KELOMPOK 1 :
1.FARIDA SURIANI
2.FITRI UTAMI
3.HAQUL SIDDIQI
4.KURNIATI
5.L.WIRE KARISMASANDI
6.MITA ADESTI FADHILAH
7.MUHAMMAD SMITH
8.NINDI AYU PUTRI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT ,karena atas berkat dan
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
kewarganegaraan.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Pak Baqdawansyah Al Qadri dosen
pengampu kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami
yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam
pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Tumpang
tindih kewenangan dalam penegakan hokum di Indonesia.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar
Daftar isi..
BAB 1 PENDAHULUAN..
BAB 1
PENDAHULUAN
Melalui buku yang terbit Agustus lalu itu, Agus menginventarisasi tahap-tahap
kemajuan reformasi TNI yang perlu diimplementasikan pemerintahan saat ini.
Satu poin yang menjadi perhatiannya adalah penentuan batas antara urusan
pertahanan dan keamanan.
Masih ada salah pengertian bahwa keamanan laut dan keamanan maritim berada
di tangan TNI Angkatan Laut. Perlu ditanamkan pengertian, fungsi keamanan
maritim merupakan fungsi penegakan hukum di wilayah perairan nasional yang
dilaksanakan oleh lembaga penegak hukum sipil, kata Agus.
Namun UU tentang TNI yang disahkan belakangan telah membatalkan aturan soal
kewenangan penegakan hukum di laut yang tercantum dalam UU Perairan, meski
kemudian UU TNI memberikan kewenangan penegakan hukum yang sama kepada
Angkatan Laut.
Padahal hanya dua atau tiga dari instansi-instansi itu yang memang instansi
laut, kata Reza dalam buku Penataan Kebijakan Keamanan Nasional.
Desember tahun lalu, bertepatan dengan Hari Nusantara, Presiden Jokowi secara
resmi mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Laut (Bakamla) untuk
menggenapi perintah UU Pelayaran.
Pembentukan Bakamla diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 178 Tahun 2014.
Bakamla dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.
Bakamla, dalam konteks pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut, akan
berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Kemaritiman.
Fakta hukum tersebut telah diperkirakan oleh Agus Widjojo. Ia berkata, fungsi
penegakan hukum di wilayah perairan idealnya memang dilaksanakan oleh
lembaga penjaga laut.
Bakamla saat ini dipimpin Laksamana Madya Desi Albert Mamahit. Menurut Agus,
Kepala Bakamla sudah seharusnya berstatus perwira tinggi Angkatan Laut.
Karena dia harus mengoperasikan aset TNI AL, maka kepala badan itu perlu
dijabat perwira aktif TNI AL. Namun status Bakamla adalah lembaga sipil, ujar
Agus.
Juli lalu, Mamahit dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi
menandatangani nota kesepahaman terkait peminjaman kapal-kapal TNI AL untuk
Bakamla. Jumlah kapal kami masih terbatas, jadi kami menggunakan aset-aset
TNI AL, ucap Mamahit.
Hingga pertengahan tahun ini, Bakamla baru memiliki tiga kapal besar berukuran
panjang 48 meter, dan 16 kapal katamaran. Sementara kapal sepanjang 110
meter mulai dibangun Bakamla pada Mei lalu. Dua kapal sejenis ditargetkan
dibangun Bakamla tahun depan.
Menyikapi hal itu, Luhut berencana mempertajam peran Bakamla. Bakamla akan
memainkan peran sebagai coast guard, kata dia, akhir September.
Sejak Reformasi, kita (warga sipil) sudah terlena wacana melikuidasi kewenangan
TNI. Militer yang profesional adalah mereka yang dipersenjatai dan dididik
dengan baik, tapi apakah otoritas sipil sudah menjalankan tugasnya? kata
Connie.
Kapal asing pencuri ikan MV Kour Son 77 diledakkan di Laut Natuna, Anambas,
Kepulauan Riau, akhir Desember 2014. (ANTARA/Joko Sulistyo)