PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya
mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin
pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi
bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat
mesin pertanian yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam
dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian
(Sukirno, 1999).
Pada budidaya tanaman untuk mengendalikan gulma, hama dan penyakit tanaman
umumnya digunakan pestisida berbentuk cair dan tepung. Untuk mengaplikasikannya
pestisida cair digunakan alat penyemprot yang disebut sprayer , sedangkan untuk pestisida
berbentuk tepung digunakan alat yang disebut duster. Sprayer merupakan alat aplikator
pestisida yangsangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama &
penyakit tumbuhan.
Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan
ataususpensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat
aplikatorpestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian
hama &penyakit tumbuhan. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat aplikator pestisida yang
sangatdiperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit
tumbuhan.Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat
dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis
pestisida yang akan disemprotkan.
Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu
bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot
(daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas
alatsemprot ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung
didalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran
semprot.
Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan
dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida
yang akan disemprotkan.
Aplikasi herbisida dan alat aplikasinya pada prinsipnya tergantung dari formulasi
yang digunakan. Dalam aplikasi herbisida yang memakai pelarut banyak kegagalan yang
terjadi akibat kesalahan pemakaian alat dan kesalahan melakukan kalibrasi. Sehingga hasil
yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, pengetahuan
mengenai bagian dari alat-alat semprot dan kalibrasinya sangat diperlukan.
Fungsi utama sprayer adalah untuk memecahkan cairan yang disemprotkan menjadi tetesan
kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata pada objek yang dilindungi.
1.2.Tujuan
Secara umum, tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Agar mahasiswa mengetahui berbagai macam alat pengendalian gulma secara mekanis
Sprayer adalah alat/mesin yang berfungsi untuk memecah suatu cairan, larutan atau
suspensi menjadi butiran cairan (droplets) atau spray. Sprayer merupakan alat aplikator
pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan
penyakit tumbuhan. Sprayer juga didefinisikan sebagai alat aplikator pestisida yang sangat
diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan.
Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan
dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida
yang akan disemprotkan.
Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak
digunakan petani di lapangan adalah jenis hand sprayer (tipe pompa), namun hasilnya kurang
efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian
pada tahun 1997 di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong
sering mengalami kerusakan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami
kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor,
paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah
rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb. (Dirjen Tanaman Pangan, 1977).
Disamping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pestisida yang
diaplikasikan tidak sesuai (melebihi) dari dosis yang direkomendasikan dan ini salah satunya
disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi (Mimin, et.al., 1992).
Dari hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa kinerja sprayer elektrostatika
lebih baik dari tipe sprayer lainnya, namun perlu modifikasi lebih lanjut terutama pada
sumber tenaga (batere) dan pola penyebaran dropletnya agar pengeluarannya benar-benar
terkontrol, bahan pembawa cairan kontak (media kontak) yang mahal mengingat tidak semua
bahan kimia dapat diaplikasikan dengan menggunakan sprayer elektrostatik. Kelemahan
lainnya adalah disain yang dibuat masih belum ergonomis (berat dan kurang flkesibel)
sehingga agak menyulitkan dalam operasionalnya di lapangan.
Di samping itu rancangan sprayer elektrostatik ini perlu dimodifikasi mengingat harga
atau biaya produksinya masih tinggi bila dibandingkan dengan tipe sprayer lainnya (terutama
jenis sprayer gendong / knapsack sprayer), baik produk lokal maupun impor. Hasil penelitian
Kusdiana (1991) dan Roni Kastaman (1992) menunjukkan bahwa sebenarnya jenis sprayer
yang dapat dianggap paling baik dan memenuhi kriteria pemakaian yang diinginkan oleh
pemakai (umumnya petani) adalah sprayer dari jenis Microner atau Sprayer Elektrostatik.
Umumnya kriteria yang banyak diutamakan pemakai adalah kriteria jaminan
ketersediaan suku cadang, keamanan dalam penggunaan alat, ekonomis, kapasitas dan
kepraktisan. Demikian pula kesimpulan dari hasil penelitian Mimin et.al. (1992), yaitu bahwa
sprayer yang paling baik dari segi kinerja penyemprotannya adalah sprayer elektrostatik dan
yang paling buruk sprayer hidrolik.
Pestisida yang dipakai dalam budidaya tanaman umumnya berbentuk cairan dan ada
pula yang berbentuk tepung, digunakan untuk mengendalikan gulma, hama dan penyakit
tanaman. Untuk mengaplikasikannya pestisida cair digunakan alat penyemprot yang disebut
sprayer, sedangkan untuk pestisida berbentuk tepung digunakan alat yang disebut duster.
Dalam penggunaannya sehari-hari petani sering menemukan masalah seperti teknik
pemakaian, serta perbaikan dan pemeliharaannya. Hal seperti ini pada akhirnya akan
menentukan tingkat efisisnsi dan efektivitas dalam penggunaannya.
Berdasarkan tenaga yang digunakannya alat penyemprot dibedakan menjadi alat
penyemprot dengan tenaga tangan (handsprayer), dan alat penyemprot dengan pompa
tekanan tinggi. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang
dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan
dosis pestisida yang akan disemprotkan (Hidayat, 2001). Dari hasil beberapa penelitian
menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis
hand sprayer (tipe pompa), namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak.
Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1977 di beberapa
tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan.
Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung
pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus,
selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan
las korosi, dsb. Di samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan
pestyang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang
menunjang aplikasi.
II. METODELOGI
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah knapsack sprayer
Adapun hasil dan analisis pengamatan yang didapat pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Knapsack Matabi
Gambar Keterangan
1. Nozzle
2. Penutup tabung
3. Tabung larutan
4. Pompa
5. Tali pengait
6. Laras
Keterangan alat
Merek : Knap sack Matabi.
Kapasitas : 16 liter/tangki.
Prinsip kerja sprayer knap sack secara umum yaitu : untuk memecah cairan menjadi tetesan
tetesan dengan ukuran efektif mendistribusikan secara merata di atas permukaan daun.
Mengatur banyaknya larutan racun untuk menghindarkan pemakaian yang berlebihan yang
mungkin terbukti bersifat merusak atau bahkan pemborosan bahan. Selain itu, cairan di
dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi sehingga akan mengalir
melalui selang karet menuju alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan melalui celah
yang sempit akan pecah menjadi partikel partikel yang halus. Sitem ini dikenal sebagai
hydrolik atomization.
Cara membersihkan : Dicuci dengan air lalu dilap dengan kain kering dan disimpan pada
tempat yang bersih (Wundiarto 1988).
3.2. Pemahasan
Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, mel
ainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampaipada tingkat di
mana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau
keuntungan yang diperoleh gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha
ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan po
pulasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara
ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik, sehingga sama sekali tidak
bertujuan menekan populasi gulma sampai nol.
a. Fungsi Sprayer
Menurut Bronson dan Anderson dalam Smith (1990), fungsi utama dari suatu
sprayer adalah memecah cairan menjadi tetes-tetes dengan ukuran yang efektif
untuk didistribusikan secara merata di atas permukaan atau ruang yang harus
dilindungi.Fungsi lain adalah mengatur banyaknya pestisida untuk menghindarkanpemberian
yang berlebihan yang terbukti bersifat merusak atau merupakan
pemborosan. Sedangkan tujuan utama dari penyemprotan obat anti hama dengan menggunak
an sprayer adalah untuk melindungi tanaman dari jasad pengganggu
dalam batas-batas yang menguntungkan petani (Daywin et al1992).
b. Klasifikasi Sprayer
Tenaga yang digunakan untuk menggerakkan pompa pada sprayer bisa berasal
dari tenaga manusia sebagai operator, motor bakar bensin, ataupun putaran dari
PTO suatu traktor.
Menurut Smith (1990), sprayer dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan tenaga penggeraknya, yaitu:
1. Sprayer dengan penggerak tangan (hand operated sprayer), yang terdiri atas:
Hand sprayer, yaitu sprayer yang berukuran kecil dan khusus untuk
keperluan di lapangan rumah, taman dan penyemprotan ringan lainnya.
Sprayer otomatis: yaitu sprayer dengan tekanan tinggi dimana tekanan
diberikan atau dibentuk melalui pemompaan sebelum penyemprotan
dilakukan. Sprayer ini disebut juga comprassed air sprayer dengan tekanandalam tangki sekit
ar 140200 psi atau 10 14 kg/cm2
2. Sprayer semi otomatis, yaitu sprayer yang bentuk fisiknya menyerupai sprayerotomatis teta
pi tidak memerlukan tekanan tinggi. Pembentukan tekanan
melalui pemompaan yang diberikan sebelum dan selama penyemprotan
berlangsung.
3. Jenis-jenis lainnya seperti bucket sprayer, barrel sprayer,
cheel barrow sprayer, slide pump sprayer. Pada tipetipe ini tangki dan pompa
tidak tersusun dalam satu unit,melainkan saling terpisah.
4. Sprayer bermotor (power sprayer): menggunakan sumber tenaga penggerak
dari motor bakar atau motor listrik atau PTO traktor. Ada beberapa tipe dari
power sprayer yaitu hydraulic sprayer sprayer, hydraulic
pneumatic sprayer: blower sprayer: aerosol generator.
hand sprayer atau alat semprot punggung merupakan sprayer yang paling banyak digunakan d
i perkebunan. Prinsip kerjanya, larutan dikeluarkan dari tangki akibat adanya tekanan udara
melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot, pada waktu gagang
pompa digerakkan, larutan keluar dari tangki
menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabka
n larutan herbisida dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya
diarahkan oleh nosel ke gulma sasaran. Pada penggunaan handsprayer, tekanan
udara yang dihasilkan harus diusahakan agar tetap konstan, tekanan pompa yang
tidak konstan mengakibatkan butiranbutiran herbisida tidak seragam dari waktu
ke waktu. Dari seluruh butiran yang dihasilkan, sekitar 80% berukuran
100 mikron. Hal ini menyebabkan terjadinya drift karena butiran yang kecil dan
halus mudah terbawa oleh hembusan angin.
Menurut Smith dan Wilkes (1990), manometer merupakan komponen pengukuran tekanan ya
ng telah dikalibrasi dengan cermat dalam kisaran tekanan pompa,
disediakan pada saluran pengeluaran untuk memandu operator dalam pengaturan
tekanan untuk setiap pekerjaan dalam penyemprotan. Dengan demikian operator
dapat menyesuaikan tekanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan ukuran
diameter dan pola butiran semprot yang diinginkan. Bila operator menginginkan
butiran yang halus, maka tekanan yang digunakan harus cukup kuat.
Pada hand sprayer SWAN tipe A
14kisaran tekanan pada 13 manometer adalah 0 sampai 10 kg/cm2, sedangkan
tekanan yang dianjurkan oleh pihak produsen berkisar dari 4 sampai 6 kg/cm2 dan kisaran 6 s
ampai 10 kg/cm2 merupakan ambang maksimum tekanan yang
diperbolehkan.Sehingga di manometer yangada pada sprayer, kisaran tekanan 6
sampai 10 kg/cm2 diberi warna merah.
2) Laras Penyembur
Panjang laras penyembur rata-rata 45-50 cm. Laras penyemprot terbuat dari
logam campuran Kepala Penyemprot (nosel) Nosel penyemprot merupakan
komponen terpenting yang berfungsi untuk memecah cairan semprotan menjadi
tetes-tetes dengan ukuran yang diinginkan dan memancarkannya
ke permukaan yang harus disemprot.Bentuk kepala penyemprot ada bermacam
ragam, tetapi hanya beberapa saja yang umum terdapat pada hand sprayer,
antara lain:
a) Jenis tunggal, terdapat dalam bentuk I dan L
b) Jenis ganda, terdapat dalam bentuk U, T dan O