SYOK HIPOVOLEMIK
Disusun oleh :
1. Arie Sinta Ratna S. (1410010)
2. Ayuk Cahaya F. (1410011)
3. Bella Rika V.D (1410012)
4. Moh. Yasin (1410032)
5. Moh. Habib M. (1410033)
6. Molina Olivia K. (1410034)
7. Oktavianus Filemon O. (1410037)
8. Saiful Anam (1410045)
9. Farian Ahla (1210014)
PRODI S1 KEPERAWATAN
Kondisi syok dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti infark miokard luas
atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat infeksi yang tak terkontrol (syok
septic, tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik), respons imun yang
berlebihan (syok anafilaktik dan perdarahan masif atau luka bakar yang luas (syok
hipovolemik).
Data epidemiologis menunjukkan bahwa syok hipovolemik merupakan salah
satu penyebab kematian di negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah
satu penyebab syok yang paling sering terjadi adalah kecelakaan. Menurut WHO 2010 ,
angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 6%, sedangkan angka kematian
akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang
kurang memadai mencapai angka 36%.
Diagnosa adanya syok harus didasarkan pada data-data baik klinis maupun
laboratorium yang jelas, yang merupakan akibat dari kurangnya perfusi jaringan. Syok
bersifat progresif dan terus memburuk jika tidak segera ditangani. Syok mempengaruhi
kerja organ-organ vital dan penanganannya memerlukan pemahaman tentang
patofisiologi syok. Tatalaksana syok bertujuan memperbaiki gangguan fisiologik dan
menghilangkan faktor penyebab.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan syok hipovolemik
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi syok hipovolemik
2. Untuk mengetahui etiologi syok hipovolemik
3. Untuk mengetahui patofisiologi syok hipovolemik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis syok hipovolemik
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang syok hipovolemik
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan syok hipovolemik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang
adekuat tergantung pada 3 faktor utama yaitu curah jantung, volume darah, dan tonus
vasomotor perifer. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain
tidak dapat melakukan kompensasi, maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah
arteri normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika
syok berlanjut, curah jantung menurun dan vasokonstriksi perifer meningkat. Jika
hipotensi menetap dan vasokonstruksi berlanjut, hipoperfusi mengakibatkan asidosis
laktat, oliguria, dan ileus. Jika tekanan arteri cukup rendah, terjadi disfungsi otak dan
otot jantung (Mansjoer, 2001). Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana
terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure
akibat perfusi yang tidak adekuat (Smeltzer, 2001).
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan fungsi akut fungsi sirkulasi
yang menyebabkan ketidakckupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan
akibat mekanisme homeostatis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang
fisiologi keadaan syok dan homeostatis, syok adalah keadaan tidak cukupnya
pengiriman oksigen ke jaringan. Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan
terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi
intensif (Ashadi, 2001).
2.2 Etiologi
Menurut Toni Ashadi (2006), Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh
hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah
yang besar. Misalnya : fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan
atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak,
otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan
perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible).
Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun,
asidosis metabolik tidak ada atau ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal).
Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada
lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5
mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi
untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi
vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat,
gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah
jantung menurun).
2.4 Patofisiologis
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut
dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui
pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan
tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan.
Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan
penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam
untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang
sempurna.
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000):
1. Fase Kompensasi
2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan
tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi
mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat
tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan
bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk
metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh
darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan
vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti
dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa
ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati
intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan
respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan
anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan
(histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan
memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan
penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke
sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek
keadaan. Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim
retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan
juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik.
Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat
ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.
3. Fase Irrevesibel/Refrakter
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok.
Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun,
dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
Tanda lain
Nadi
Class Lost EBV Tekanan darah Kesadaran, napas,
permenit
urine
I < 15 % Tekanan darah normal Cepat Normal
<750 ml (hipotensi postural +) <100 Napas 14-20 x/mnt
Urine >30 cc/jam
II 15-30 % Tekanan darah turun >100 Agak gelisah/cemas
750-1500 ml Hipotensi postural + Napas 20-30 x/mnt
Urine 20-30 cc/jam
III 30-40 % Tekanan darah turun >120 Gelisah/ bingung
1500-2000 ml Napas 30-40 x/mnt
Urine 5-15 c/jam
IV >40 % Tekanan darah sangat >140 Lethargy
>2000 ml turun Napas >35 x/mnt
Anuria
1. Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia
langsung dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.
3. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur.
Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan
ultrasonografi pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang
memiliki fasilitas tersebut. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering
terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan hasil tes
kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.
4. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto
polos dada awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi,
atau CT-scan dada.
2.8 Penatalaksanaan
Diagnosis dan terapi syok harusilakukan secara simultan. Untuk hampir semua
penderita trauma, penanganan dilakukan seolah-olah penderita menderita syok
hipovolemi, kecuali bila ada bukti jelas bahwa keadaan syok disebabkan oleh suatu
etiologi yang bukan hipovolemia. Prinsip pengelolaan dasar yang harus dipegang ialah
menghentikan perdarahan dan mengganti kehilangan volume.
A. Tentukan Respon
Pengkajian respon dengan cara cepat pada kegawatdaruratan pasien syok dengan
menggunakan AVPU, yaitu :
Kaji :
3. Distres pernapasan
1. Frekuensi napas
2. Suara pernapasan
4. Kaji :
1. Posisi syok
Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga pleura, panggul atau pelvis, tulang
paha (femur), kulit kepala (anak)
d. Hemothorak : 2 liter
Menilai respon pada penggantian volume adalah penting, bila respon mnmal
kemungkinan adanya sumber perdarahan aktif yang harus dihentikan, segera lakukan
pemeriksaan golongan darah dan cross matched, konsultasi dengan ahli bedah, hentikan
perdarahan luar yang tampak (misalnya pada ekstremitas)
Penggantian darah dapat digunakan darah lengkap (WBC) atau komponen darah
merah (PRC). Usahakan jangan memberikan tranfusi yang dingin karena dapat
menyebabkan hipotermi.
G. Folley Catheter
Dilatasi lambung seringkali terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-
anak, dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat
diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi syaraf vagus yang
berlebihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita
yang tidak sadar, distensi lambung membesarkan resiko aspirasi isi lambung, ini
merupakan suatu komplikasi yang bias menjadi fatal. Dekompresi lambung
dilakukan dengan memasukkan selang/pipa kadalam perut melalui hidung atau
mulut dan memasangnya pada penyedot untuk mengeluarkan isi lambung.
Namun walau penempatan pipa sudah baik, masih memungkinkan terjadi
aspirasi.
Jalan napas pasien sebaiknya dibebaskan segera dan stabilisasi jika perlu.
Kedalaman dan frekuensi pernapasan, dan juga suara napas, harus diperhatikan.
Jika terjadi keadaan patologi (seperti pneumothoraks, hemothoraks, dan flail
chest) yang mengganggu pernapasan, harus segera ditangani. Tambahan oksigen
dalam jumlah besar dan bantuan ventilator harus diberikan pada semua pasien.
Ventilasi tekanan positif yang berlebihan dapat berbahaya pada pasien yang
mengalami syok hipovolemik dan sebaiknya dihindari.
Jika tanda vital sudah kembali normal, pasien diawasi agar tetap stabil
dan darah pasien perlu dikirim untuk dicocokkan. Jika tanda vital membaik
sementara, infus kristaloid dilanjutkan dan dipersiapkan darah yang cocok. Jika
perbaikan yang terjadi tidak bermakna atau tidak ada, infus kristaloid harus
dilanjutkan, dan darah O diberikan (darah tipe O rhesus (-) harus diberikan
kepada pasien wanita usia subur untuk mencegah sensitasi dan komplikasi
lanjut).
Jika pasien kritis dan hipotensi berat (syok derajat IV), diberikan cairan
kristaloid dan darah tipe O. Pedoman pemberian kristaloid dan darah tidak
diatur, terapi yang diberikan harus berdasarkan kondisi pasien.
