Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN

SOSIALISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIFOID


KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS 1 SURABAYA
TAHUN 2017

I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Demam tifoid (selajutnya disebut tifoid) merupakan salah satu penyakit
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah
kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000
600.000 kematian. Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari
berbagai pihak karena penyakit ini bersifat endemik dan mengancam
kesehatan masyarakat. Sumber penularannya terutama berasal dari
makanan yang tercemari kuman Salmonella Thypi.
Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan
sebesar 81,7 per100.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok
umur 0,0/100.000 penduduk (01 tahun), 148,7/100.000 penduduk (24
tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (16 tahun). Angka ini
menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15
tahun
Tifoid merupakan salah satu penyakit endemis yang ada di Indonesia,
mayoritas mengenai anak usia sekolah dan kelompok usia produktif,
penyakit ini menyebabkan angka absensi yang tinggi, rata rata perlu waktu
7 14 hari untuk perawatan apabila seseorang terkena Tifoid. Apabila
pengobatan yang dilakukan tidak tuntas maka dapat menyebabkan
terjadinya karier yang kemudian menjadi sumber penularan bagi orang lain.
Dampak penyakit ini adalah, tingginya angka absensi, penurunan
produktifitas, timbulnya komplikasi baik di saluran pencernaan maupun
diluar saluran pencernaan, kerugian ekonomi untuk biaya pengobatan dan
perawatan, kematian.
Untuk memperkuat program pengendalian dan menurunkan angka
kesakitan tifoid, maka perlu dilakukan advokasi dan sosialisasi yang lebih
intensif, kerja sama lintas program dan lintas sektor khususnya dalam
meningkatkan akses air bersih, peran agen perjalanan dalam melakukan
vaksinasi tifoid pada wisatawan, kajian efektivitas penggunaan vaksin tifoid
dalam program pengendalian sebagai bahan pertimbangan agar dapat
dimasukkan ke dalam program imunisasi nasional, pencegahan kasus-
kasus karier atau relaps dan resistensi, serta meningkatkan pembiayaan
program pengedalian di provinsi dan kabupaten/ kota. Kantor kesehatan
pelabuhan kelas I Surabaya sebagai UPT Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI mendukung
kegiatan pengendalian dan pencegahan penyakit tifoid dengan melakukan
kegiatan sosialisasi pencegahan dan pengendalian di wilayah Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya.
Selain itu dengan kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat
ditindaklanjuti dengan kegiatan pemeriksaan penjamah makanan di wilayah
pelabuhan / bandara Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya.Dalam
sosialisasi ini akan dibuat kesepakatan dan rencana tindak lanjut program
pencegahan dan pengendalian penyakit tifoid di tahun mendatang.

I.2. Dasar Hukum


a. UU No. 4 / 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
b. UU No. 36 / 2009 tentang Kesehatan
c. PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular
d. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL)
e. Kepmenkes No. 1479 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak
Menular Terpadu
f. Kepmenkes No. 424 tahun 2007 tentang Pedoman Upaya Kesehatan
Pelabuhan Dalam Rangka Karantina Kesehatan
g. Permenkes Kesehatan No. 356 tahun 2008 Jo. 2348 tahun 2011 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja KKP
h. International Health Regulation 2005
i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 365/MENKES /SK/V/2006 tentang
Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.

II. Tujuan
II.1. Tujuan Umum
Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan lintas sektor terkait
pencegahan dan pengendalian penyakit tifoid.

II.2. Tujuan Khusus


- Melakukan sosialisasi tentang penyakit tifoid kepada lintas sektor dan
pemilik jasa penyedia makanan / pelaku penjamah makanan.
- Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam pengawasan dan
pencegahan keluar masuknya penyakit tifoid melalui pintu masuk
pelabuhan / bandara wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Surabaya
- Menyusun rencana tindak lanjut untuk pelaksanaan kegiatan pengawasan
dan pencegahan keluar masuknya penyakit tifoid melalui pintu masuk
pelabuhan / bandara wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Surabaya.

III. Tempat Dan Pelaksanaan Pelaksanaan


Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Acardia Surabaya, jl. Rajawali no.9-11,
Surabaya pada tanggal 21 Mei 2017.

IV. Narasumber dan Peserta


IV.1. Narasumber
Narasumber pada kegiatan ini adalah :
1) Maman Sudirman ST,MKes : Memberikan arahan, pembukaan rapat
2) Paparan materi, terdiri dari :
- Kebijakan pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung
oleh Maman Sudirman ST,M.Kes
- Program pencegahan dan pengendalian penyakit tifoid di wilayah
pelabuhan dan bandara, oleh dr. Zainul Mukhorobin, M.MRS
- Persyaratan Kesehatan bagi penjamah makanan pada tempat
pengolahan makanan oleh dr. Acub Zaenal Amoe, MPH

IV.2. Peserta
Peserta yang hadir sebanyak 50 orang terdiri dari 18 peserta intern KKP dan
32 orang peserta luar yaitu dari penjamah makanan dan pengelola penyedia
makanan serta lintas sektor terkait.

V. Metode dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah ceramah dan tanya
jawab/diskusi.
Tahapan kegiatan terdiri dari persiapan, pelaksanaan dan pelaporan.

VI. Penanggungjawab dan Pelaksana Kegiatan


Penanggungjawab kegiatan ini adalah Kepala Seksi Pencegahan dan
Pelayanan Kesehatan. Pelaksana kegiatan adalah bidang UKLW seksi
Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan.

VII. Biaya
Biaya pelaksanaan kegiatan dibebankan pada DIPA Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas 1 Surabaya dengan total biaya Rp 41.560.000,- (Empat
puluh satu juta lima ratus enam puluh ribu rupiah).

VIII. Hasil Kegiatan


Telah dilakukan Sosialisasi Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tifoid
Kepada Masyarakat Pelabuhan / Bandara dengan hasil sebagai berikut :
1. Sesuai dengan tupoksi KKP sebagai pintu gerbang negara dan sesuai
dasar hukum yang ada maka KKP Kelas I Surabaya perlu melakukan
sosialisasi deteksi dini dan pencegahan penyakit Tifoid.

2. Situasi saat ini adalah sebagai berikut :


- Masyarakat bandara dan pelabuhan berisiko tertular tifoid dari penjamah
makanan yang menderita karier tifoid
- Strategi pencegahan tifoid dilakukan dengan melakukan screening rectal
swab dan promosi kesehatan.
- Profilaksis dengan vaksinasi tifoid dapat dilakukan dan melakukan PHBS.
- Pelaporan kasus tifoid pada penjamah makan belum diketahui secara
rutin

3. Permasalahan :
- Penjamah makan di wilayah pelabuhan Tg. Perak banyak dan tersebar
tidak rata, selain itu sulit melakukan pemeriksaan disebabkan penolakan.
- Minimnya dana kegiatan yang ada dan keterbatasan alat pemeriksaan
membuat kegiatan screening rectal swab tidak bisa mencakup
keseluruhan penjamah makan di wilayah bandara dan pelabuhan.

4. Rencana tindak lanjut :


Sosialisasi/informasi kepada penjamah makan di wilayah pelabuhan dan
bandara bahwa pengendalian penyakit tifoid melalui pemeriksaaan rectal
swab sangat efektif disamping pengumpulan data mengenai jumlah
penjamah makan di wilayah bandara dan pelabuhan.
Kerjasama dengan masing-masing pemillik rumah makan atau tempat
penyedia pelayanan makan / catering mengenai pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian tifoid dapat menggunakan pembiayaan
mandiri dari pemillik rumah makan atau tempat penyedia pelayanan
makan / catering.

Surabaya, 22 Mei 2017

Mengetahui,
Plh.Kepala Kantor Kesehatan Kelas I Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas
Surabaya, Wilayah

Maman Sudirman, ST,M.Kes dr. M. Zainul Mukhorobin, M.MRS


NIP. 197001121994031004 NIP. 197007092001121001

Anda mungkin juga menyukai