I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Demam tifoid (selajutnya disebut tifoid) merupakan salah satu penyakit
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah
kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000
600.000 kematian. Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari
berbagai pihak karena penyakit ini bersifat endemik dan mengancam
kesehatan masyarakat. Sumber penularannya terutama berasal dari
makanan yang tercemari kuman Salmonella Thypi.
Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan
sebesar 81,7 per100.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok
umur 0,0/100.000 penduduk (01 tahun), 148,7/100.000 penduduk (24
tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (16 tahun). Angka ini
menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15
tahun
Tifoid merupakan salah satu penyakit endemis yang ada di Indonesia,
mayoritas mengenai anak usia sekolah dan kelompok usia produktif,
penyakit ini menyebabkan angka absensi yang tinggi, rata rata perlu waktu
7 14 hari untuk perawatan apabila seseorang terkena Tifoid. Apabila
pengobatan yang dilakukan tidak tuntas maka dapat menyebabkan
terjadinya karier yang kemudian menjadi sumber penularan bagi orang lain.
Dampak penyakit ini adalah, tingginya angka absensi, penurunan
produktifitas, timbulnya komplikasi baik di saluran pencernaan maupun
diluar saluran pencernaan, kerugian ekonomi untuk biaya pengobatan dan
perawatan, kematian.
Untuk memperkuat program pengendalian dan menurunkan angka
kesakitan tifoid, maka perlu dilakukan advokasi dan sosialisasi yang lebih
intensif, kerja sama lintas program dan lintas sektor khususnya dalam
meningkatkan akses air bersih, peran agen perjalanan dalam melakukan
vaksinasi tifoid pada wisatawan, kajian efektivitas penggunaan vaksin tifoid
dalam program pengendalian sebagai bahan pertimbangan agar dapat
dimasukkan ke dalam program imunisasi nasional, pencegahan kasus-
kasus karier atau relaps dan resistensi, serta meningkatkan pembiayaan
program pengedalian di provinsi dan kabupaten/ kota. Kantor kesehatan
pelabuhan kelas I Surabaya sebagai UPT Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI mendukung
kegiatan pengendalian dan pencegahan penyakit tifoid dengan melakukan
kegiatan sosialisasi pencegahan dan pengendalian di wilayah Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya.
Selain itu dengan kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat
ditindaklanjuti dengan kegiatan pemeriksaan penjamah makanan di wilayah
pelabuhan / bandara Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya.Dalam
sosialisasi ini akan dibuat kesepakatan dan rencana tindak lanjut program
pencegahan dan pengendalian penyakit tifoid di tahun mendatang.
II. Tujuan
II.1. Tujuan Umum
Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan lintas sektor terkait
pencegahan dan pengendalian penyakit tifoid.
IV.2. Peserta
Peserta yang hadir sebanyak 50 orang terdiri dari 18 peserta intern KKP dan
32 orang peserta luar yaitu dari penjamah makanan dan pengelola penyedia
makanan serta lintas sektor terkait.
VII. Biaya
Biaya pelaksanaan kegiatan dibebankan pada DIPA Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas 1 Surabaya dengan total biaya Rp 41.560.000,- (Empat
puluh satu juta lima ratus enam puluh ribu rupiah).
3. Permasalahan :
- Penjamah makan di wilayah pelabuhan Tg. Perak banyak dan tersebar
tidak rata, selain itu sulit melakukan pemeriksaan disebabkan penolakan.
- Minimnya dana kegiatan yang ada dan keterbatasan alat pemeriksaan
membuat kegiatan screening rectal swab tidak bisa mencakup
keseluruhan penjamah makan di wilayah bandara dan pelabuhan.
Mengetahui,
Plh.Kepala Kantor Kesehatan Kelas I Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas
Surabaya, Wilayah