Pada pasien dengan nadi yang tidak teraba di unit gawat darurat atau
awal tibanya, dapat diindikasikan torakotomi emergensi dengan klem menyilang
pada aorta diindikasikan untuk menjaga suplai darah ke otak. Tindakan ini
hanya bersifat paliatif dan butuh segera dibawa di ruang operasi.
3. Resusitasi Cairan
Area yang lain yang menarik tentang resusitasi adalah tujuan untuk
mengembalikan volume sirkulasi dan tekanan darah kepada keadaan normal
sebelum control perdarahan.
Rumus penghitungan :
70 x BB (kg) 20 x BB (kg)
*diberikan 2 kali dalam 24 jam. Dengan penghitungan yang pertama diberikan selama 8
jam dan yang kedua diberikan selama 16 jam
Cairan sebagai resusitasi 24 jam diberikan untuk pasien luka bakar dengan aturan :
8 jam pertma setengah dari kebutuhan cairan dan 116 jam berikutnya diberikan
setengah sisa kebutuhan
Tekanan
Na+ Ca++ HCO3
Cairan K+ (mEq/L) Cl- (mEq/L) Osmotik
(mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)
mOsm/L
Cairan
137-47 3.5-5.5 95-108 8.5-10.5 22-26 280-300
Tubuh
Ringer 130 4 109 3 28^ 273
Laktat
Ringer
130 4 109 3 28* 273
Asetat
NaCl 0.9%
154 - 154 - - 308
^ : sebagai laktat
*: sebagai asetat
1. Medikasi Obat
a. Obat Anti Sekretorik : Obat ini memiliki efek vasokonstriksi dan dapat
mengurangi aliran darah ke sistem porta.
Dosis
4) Perhatian
c. Ocreotide (Sandostatin)
Dosis
3) Perhatian
2.9 Pencegahan
a. Pencegahan primer :
1) Pemantauan ketat pasien yang beresiko mengalami defisit cairan
2) Membantu dalam penggantian cairan sebelum volume intravaskuler
menipis
3) Pemantauan tanda komplikasi dan efek samping pengobatan sedini
mungkin
4) Berikan transfusi darah pada pasien yang mengalami pendarahan masif
5) Resusitasi segera untuk pasien luka bakar
b. Pencegahan sekunder :
1) Memastikan pemberian cairan dengan aman
2) Mendeteksi dan mendokumentasikan pemberian cairan
3) Memantau efek dari pemberian cairan tersebut
4) Pemberian oksigen pada pasin yang mengalami sesak
c. Pencegahan tersier :
1) Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur.
2) Menganjurkan pasien untuk control kembali secara teratur.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Kasus
Tn. K berumur 36 tahun dibawa oleh keluarga ke IGD Rumah Sakit Medika
Utama pukul 11.25 WIB karena tidak sadarkan diri. Menurut keluarga, px sudah
mengalami diare 3 hari yang lalu dengan konsistensi cair, ampas sedikit. Sejak tadi pagi
istri px mengatakan BAB cair 7 dengan konsistensi cair. Dari hasil pemeriksaan ruang
mawar didapatkan TD : 80/50 mmHg, N : 110 x/menit, S : 358 oC, RR : 30 x/menit.
Hasil pemeriksaan lab didapatkan Na : 115 mmol/L, K : 2.2 mmol/L, Cl 9.8 mmol/L,
Hb : 10,5 g/dl, HCT : 31.8 %, RBC : 3.64 10^3/UL. Diagnosa medis syok hipovolemik
e.c diare.
3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Tn. K
2. Umur : 36 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Tgl Masuk RS : 13 September 2017
7. Diagnosa Med : Syok Hippovolemik e.c Diare
8. Alamat : Surabaya
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :
Keluarga pasien mengatakan pasien sudah BAB air 7 kali sejak tadi pagi dengan
konsistensi air dengan ampas sedikit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat pengkajian istri px mengatakan bahwa px telah mengalami diare sejak
3 hari yang lalu. Keluarga tidak mengetahui penyebab px diare. Px sudah minum
obat yang dibeli di warung untuk mengueangi diare, namun belum teratasi,
frekuensi diare malah semakin banyak. Tadi pagi pada pukul 10.30 px setelah
keluar dari kamar mandi langsung pingsan dan tidak sadarkan diri. Kemudian
keljuarga pasien membawa pasien ke IGD Rumah Sakit Medika Utama pada
pukul 11.25 WIB.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak pernah masuk rumah sakit, Klien
tidak memiliki riwayat penyakit menular ataupun menurun. Klien hanya
mengalami sakit biasa seperti batuk, flu, dan berobat ke puskesmas.
4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada di dalam anggota keluarga yang mengalami
Penyakit yang sama seperti klien.
5. Riwayat Kebiasaan
Keluarga klien mengatakan kebiasaan klien sering tidur malam
6. Riwayat Alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
makanan, minuman ataupun obat-obatan.
C. Pengkajian Primer
1. Airway
a. Tidak ada sumbatan jalan nafas
b. Pola nafas tidak efektif
2. Breathing
a. Sesak nafas
b. RR 30 x/menit
c. Terpasang O2 10 L/Menit
d. Pernafasan cepat dan dangkal
3. Circulation
a. Pucat / sianosi
b. Akral dingin
c. CRT 4 detik
d. TTV : TD 80/50 mmHg
S : 358 o C
HR : 110 x/menit
HB :10,8 gr/dl x/menit
4. Disability
a. Kesadaran Somnolen
b. GCS 10 (E2, V3, M5)
c. Keadaan umum lemah
d. Pupil isokor
e. Reflek cahaya +/+
5. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa gaya hidupnya kurang baik, karena ia
memiliki kebiasaan minum kopi 3xsehari dan kebiasaan merokok 7 batang
per hari.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa ia biasa makan 3x sehari
dengan 1 porsi. Menunya seperti nasi, daging, sayur, dan makanan habis
dalam 1 porsi. Pasien biasa minum air putih 9 gelas/hari. Berat badannya
55kg dan tinggi badannya 165cm.
Saat sakit : keluarga mengatakan bahwa nafsu makann px menurun, ia
makan 3x sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur bening, tetapi masih
bersisa, dan biasa minum air putih 4 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa ia biasa BAB setiap pagi
hari dengan bentuk faces padat, warna feses kuning, bau khas feses, dan
feses tidak bercampur darah.
Saat sakit : keluarg mengatakan bahwa ia BAB 7x/hari dengan
bentuk fases encer, feses berwarna kuning, ampas sedikit.
2) BAK
Sebelum sakit : keluarga mengatakan bahwa px biasa BAK secara
normal dengan karakteristik urin cair, warnanya kuning, bau khas urine,
serta tidak bercampur darah.
2) Latihan
Sebelum sakit : istri px mengatakan bahwa px biasa melakukan
aktivitas sehari-hari seperti bekerja
f. Pola Peran-Hubungan
Istri px mengatakan mengatakan bahwa keluarga mendukung untuk
kesembuhan pasien
g. Pola Seksual-Reproduksi
Istri px mengatakan bahwa px mempunyai 1 orang anak laki-laki yang masih
bersekolah.
i. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien belum bisa dikaji
F. Pemeriksaan
1. Kesadaran : somnolen
2. Keadaan umum : lemah
3. Tanda-tanda Vital :
a. TD : 80/50 mmHg e. TB : 165 cm
b. Nadi : 110 x/menit f. BB : 55 kg
c. Suhu : 358 o C
d. RR : 30 x/menit
4. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Bentuk kepala pasien normal simetris, tidak terlihat adanya alopesia, warna
rambut hitam, kebersihan cukup, tidah terdapat luka pada kulit kepala dan
wajah, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. Alis dan mata terlihat
simetris, tidak terdapat udim palpebra, sklera aninterik, pupil isokor miosis,
konjungtiva anemis. Hidung simetris, tidak terlihat adanya serumen,
penyebaran silia merata, tidak teraba massa dan nyeri tekan pada sinus
frontalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus masilaris. Telinga
simetris, tidak terlihat adanya serumen dan discart, tidak terlihat adanya
betelsains, tidak teraba massa dan nyeri tekan pada tragus, cartilago, dan
aurikul. Mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terlihat adanya
stomatitis. Leher terlihat simetris, tidak terlihat adanya hiperpigmentasi,
tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat peningkatan JVP, tidak teraba massa
pada kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
b. Dada :
Paru : Bentuk paru terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim,
terlihat adanya tatto,tidak teraba massa dan nyeri tekan, terdengar suara
sonor pada ICS 2-8.
Jantung : Terlihat iktus kordis,terdengar suara S1 dan S2 tunggal reguler
tidak teraba massa dan nyeri tekan.
c. Payudara dan ketiak :
Bentuk payudara terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, tidak teraba massa.
d. Abdomen :
Tidak terlihat adanya hiperpigmentasi,tidak terlihat adanya lesi pada
abdomen. Terdengar gerakan peristaltik 37 kali/menit. Terdengar suara
pekak.
e. Genetalia :
Tidak terkaji
f. Integumen :
Tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat
adanya tatto di bagian tangan, kaki, dada dan punggung, kulit terlihat kering
dan turgor kulit tidak elastis.
g. Ekstremitas :
Atas : Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering.
Bawah : Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak
terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering.
h. Neurologis :
Status mental dan emosi : pasien tidak sadarkan diri hanya bisa mengerang
D. Pemerikaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi rutin pada tanggal 13 September 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin (HGB) 10,5 g/dl 13,0-18,0
Hematokrit (HTC) 31,8% 40-52
Lekosit (WBC) 7,8010^3/UL 3,8-10,6
Trombosit (PLT) 346 10^3/UL 150-440
Eritrosit (RBC) 3,6410^3/UL 4,5-6,5
RDW 12,9% 10-16
MPV 7,2 fL 7,2-11,1
PCT 0,2% 0,2-0,5
MCV 87,4 fL 80-100
MCH 28,8 Pg 26-34
MCHC 33,0 Pg 32-36
Limfosit % 10,7% 20-35
Monosit % 3,3% 2-8
Gran % 86,0% 50-80
Lymp # 0,8010^3/UL 1-5
Monosit # 0,3010^3/UL 0,1-1
Gran # 6,5010^3/UL 2-8
Elektrolit
138 mmol/L 135-147
Natrium (Na)
Kalium (K) 2,2 mmol/L 3,5-5,0
Chloride (Cl) 9,8 mmol/L 98-106
2. Pemeriksaan radiologi : -
3. Hasil konsultasi : -
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain :-
3.2 Analisa Data
Hipopervusi alveoli
Napas cepat
Ketidakefektifan pola
napas
2 Ds : - Defisit volume Hipovolemia
Do : cairan
1. BAB 7 x/hari Tubuh kehilangan
2. Kulit kering dan turgor kulit oksigen
tidak elastis
3. Konjungtiva anemis Menurunnya cairan
4. Mukosa bibir kering intravaskuler
5. Akral dingin
6. Berkeringat dingin Defisit volume cairan
7. S : 358 o C
8. Terpasang cairan RL
maintenance 25 tpm
9. EBV : 70 x 55 = 3850 cc
10. EBL : 30% x 3850 = 1155 cc
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Derajat syok ada 3 yaitu, syok ringan, syok sedang, dan syok berat. Tubuh
manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama
sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah: kulit dingin, pucat,
dan vena kulit kolaps, takikardi, hipotensi dan oliguri.
Jika syok terjadi bisa dilakukan primary survey dengan mengukur airway,
breathing, circulation, disability dan exposure. Diberikan posisi syok dan penghentian
perdarahan jika diperlukan.
4.2 SARAN