Pemeriksaan Dan Pencegahan Hipertensi
Pemeriksaan Dan Pencegahan Hipertensi
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
b) Kelainan pertumbuhan pada sistem kardiovaskular dengan
ginjal: hipertensi terjadi karena peningkatan resistensi perifer
akibat elastisitas arteri berkurang dan juga berkembangnya
mikrosirkulasi.
c) Gangguan sistem RAA: peningkatan sekresi renin secara cepat
mengkonversi angiosentinogen menjadi ang-I, ang-I kemudian
oleh ACE di konversi menjadi ang-II, suatu peptide yang
memiliki efek vasokontriksi dan meningkatkan sekresi
oldosteron dari kelenjar adrenal.
d) Gangguan natriuresis: pada orang normal, natriuresis terjadi
sebagai respon dari peningkatan tekanan darah. Pada pasien
hipertensi, homeostasis ini terganggu.
e) Gangguan pertukaran ion positif: gangguan pertukaran Na+
dan k+ menyebabkan Na+ dan Ca++ intraselular meningkat,
akibatnya terjadi vasokontriksi.
f) Lain-lain: faktor lain yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah pada individu predisposisi adalah obesitas, konsumsi diit
tinggi natrium atau diit rendah potasium, konsumsi alkohol
berlebihan, merokok, polisitemia atau peningkatan viskositas
darah, penggunaan non steroidal anti inflamatory drugs
(NSAID) dan sindrom metabolik.
C. Hipertensi sekunder
a) Genetik: saat ini diketahui bahwa hipertensi dapat disebabkan oleh
mutasi dari satu gen yang diturunkan berdasarkan hukum mendel.
Gen-gen yang berpengaruh pada patomekanisme hipertensi antara
lain adalah gen yang meregulasi subtansi pressor seperti
angiotensin II, gen yang meregulasi reaktivitas otot polos vaskular
dan gen yang meregulasi renal stadium load.
3
b) Penyakit parenhim ginjal: seperti diabetic nephropathy,
inflammatory glomerulal disease, tubular interstitial disease dan
polycystic kidney merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.
Hipertensi terjadi karena berkurangnya permukaan filtrasi
glomerulus menyebabkan gangguan ekskresi garam dan air
sehingga terjadi peningkatan volume intravaskular.
c) Hipertensi renovaskular: penyempitan arteri renalis akibat fibrous
muscular hypreplasia yang sering mengenai wanita muda, atau
anterosklerosis yang terjadi pada lansia menurunkan aliran darah
ke ginjal.
d) Hiperaldosterosime primer: penyakit ini disebabkan adanya
adenoma atau hyperplasia adrenal bilateral,sehingga terjadi sekresi
aldosteron secara berlebihan dari korteks adrenal.
e) Sindrom cushing: merupakan kumpulam gejala sebagai akibat
kelebihan hormon kortikosteroid. Hal ini terutama disebabkan
karena over dosis dari pemberian obat-obatan kortikosteroid, atau
disebabkan produksi hormon kortikosteroid yang berlebihan dari
korteks adrenal akibat adenoma hipofise atau tumor adrenal.
f) Coartasio aorta: penyakit kongenital dimana terjadi penyempitan
arcus aortae tepat di distal percabangan arteri subclavia sinistra.
Kelainan ini biasanya disertai dengan katup aorta bicuspid.
Tandanya adalah TD sistolik sangat tinggi pada eksremitas atas
atau arteri radialis, sedangkan TD diastolik pada ekskremitas
bawah rendah.
g) Penggunaan esterogen: telah dilaporkan bahwa 5% wanita
menggunakan kontrasepsi (terutama umur > 35 tahun dan obesitas)
terjadi peningkatan tekanan darah. Hal ini disebabkan adanya
volume expansion akibat peningkatan sintesis renin substrat dari
hepar yang selanjutnya meningkatnya aktivitas sistem RAA.6
4
2.3 Pemeriksaan Hipertensi :
1. Pengukuran tekanan darah
Pengukuran sendiri TD memberi informasi yang berharga untuk
penilaian pada penderita hipertensi dan untuk mengawasi respons pengobatan,
disamping mencegah adanya white coat hypertension (WCH). WCH adalah
meningkatnya TD secara persisten pada pengukuran di ruang pemeriksaan
klinik dan TD normal di luar ruang pemeriksaan klinik. Definisi ini arbitrary
dan diagnosis WCH ditegakkan dengan memonitor TD selama 24 jam.
Prevalesi WCH besarnya berkisar antara 560% tergantung karakteristik
klinik dari populasi setempat. WCH banyak dijumpai pada usia muda, wanita
kurus pada usia subur. Cara yang baik untuk menghindari adanya WHC
adalah melakukan Ambulatory Blood Pressure Monitoring, namun cara ini
jarang dipakai. Data criteria yang direkomendasikan adalah :
Daytime, <135/85 mmHg probably normal, 140/90 mmHg probably
abmormal
Night-time, <120/70 mmHg probably normal, >125/75 mmHg
probably abnormal
24 hour <130/80 mmHg probably normal, 135/85 mmHg probably
abnormal.7
2. Pengukuran denyut nadi
Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi (30 detik x 2 )
dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
Pemeriksaan yang segera seperti :
a. darah : rutin, creatinine, elektrolit
b. urine : Urinelisa dan kultur urin
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi
5
d. Foto dada : apakah ada edema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana)
e. Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala dapat menunjukkan adanya edema
pada bagian otak dan ada tidaknya perdarahan
Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama) :
a. sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography (kasus tertentu), biopsi
renald(kasus tertentu).
b. menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT
Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urin 24 jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic Acid (VMA).8
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran
dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak
tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran
dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda,
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :
6
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh
mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak,
apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain- lain.
2) Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab
spesifiknya.
3) Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor
risiko
tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4) Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar,
seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan
rontgen.
5) Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna
yang
digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat
electroencefalografi
(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).9
7
Untuk alasan inilah pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap
tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler akibat hipertensi. Pencegahan sebenarnya merupakan bagian
dari epngobatan hipertensi karena mampu memutus mata rantai penatalaksanaan
hipertensi dan komplikasinya.
Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan :
a. Intervensi untuk menurunkan tekanan darah di populasi dengan tujuan
menggeser distribusi tekanan darah kearah yang lebih rendah. Penurunan TDS
sebanyak 2 mmHg di populasi mampu menurunkan kematian akibat stroke,
PJK, dan sebabsebab lain masing-masing sebesar 6%, 4% dan 3%. Penurunan
TDS 3 mmHg ternyata dapat menurunkan kematian masingmasing sebesar 8%,
5% dan 4%.
b. Strategi penurunan tekanan darah ditujukan pada mereka yang mempunyai
kecenderungan meningginya tekanan darah, kelompok masyarakat ini termasuk
mereka yang mengalami tekanan darah normal dalam kisaran yang tinggi (TDS
130-139 mmHg atau TDD 85-89 mmHg), riwayat keluarga ada yang menderita
hipertensi, obsitas, tidak aktif secara fisik, atau banyak minum alcohol dan
garam.
Berbagai cara yang terbukti mampu untuk mencegah terjadinya hipertensi,
yaitu pengendalian berat badan, pengurangan asupan natrium kloride, aktifitas
alcohol, pengendalian stress, suplementasi fish oil dan serat. The 5-year primary
prevention of hypertension meneliti berbagai faktor intervensi terdiri dari
pengurangan kalori, asupan natrium kloride dan alcohol serta peningkatan aktifitas
fisik. Hasil penelitian menunjukkan penurunan berat badan sebesar 5,9 pounds
berkaitan dengan penurunan TDS dan TDD sebesar 1,3 mmHg dan 1,2 mmHg.
Penelitian yang mengikut sertakan sebanyak 47.000 individu menunjukan
perbedaan asupan sodium sebanyak 100 mmo1/hari berhubungan dengan
perbedaan TDS sebesar 5 mmHg pada usia 15-19 tahun dan 10 mmHg pada usia
60-69 tahun.
8
Meningginya TDS dan TDD, meningkatnya sirkulasi kadar kateholamin,
cortisol, vasopressin, endorphins, andaldosterone, dan penurunan ekskresi sodium
di urine merupakan respons dari rangsangan stress yang akut. Intervensi
pemnegdalian stress seperti relaksasi, meditasi dan biofeedback mampu mencegah
dan mengobati hipertensi.10
- Pasien hipertensi dengan tekanan darah sistole >=140 mmHg dan diastole
>=90 mmHg diawali dengan terapi non farmakologi seperti penurunan berat
badan bagi penderita yang obesitas atau kegemukan, olahraga teratur,
mengurangi konsumsi alkohol dan garam, tidak merokok dan mengkonsumsi
lebih banyak sayur dan buah
- Terapi farmakologi: untuk penderita tanpa komplikasi pengobatan dimulai
dengan diuretik tiazid dosis rendah dan untuk penderita dengan komplikasi
menggunakan lebih dari satu macam obat hipertensi.
b. Menurut National Commite (JMC):
- Perubahan gaya hidup dan terapi obat memberikan manfaat yang berarti bagi
pasien hipertensi
- Target tekanan darah <140/90 bagi hipertensi tanpa komplikasi dan targer
tekanan darah <130/80 bagi hipertensi dengan komplikasi
- Diuretik tiazid merupakan obat pilihan pertama untuk mencegah komplikasi
kardiovaskular
- Pasien hipertensi dengan kondisi lain yang menyertai seperti gagal ginjal dan
lain-lain, obat anti hipertensi disesuaikan dengan kondisinya
9
- Monitoring tekanan darah dilakukan 1 bulan sekali sampai target tercapai
dilanjutkan setiap 2 bulan, 3 bulan atau 6 bulan. Semakin jauh dari pencapaian
target tekanan darah, semakin sering monitoring dilakukan.11
10
BAB III
KESIMPULAN
sistolik 140 mmHg atau lebih besar atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
Hipertensi merupakan risiko utama faktor penyakit arteri koroner (CAD), gagal
alcohol, pengendalian stress, suplementasi fish oil dan serat, berbagai faktor
intervensi terdiri dari pengurangan kalori, asupan natrium kloride dan alcohol serta
11
DAFTAR PUSTAKA
12
11. Natalia D, dkk., Tata Laksana Terkini Pada Hipertensi; Jurnal Kedokteran
Meditek, Vol 20, No. 52, Jan-April 2014
13