Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Tumpang Tindih Kewenangan Dalam


Penegakan Hukum Di Indonesia

KELOMPOK 1 :
1.FARIDA SURIANI
2.FITRI UTAMI
3.HAQUL SIDDIQI
4.KURNIATI
5.L.WIRE KARISMASANDI
6.MITA ADESTI FADHILAH
7.MUHAMMAD SMITH
8.NINDI AYU PUTRI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT ,karena atas berkat dan
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
kewarganegaraan.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Pak Baqdawansyah Al Qadri dosen
pengampu kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami
yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam
pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Tumpang
tindih kewenangan dalam penegakan hokum di Indonesia.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Mataram, 19 november 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar
Daftar isi..
BAB 1 PENDAHULUAN..
BAB 1
PENDAHULUAN

Tumpang-tindih Aturan Penegakan Hukum


Maritim
Tentara Nasional Indonesia perlu memusatkan perhatian pada tugas pokoknya
menjaga pertahanan nasional, sehingga sebagai implikasinya mesti melepaskan
tanggung jawab di sektor keamanan dalam negeri.

Melalui buku yang terbit Agustus lalu itu, Agus menginventarisasi tahap-tahap
kemajuan reformasi TNI yang perlu diimplementasikan pemerintahan saat ini.
Satu poin yang menjadi perhatiannya adalah penentuan batas antara urusan
pertahanan dan keamanan.

Masih ada salah pengertian bahwa keamanan laut dan keamanan maritim berada
di tangan TNI Angkatan Laut. Perlu ditanamkan pengertian, fungsi keamanan
maritim merupakan fungsi penegakan hukum di wilayah perairan nasional yang
dilaksanakan oleh lembaga penegak hukum sipil, kata Agus.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI memberikan lima tugas


kepada Angkatan Laut. Salah satu tugas itu, menurut Pasal 9 huruf b UU tersebut,
adalah menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut nasional sesuai
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
Bagian penjelasan UU itu menyatakan, penegakan hukum oleh Angkatan Laut
bertujuan untuk mengatasi ancaman kekerasan, ancaman navigasi, serta
pelanggaran hukum di wilayah laut yang menjadi yurisdiksi nasional.

Dalam menjalankan tugas itu, TNI AL diberi kewenangan mengejar, menangkap,


menyelidik, dan menyidik perkara. Selanjutnya berkas penyidikan dugaan tindak
pidana yang mereka buat harus diserahkan ke Kejaksaan Agung karena
penuntutan dan pengadilan tidak masuk dalam ranah Angkatan Laut.

Geliat TNI Membangun Armada Maritim Jokowi


Sebelumnya, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan juga
memberikan kewenangan kepada TNI AL untuk menegakkan hukum di wilayah
laut. UU itu juga memberikan kewenangan serupa kepada Polri, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian
Kehakiman.

Namun UU tentang TNI yang disahkan belakangan telah membatalkan aturan soal
kewenangan penegakan hukum di laut yang tercantum dalam UU Perairan, meski
kemudian UU TNI memberikan kewenangan penegakan hukum yang sama kepada
Angkatan Laut.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Kolonel Laut M Zainuddin mengatakan


menangkap kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia yang merupakan
satu contoh penegakan hukum di laut, sudah menjadi tugas institusinya sejak
lama. UU TNI pun memperkuat kewenangan itu.

Angkatan Laut mempunyai kewenangan hingga ke tahap penyidikan. Tetapi


penegakan hukum di laut memang memerlukan sinergi, kata dia kepada CNN
Indonesia.
Badan Keamanan Laut

TNI AL bukan satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan menegakkan


hukum di laut. Direktur Eksekutif Indonesia Center for Democracy, Diplomacy &
Defense, Reza Teukusyah, mencatat, hingga tahun 2013 terdapat 12 lembaga
dengan kewenangan penegakan hukum di laut.

Padahal hanya dua atau tiga dari instansi-instansi itu yang memang instansi
laut, kata Reza dalam buku Penataan Kebijakan Keamanan Nasional.

Menurut Reza, sangat sulit mengamankan kepentingan nasional di laut kecuali


ada penataan konstruksi dan kewenangan antarlembaga.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran mengamanatkan


pembentukan sebuah lembaga penjaga laut dan pantai. Pasal 276 beleid tersebut
mengatur, lembaga itu perlu dibentuk untuk menjamin terselenggaranya
keselamatan dan keamanan di laut.

