Anda di halaman 1dari 1

ut cerita rakyat yang diceritakan secara turun temurun di kalangan masyarakat Kalimantan Timur, sejak

tahun 1700 an di tanah Pasir sudah ada sistem pemerintahan kerajaan yang sangat teratur. Di bawah
pemerintahan kerajaan tersebut, rakyat hidup sejahtera. Kekuasaan raja yang memimpin pada waktu itu
sangat luas, membentang hingga ke bagian selatan. Daerah tersebut merupakan sebuah teluk yang kaya
akan hasil laut, dan pemandangan disana pun sangat indah. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di
sepanjang teluk hidup sebagai nelayan dan petani yang sangat makmur.

Sultan yang memerintah kerajaan pada waktu itu adalah Sultan Aji Muhammad. Sultan mempunyai
seorang putri bernama Aji Tatin. Putri tersebut menikah dengan Raja Kutai. Kepada ayahnya, Aji Tatin
meminta warisan untuk masa depannya. Sultan Aji Muhammad kemudian memberikan wilayah teluk
yang saat itu memang belum memiliki nama.

Pada suatu hari, ketika orang-orang yang bertugas mengumpulkan upeti dari rakyat untuk Aji Tatin
sedang naik perahu, datanglah angin topan yang dahsyat. Upeti dari rakyat yang sedang mereka bawa
saat itu berupa papan dengan jumlah yang sangat banyak. Karena merasa tidak mampu untuk melawan
badai, para pendayung perahu tersebut berusaha merapat ke pantai. Namun, karena gelombang yang
sangat besar dan angin topan tersebut, perahu pun terhempas ke sebuah karang. Alat untuk mendayung
(tokong/galah) pun patah dan perahu pun karam. Panglima Sendong yang memimpin rombongan
tersebut dan semua anak buahnya meninggal.

Jadi, menurut legenda atau cerita rakyat Kalimantan Timur ini, nama Balikpapan diambil dari kejadian
saat perahu yang berisi papan terbalik karena diterpa badai. Sedangkan pulau karang yang tertabrak
oleh perahu hingga karam kini dinamakan Pulau Tukung.

Anda mungkin juga menyukai