipun berbagai peraturan telah
dibuat, tetap saja pelanggaran lalu lintas kerap terjadi, bahkan tidak sedikit yang
menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Seperti yang kita ketahui, pengertian
ringan dari pada kejahatan 6. Oleh karena itu, apabila seseorang telah melanggar
suatu peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah, contohnya dalam hal
pelanggaran lalu lintas, maka kepadanya akan dikenai hukuman yang sesuai
1. Tentang pelanggaran keamanan umum bagi orang atau barang dan kesehatan
umum
lintas dan atau peraturan pelaksanaannya, baik yang dapat ataupun tidak dapat
6
W. J. Poerwagarnminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989,
hlm 98
7
Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hlm 208
menimbulkan kerugian jiwa atau benda dan juga kamtibcarlantas 8 . Pelanggaran
lalu lintas ini tidak di atur dalam KUHP akan tetapi ada yang menyangkut delik
matinya orang (Pasal 359), karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka
bangunan, trem kereta api, telegram, telepon dan listrik dan sebagainya hancur
Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 326, apabila ketentuan
8
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, Fungsi
Teknis Lalu Lintas, Semarang : Kompetensi Utama, 2009, hlm 6
9
Moeljatno, op.cit, hlm 178
10
Mohammad Yakup, Pelaksanaan Diskresi Kepolisian Pada Satuan Lalu Lintas di
Lingkungan Polresta Malang, Skripsi tidak diterbitkan, Malang Fakultas Hukum, 2002, Hlm .9.
2. Klasifikasi jenis pelanggaran sedang
Angkutan Jalan, bahwa dari ketentuan Pasal 316 ayat (1) Undang-Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat
Lalu Lintas, antara lain : Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 281,
Pasal 282,Pasal 283, Pasal 284, Pasal 285, Pasal 286 , Pasal 287, Pasal 288,
Pasal289, Pasal 290, Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295,Pasal
296, Pasal 297, Pasal 298, Pasal 299, Pasal 300, Pasal 301, Pasal302, Pasal 303,
Pasal 304, Pasal 305, Pasal 306, Pasal 307, Pasal 308,Pasal 309, dan Pasal 313 .
Kata Polisi berasal dari kata Yunani yaitu Politea. Kata ini pada mulanya
dipergunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga negara dari kota
Athena, kemudian pengertian itu berkembang menjadi kota dan dipakai untuk
menyebut semua usaha kota. Oleh karena pada jaman itu kota-kota merupakan
negara yang berdiri sendiri, yang disebut juga Polis, maka Politea atau Polis
diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan
keagamaan. 11
11
Andi Munwarman, Sejarah Singkat POLRI .http:/ /www.Hukum Online.com
/ hg/narasi/ 2004/04/21/nrs,20040421-01, id. html. (diakses25 April 2012)
Di dalam perkembangannya, sesudah pertengahan Masehi, agama Kristus
mendapat kemajuan dan berkembang sangat luas. Maka semakin lama urusan dan
dan perlu diselenggarakan secara khusus pula, akhirnya urusan agama dikeluarkan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata Polisi adalah suatu
12
ibid
13
Poerwagarnminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hlm
320
14
Andi Munwarman, op.cit, hlm 3
Menurut Pasal 2 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentangKepolisian
membidangi. 16
15
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
16
Bisri Ilham, Sistem Hukum Indonesia, Jakarta : Grafindo Persada, 1998, hlm 32
Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia diatur juga tentang tujuan dari POLRI yaitu :
Dalam hal ini mengenai tugas dan wewenang POLRI di atur dalam Bab III
Pasal 14 :
2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
Tugas dan wewenang Polisi ini harus dapat dijalankan dengan baik agar
yaitu untuk menjamin tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman
2.2 Tugas dan Fungsi di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Polisi lalu lintas adalah bagian dari kepolisian yang diberi tangan khusus
tangan polisi pada umumnya. Karena kepada polisi lalu lintas diberikan tugas
yang khusus ini, maka diperlukan kecakapan teknis yang khusus pula. Akan
tetapi, walaupun demikian hal ini tidaklah menghilangkan atau mengurangi tugas
pokok yang dibebankan kepada setiap anggota POLRI, karena itu berhadapan
17
Susprianto,TugasPolisi(onlinea),http://peperonity.com/go/sites/mview/susprianto/ 1532
4663.(di akses 27 April 2012 )
2.3 Tugas Polisi Lalu Lintas
Polisi Lalu Lintas adalah bagian dari polisi kota dan mewujudkan susunan
pegawai-pegawai lalu lintas di jalan-jalan. Tugas polisi lalu lintas dapat dibagi
1) Operatif :
2) Administrative
1) Penegakan hukum lalu lintas (Police Traffic Law Enforcement ),yang dapat
bersifat preventif yaitu pengaturan, penjagaan, dan patroli lalu lintas dan
represif yaitu penindakan hukum terhadap para pelanggar lalu lintas dan
18
http://ml.scribd.com/doc/58869746/8/Tugas-polisi-Lalu-lintas diakses pada tanggal 28
April 2012
3) Enjinering lalu lintas (Police Traffic Enginering)
peraturan pelaksananya;
bermotor;
pengelola data bantuan teknis melalui unit-unit patroli jalan raya (PJR) . 20
dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan
hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi juga dapat terjadi juga
19
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, op. cit, hlm
14
20
Naning Ramadahan, Menggairahkan kesadaran Hukum Masyarakat Dan Disiplin
Penegak Hukum Dalam Lalu Lintas ,Surabaya : Bina ilmu, 1983, hlm 26
21
C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonessia, Jakarta : Balai
Pustaka, hlm 34
karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini, hukum yang dilanggar itu harus
(gerechtigkeit). 22
pengadilan negeri, upaya hukum dan eksekusi 23. Selain itu penegakan hukum juga
mengandung arti keseluruhan kegiatan dari para pelaksana penegak hukum kearah
salah satu sarana politik criminal yaitu untuk perlindungan masyarakat yang
sebagai upaya untuk membuat hukum pidana dapat berfungsi, beroperasi atau
22
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Yogyakarta : PT Citra
Aditya Bhakti, hlm 1
23
Ibid, hlm 36
24
Arief Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1998, hlm.11
25
hukum pidana yang pada hakekatnya sama dengan pengertian hukum pidana.
Tegaknya hukum ditandai oleh beberapa faktor yang saling terkait sangat erat
didalamnya. Institusi ini dalam sistem yang terdiri atas kepolisian, kejaksaan,
peradilan pidana.
25
Ibid , hlm 13
26
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada, 1983, Hlm 3.
27
Mahmud Mulyadi, Politik Hukum Pidana, Bahan Kuliah di Fakultas Hukum USU, hlm
5
2. Legal Substance ( substansi hukum), adalah aturan, norma, dan pola perilaku
nyata manusia yang berada di dalam sistem tersebut. Substansi hukum tidak
hanya terpusat pada hukum yang tertulis saja (law in the book), tetapi juga
3. Legal Culture (budaya hukum), sebagai sikap masyarakat terhadap hukum dan
sistem hukum itu sendiri. Sikap masyarakat ini mencakup kepercayaan , nilai-
nilai dan ide-ide, serta harapan mereka tentang hukum dan sistem hukum. Hal
mencapai kedamaian. Oleh karena itu tugas utama penegakan hukum adalah
mencapai keadilan.
Penegakan hukum secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak dilakukan
pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umumnya
dilakukan apabila usaha preventif telah dilakukan ternyata masih juga terdapat
secara represif oleh alat-alat penegak hukum yang diberi tugas yustisional.
didukung dan melalui berbagai lembaga yang secara organitoris terpisah satu
dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka penegakan hukum,
pemasyarakatan.
Dalam penegakan hukum harus memperhatikan kemanfaatan atau
juga merupakan proses sosial yang melibatkan lingkungannya, oleh karena itu
penegakan hukum akan bertukar aksi dengan lingkungannya yang bisa disebut
pertukaran aksi dengan unsur manusia, sosial budaya, politik dan lain sebagainya,
jadi penegakan hukum dipengaruhi oleh berbagai macam kenyataan dan keadaan
menerapkan hukum
diterapkan
5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasanya yang didasarkan pada
Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena
merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada
28
Soerjono Soekanto, op.cit. hal.8
hanya diperhatikan kepastian hukum saja, maka unsur-unsur lainnya dikorbankan.
penegakan hukum yang cepat, tepat, sederhana dan biaya ringan, hingga saat ini
dengan itu pula masih banyak ditemui sikap dan perilaku aparat penegak hukum
yang merugikan masyarakat maupun keluarga korban. Harus diakui pula bahwa
aparatur hukum secara negative dan bertentangan dengan ketentuan yang berlaku
pada proses penegakan hukum yang bersangkutan, yang ditujukan kepada diri
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan masalah.
29
Soejono Soekonto, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta : Rineka
Cipta, 1996, hlm 1
30
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta : Rajawali, 1985, hlm 17.
pendekatan dengan berdasarkan norma norma atau peraturan perundang
1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, Undang Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Undang
2. Sumber data.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer adalah asal data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, sedangkan sumber data sekunder adalah asal data yang diperoleh
tidak langsung dari sumbernya. Dalam hal ini sumber data primernya adalah
Undang Hukum Pidana, Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
majalah dan dokumen serta hasil penelitian yang ada hubungannya dengan
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua
cara yaitu studi lapangan, dengan memperoleh data-data jumlah pelanggaran lalu
lintas dari Satlantas Polresta Medan dan kemudian studi kepustakaan. Studi
lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer atau data yang langsung dari
secara verbal. Wawancara saya lakukan dengan Bapak M. Sitorus, S.H, selaku
studi kepustakaan saya berusaha untuk mendapatkan data sekunder atau data yang
tidak langsung dari sumbernya dengan metode dokumenter, yaitu dengan cara
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang Undang Hukum Acara Pidana, Undang
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan
Indonesia, catatan kuliah, dokumen serta hasil penelitian yang ada hubungannya
Selanjutnya dari data yang terkumpul tersebut masih merupakan bahan mentah
maka hal itu perlu diolah. Pengolahan data adalah kegiatan merapikan hasil
pengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisis. 31 Prosedur
pengolahan data dimulai dengan memeriksa data secara korelatif yaitu yang
hubungannya antara gejala yang satu dengan yang lain, sehingga tersusunlah
4. Analisis data.
Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan pekerjaan
seorang peneliti yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan daya pikir secara
optimal, dan secara nyata kemampuan metodologis peneliti diuji. 32 Hasil analisis
dalam skripsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan
serta memberikan saran seperlunya. Adapun analisis data yang saya lakukan
secara lengkap kualitas dan karateristik dari data-data yang sudah terkumpul dan
Skripsi ini terdiri dari 4 bab, dan setiap bab terbagi atas beberapa sub-sub bab,
untu mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat
31
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta : Sinar Grafika, 1996,
hlm. 72.
32
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002,
hlm 7.
BAB I : PENDAHULUAN
penulisan skripsi.
SEKOLAH
anak sekolah.
BAB IV : PENUTUP