Desember tahun lalu, bertepatan dengan Hari Nusantara, Presiden Jokowi secara
resmi mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Laut (Bakamla) untuk
menggenapi perintah UU Pelayaran.
Pembentukan Bakamla diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 178 Tahun 2014.
Bakamla dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.
Bakamla, dalam konteks pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut, akan
berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Kemaritiman.

Fakta hukum tersebut telah diperkirakan oleh Agus Widjojo. Ia berkata, fungsi
penegakan hukum di wilayah perairan idealnya memang dilaksanakan oleh
lembaga penjaga laut.

Bakamla saat ini dipimpin Laksamana Madya Desi Albert Mamahit. Menurut Agus,
Kepala Bakamla sudah seharusnya berstatus perwira tinggi Angkatan Laut.

Karena dia harus mengoperasikan aset TNI AL, maka kepala badan itu perlu
dijabat perwira aktif TNI AL. Namun status Bakamla adalah lembaga sipil, ujar
Agus.

Juli lalu, Mamahit dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi
menandatangani nota kesepahaman terkait peminjaman kapal-kapal TNI AL untuk
Bakamla. Jumlah kapal kami masih terbatas, jadi kami menggunakan aset-aset
TNI AL, ucap Mamahit.

Hingga pertengahan tahun ini, Bakamla baru memiliki tiga kapal besar berukuran
panjang 48 meter, dan 16 kapal katamaran. Sementara kapal sepanjang 110
meter mulai dibangun Bakamla pada Mei lalu. Dua kapal sejenis ditargetkan
dibangun Bakamla tahun depan.

Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan mengakui ada banyak penegak hukum


di wilayah laut Indonesia. I berkata, UU Pelayaran dan UU Kelautan tumpang-
tindih bahkan bertolak belakang.

Menyikapi hal itu, Luhut berencana mempertajam peran Bakamla. Bakamla akan
memainkan peran sebagai coast guard, kata dia, akhir September.

Dua pekan sebelumnya, Luhut mengatakan Bakamla sebenarnya berada pada


posisi sulit. Banyak sekali tumpang-tindih peraturan sehinga mereka terkunci,
ujarnya.
Luhut berpendapat perlu deregulasi agar posisi instansi-instansi negara yang
menegakkan hukum di laut menjadi jelas.

Pusatkan anggaran kapal ke AL

Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Studies, Connie Rakahundini, pesimistis


pemerintah akan melikuidasi kewenangan penegakan hukum yang dimiliki
Angkatan Laut, sebab hal itu akan memunculkan resistensi dari internal TNI.

Sejak Reformasi, kita (warga sipil) sudah terlena wacana melikuidasi kewenangan
TNI. Militer yang profesional adalah mereka yang dipersenjatai dan dididik
dengan baik, tapi apakah otoritas sipil sudah menjalankan tugasnya? kata
Connie.

Connie tidak memungkiri, penegakan hukum di laut melibatkan terlalu banyak


instansi. Ia berkata, suatu ketika di perairan Natuna, Kapal Direktorat Jenderal
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan menangkap kapal terduga
pencuri ikan, bersamaan dengan kapal milik TNI AL.

Kalau seperti itu, siapa yang berhak menangkap? ucap Connie.

Kapal asing pencuri ikan MV Kour Son 77 diledakkan di Laut Natuna, Anambas,
Kepulauan Riau, akhir Desember 2014. (ANTARA/Joko Sulistyo)

Menurut Connie, ketimbang membatalkan kewenangan penegakan hukum


Angkatan Laut, pemerintah lebih baik melakukan efisiensi anggaran dengan
menempatkan seluruh anggaran pembelian kapal patroli ke TNI AL.

Nantinya lembaga-lembaga yang memiliki wewenang penegakan hukum di laut


tidak perlu membeli kapal patroli lagi karena TNI AL akan meminjamkan kapal-
kapalnya kepada mereka.

Likuidasi kewenangan penegakan hukum di laut oleh TNI AL memang jauh


panggang dari api. Apalagi Angkatan Laut belakangan berhasil membantu Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti membekuk kapal asing yang mencuri ikan
di Indonesia.

Sepanjang September misalnya, kedua lembaga TNI AL serta Kementerian


Kelautan dan Perikanan sukses bersama-sama menangkap 16 kapal asing yang
diduga melakukan pencurian ikan.

Perlu kerja sama erat untuk melindungi perairan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai