Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN TERNAK POTONG DAN KERJA

PRAKTIKUM
PEMELIHARAAN SAPI POTONG

Oleh

NAMA : NUR AWALIA AMRAH


NIM : I111 15 318
KELOMPOK : IV (LIMA)
ASISTEN : ERWIN JUFRI

LABORATORIUM TERNAK POTONG DAN KERJA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan

daging sebagai produk utamanya. Salah satu ternak potong adalah Sapi yang

merupakan salah satu sumber penghasil bahan makanan berupa daging dengan

nilai ekonomi tinggi dan penting dalam kehidupan masyarakat.Sementara itu,

ternak kerja adalah jenis ternak yang dipelihara untuk digunakanl tenaganya.

Pemeliharaan sapi potong maupun ternak kerja di Indonesia dilakukan secara

intensif dan semi intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif

hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan

sebaik mungkin sehingga cepet gemuk, sedangkan semi intensif sapi-sapi

kadangkala dilepas dari padang pengembalaan. Kualitas produksi ternak sapi

potong sangat berhubungan erat dengan kualitas sumber pakan lokal yang

tersedia, sehingga pemanfaatan sumber pakan lokal secara optimal akan

menentukan tercapainya kualitas produksi ternak secara optimal pula.

Pada dasarnya terdapat tiga komponen penting dalam sebuah peternakan

yaitu pemuliaan, pakan, dan manajemen. Agar produktivitas ternak potong dapat

optimal maka ketiga aspek tersebut harus diperhatikan. Termasuk dalam

manajemen ialah sistem pemeliharaan, penggembalaan, pemberian pakan, serta

manajemen lingkungan dan kesehatan. Dari segi manajemen kesehatan dan

lingkungan diperlukan kebersihan atau sanitasi perkandangan. Hal inilah yang

melatarbelakangi dilakukannya praktikum pemeliharaan ternak sapi potong.


B. Tujuan dan Kegunaan

Praktikum Pemeliharaan Sapi Potong bertujuan untuk mengetahui cara

melakukan sanitasi kandang dan ternak, sistem perkandangan sapi potong, dan

pemberian pakan pada ternak sapi potong. Kegunaan dari praktikum ini ialah agar

praktikan dapat mengetahui bagaimana cara membersihkan atau sanitasi kandang

dan ternak, sistem perkandangan sapi potong pemberian dan pakan pada ternak

sapi potong
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Potong

Pemeliharaan dan perawatan sapi potong yang baik harus dilakukan sebaik-

baiknya agar sapi potong yang sehat dengan pertumbuhan yang baik.

Keberhasilan pada tahap pemeliharaan diawal pemeliharaan merupakan pangkal

keberhasilan pemeliharaan berikutnya. Oleh karena itu, usaha pemeliharaan pada

umumnya selalu disesuaikan dengan fase hidup sapi yang bersangkutan, mulai

dari pedet, sapi muda dan sapi dewasa (finishing) (Sudarmono dan Sugeng, 2008).

Menurut Sudarmono dan Sugeng, (2008), sistem pemeliharaan ternak dapat

dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Pemeliharaan Ekstensif

Wilayah diluar pulau Jawa merupakan daerah yang lahannya masih cukup

luas sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai padang pengembalaan sapi yang

dipelihara secara ekstensif. Biasanya, ternak sapi tersebut dilepaskan di padang

pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari, mulai pagi sampai sore hari.

Selanjutnya mereka digiring ke kandang tanpa atap. Di dalam kandang, sapi itu

tidak diberi pakan tambahan lagi. Sistem ekstensif biasanya aktivitas perkawinan,

pembesaran, pertumbuhan dan penggemukan ternak sapi dilakukan oleh satu

orang yang sama di padang penggembalaan yang sama. Daerah yang luas padang

rumputnya, tandus dan iklimnya tidak memungkinkan untuk pertanian, maka

dapat dilakukan usaha peternakan secara ekstensif.


2. Pemeliharaan Semi Intensif

Sistem pemeliharaan ini sapi secara semi intesif dilakukan dengan cara sapi

diikat dan ditambatkan di kebun atau di perkarangan yang rumputnya tumbuh

subur. Selanjutnya pada sore harinya sapi-sapi dimasukkan ke dalam kandang

sederhana yang dibuat dari bahan bambu, kayu, atau genteng atau rumbia dan

sebagainya, yang lantainya dari tanah dipadatkan. Pembersihan kandang sapi

dilakukan setiap hari dan dimandikan setiap hari sekali atau minimal seminggu

sekali. Pemberian pakan tambahan diletakkan di tempat khusus dengan ukuran 0,5

x 1,2 x 0,6 m, dan pakan penguat dipakai bak dari kayu atau ember plastik dan

sebagainya.

3. Pemeliharaan Intensif

Sistem pemeliharaan secara intensif, sapi diberikan perlakuan yang lebih

teratur atau rutin dalam hal pemberian pakan, pembersihan kandang memandikan

sapi, menimbang, mengendalikan penyakit dan sebagainya. Sapi-sapi yang

dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada di dalam kandang. Mereka

diberi pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat menjadi gemuk dan

kotorannya cepat bisa terkumpul dalam jumlah yang lebih banyak sebagai pupuk.

Sapi-sapi memperoleh perlakuan yang lebih teratur atau rutin dalam hal

memberikan pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi, menimbang dan

pengendalian penyakit

B. Sistem Pemberian dan Kebutuhan Pakan Ternak Sapi Potong

Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu

kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan

yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat pakan


yang terkandung di dalamnya. Menurut Hartanto (2008), pakan merupakan aspek

yang penting karena 70% dari total biaya produksi adalah untuk pakan. Pakan

merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga bagi

ternak. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga

yang ditimbulkan dan makin besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk

daging.

Pakan dapat digolongkan ke dalam sumber protein, sumber energi dan

sumber sumber serat kasar. Hijauan pakan ternak merupakan sumber serat kasar

yang utama yang berasal dari tanaman yang berwarna hijau. Agar pakan tersebut

dapat bermanfaat bagi ternak untuk menghasilkan suatu produk, pakan harus

diketahui kandungan zatzat yang terkandung didalamnya seperti air, karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral. Ransum adalah pakan jadi yang siap

diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai jenis bahan pakan yang sudah

dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan industri dan energi

yang diperlukan (Rasjid, 2012). Menurut Retnani et al. (2010), bahwa pakan

merupakan faktor penentu produktivitas ternak, sehingga ketersediaan pakan yang

berkualitas baik merupakan persyaratan untuk pengembangan ternak di suatu

wilayah.

Pemberian pakan berupa hijauan saja tidak mampu meningkatkan atau

memaksimalkan produksi ternak. Selain karena sifat hijauan yang voluminous

(bulky) juga ketersediaannya yang berfluktuasi sehingga perlu adanya teknologi

pengolahan pakan yang membuat pakan lebih tahan lama dan mudah disimpan

serta memiliki palatabilitas tinggi. Lebih lanjut Tangendjaja (2009), menyatakan


bahwa teknologi pakan mencakup semua teknologi mulai dari penyediaan bahan

pakan sampai ransum diberikan kepada ternak.

Dalam memilih bahan pakan, beberapa pengetahuan penting berikut ini

harus diketahui sebelumnya yaitu :

1. Bahan pakan harus mudah diperoleh dan sedapat mungkin terdapat di daerah

sekitar sehingga tidak menimbulkan masalah biaya transportasi dan kesulitan

mencarinya;

2. Bahan pakan harus terjamin ketersediaannya sepanjang waktu dalam jumlah

yang mencukupi keperluan;

3. Bahan pakan harus mempunyai harga yang layak dan sedapat mungkin

mempunyai fluktuasi harga yang tidak besar;

4. Bahan pakan diusahakan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia yang

sangat utama. Seandainya harus menggunakan bahan pakan tersebut maka

usahakanlah agar digunakan satu macam saja;

5. Bahan pakan harus dapat diganti dengan bahan pakan lain yang kandungan

zat-zat makanannya hampir setara;

6. Bahan pakan tidak mengandung racun dan tidak dipalsukan atau tidak

menampakkan perbedaan warna, bau atau rasa dari keadaan normalnya.

Menurut BPMPT (2011), bahwa pakan ruminansia terdiri dari hijauan

sebagai sumber serat. Hijauan merupakan bahan pakan pokok ternak ruminansia

yang pada umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan,

tanaman biji-bijian atau jenis kacang-kacangan. Pemberian pakan dapat dilakukan

dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot

faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua :


1. Sistem Penggembalaan (Pasture Fattening), adalah sistem penggembalaan

dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di

daerah yang mempunyai tempat cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar

5-7 jam per hari untuk mengembalakan ternak.

2. Sistem kereman (dry lot fattening) adalah sistem yang menggembalakan

ternak di dalam kandang, Ternak tidak dilepas, pakan dapat diberikan dengan

cara dijatah/ disuguhkan. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari

ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira

sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari

berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil

kelapa, gaplek, ampas tahu yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam

rumput di tempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat

berupa garam dapur, kapur. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan

jumlah dan perbandingan tertentu.

Sistem kombinasi cara pertama dan kedua adalah sistem ternak tersebut

digembalakan dan dikandangkan. Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah

kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis

hijauan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase.

Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (leguminosa)

dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput

gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi sampai

sapi dara, periode bunting, periode kering dan laktasi. Pada anak sapi pemberian

konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan

sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan

makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya.

(BPMPT, 2011).

C. Sistem Perkandangan dalam Penggemukan Sapi Potong

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung

dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi

dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda

penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling

bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk

jalan (Sugeng, 2006).

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok.

Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 x

1,5 meter. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi

kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga

energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi

daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan

dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi

memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan yaitu

terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat

cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan

pakan (Anonim, 2010).

Kandang penggemukan untuk pemeliharaan sapi jantan dewasa beberapa

bulan sampai mencapai bobot tertentu. Lama pemeliharaan ternak pada kandang
penggemukan berkisar antara 4 12 bulan, tergantung pada kondisi awal ternak

(umur dan bobot badan) dan ransum yang diberikan. Tipe kandang untuk

penggemukan jantan dewasa adalah tipe kandang individu, untuk menghindari

perkelahian sesamanya. Beberapa model kandang penggemukan dengan sistem

kereman dibuat lebih tertutup rapat dan sedikit gerak untuk megurangi kehilangan

energi dan mempercepat proses penggemukan (Rasyid dan Hartati, 2007)

Gambar 1. Kandang Kelompok Pembesaran

D. Sanitasi Kandang dan Sanitasi Ternak

Sanitasi adalah program selalu menjaga kebersihan untuk pencegahan

masuk atau pindahnya bibit penyakit yang akan menyerang ternak dengan cara

penyemprotan dan pengasapan. Sanitasi wajib dilakukan biasanya dilakukan

sebelum hewan ternak dimasukkan ke dalam kandang yang baru bertujuan untuk

mematikan bibit-bibit penyakit ada dalam kandang tersebut (Siregar, 2010).

Menurut Siregar, (2010) bahwa program sanitasi bisa dilakukan dengan

cara:

1. Selalu menjaga kebersihan lingkungan peternakan


2. Melakukan desifektan atau mencegah orang, peralatan, dan kendaraan keluar

masuk dalam areal kandang, jika mau masuk harus terlebih dahulu mencuci

tangan dan kaki dengan desifektan yang telah tersedia.

3. Melaksanakan manajemen pemeliharaan yang baik, seperti dipintiu gerbang

dipasang alat sanitasi berupa peralatan sprayer dan bak celup (dipping) ban

kendaraan, ruang sprayer,mandi, dan ganti pakaian serta tempat parkir dan

ruang tamu.

Menurut Rianto dan Purbowati (2009), bahwa sanitasi (higiene atau

kesehatan lingkungan) berarti ada hubungannya dengan lingkungan. Jadi, sanitasi

berarti kesehatan yang lazim dikaitkan dengan lingkungan kehidupan.

Lingkungan peternakan harus bersih dan sehat, terbebas dari penyakit menular.

Ternak-ternak yang dipelihara harus dalam keadaan sehat. Begitu pula orang-

orang yang neneliharanya atau siapa saja yang berhubungan denganm ternak

harus adalam keadaan sehat. Dalam upaya melakukan sanitasi yang baik dan

benar dalam suatu usaha peternakan, hal yang penting diperhatikan yaitu :

a. Sirkulasi dapat berlangsung dengan lancer

b. Saluran-saluran air pembuangan harus dijaga tetap bersih

c. Tempat-tempat pembuangan kotoran harus terletak jauh dari kandang

d. Kebersihan lantai kandang harus dijaga dari feses sapi

e. Peralatan-peralatan yang dipergunakan dalam peternakan harus bersih dari

kotoran.
Beberapa tindakan yang wajib dilakukan peternak dalam aktivitas sanitasi

kandang (Yudi Effriansyah, 2012) :

a. Selalu membersihkan alat yang telah digunakan dengan desinfektan dan

menjemur dibawah sinar matahari.

b. Menjaga kebersihan kandang dengan cara:

a) Merancang ventilasi kandang agar sirkulasi udara lancer

b) Merancang bangunan kandang agar cahaya matahari dapat masuk ke

kandang

c) Tidak membiarkan kotoran sapi menumpuk di kandang

d) Segera membersihkan sisa pakan yang berceceran pada lantai kandang

c. Menjaga kebersihan areal luar kandang, seperti membersihkan semak-semak

atau sampah peternakan.

d. Menjaga kebersihan sapi, salah satunya dengan cara memandikan sapi. Kulit

yang kotor dapat menyebabkan:

a) Radang kulit,

b) Menggangu kenyamanan sapi sehingga pertumbuhannya tidak

maksimal, dan

c) Sapi kesulitan mengatur suhu tubuh.

e. Menjaga kebersihan petugas kamdang/pekerja kandang.

f. Menjaga kebersihan pakan, dengan cara menghindari pemberian pakan yang

tercemaroleh bahan-bahan yang membahayakan ternak, seperti:

a) Terkontaminasi logam, besi, seng,dan lainnya.

b) Racun alami seperti pada pakan hijauan daun koro, daun ketela pohon

serta bunga turi merah.


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja dilaksanakan pada hari

Senin sampai Rabu, tanggal 25-27 September 2017 dan pada hari Minggu 1

Oktober 2017 bertempat di Laboratorium Ternak Potong dan Kerja, Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Materi Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja

adalah sapu lidi, sekop, sikat, gerobak, parang, karung, ember, gerobak pengambil

pakan, baskom, selang air, keranjang, timbangan gantung, timbangan ternak, dan

copper.

Bahan yang digunakan dalam praktikum Manajemen Ternak Potong dan

Kerja adalah ternak sapi potong sebanyak 6 ekor (Ariel, Luna Maya, Gatot,

Samson, Peller dan Blester), konsentrat, air dan rumput gajah.

C. Metode Praktikum

1. Sanitasi Kandang dan Ternak

Pembersihan atau sanitasi dilakukan selama 4 hari setiap pagi dan sore hari,

yaitu pagi pukul 06.15- selesai dan sore pada pukul 16. 15-selesai. Pada pagi hari

ternak dimandikan, lantai dan dinding kandang dibersihkan termasuk fesesnya.

2. Pemberian Pakan

Pakan diberikan pada pagi hari berupa konsentrat sebanyak 5 kg dan hijauan

berupa rumput gajah. Kemudian pada sore hari diberi tambahan pada setiap

ternak.
3. Pengambilan Hijauan

Pada sore hari dilakukan pengambilan hijauan di lahan pasture ternak sapi

atau di ladang rumput gajah untuk pakan sapi sore hari dan esok hari. Selain itu

hijauan juga dicopper agar mudah dalam pemberian pada ternak.

4. Penimbangan Ternak

Penimbangan pada terbnak dilakukan pada pagi hari yaitu setiap hari senin.

Ternak satu per satu digiring dan ditimbang pada alat khusus untuk menimbang

bobot bahan ternak sapi potong


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Khusus Ternak Sapi Potong

Berdasarkan pada hasil pengamatan dalam praktikum, bahwa terdapat 6

ekor sapi potong yang terdiri dari satu betina (Luna Maya) dan sisanya jantan

(Ariel, Gatot, Samson, Peller dan Blester). Keadaan dan kondisi ternak yaitu ada

yang sakit dan sehat. Terdapat 4 ekor sapi yang sehat dan 2 ekor sapi yang sakit

yaitu Peller dengan testes dan Blester mempunyai luka pada punggungnya. Luka

pada punggung sapi potong dapat disebabkan oleh benda tajam, tali, atau tergores

pada bagian kandang yang tajam. Menurut Suriadi (2007), luka adalah rusaknya

kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan

yang rusak atau hilang. Vulnus dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya antara

lain: disebabkan oleh trauma benda tajam (paku, sisa pohon, kawat pagar dan

sebagainya) atau benda tumpul (batu, batang pohon, tali pelana dan sebagainya).

Vulnus saddle druck (luka dipunggung akibat pemasangan pelana yang tidak

sempurna), vulnus strackle (luka di bagian medial kaki), vulnus punctio (luka

akibat tusukan benda tajam), vulnus serrativa (luka akibat goresan kawat), vulnus

incisiva (luka akibat tusukan benda tajam), vulnus traumatica (luka akibat

hantaman benda tajam).

B. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Potong

Pemeliharaan sapi yang dilakukan adalah sistem pemeliharaan intensif.

Pemeliharahan intensif adalah sistem pemeliharanan dengan mengkandangkan

sapi potong secara terus menerus dan memberikan makan pada ternak sdecara cut

dan carry. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilorini, et.al, (2009), bahwa
pemeliharaan secara intensif dibagi menjadi dua, yaitu (a) sapi di kandangkan

secara terusmenerus dan (b) sapi di kandangkan pada saat malam hari, kemudian

siang hari digembalakan atau disebut semi intensif. Pemeliharaan ternak secara

intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan cara dikandangkan secara

terusmenerus dengan sistem pemberian pakan secara cut and curry. Sistem ini

dilakukan karena lahan untuk pemeliharaan secara ekstensif sudah mulai

berkurang. Keuntungan sistem ini adalah penggunaan bahan pakan hasil ikutan

dari beberapa industri lebih intensif dibanding dengan sistem ekstensif.

Kelemahan terletak pada modal yang dipergunakan lebih tinggi, masalah penyakit

dan limbah peternakan.

C. Sistem Pemberian dan Kebutuhan Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa

pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari setelah proses sanitasi atau

pembersihan kandang. Pemberian pakan pada pagi hari diberikan konsentrat.

Pemberian konsentrat tersebut bertujuan untuk meningkatkan pH rumen dan

sebagai penambah energi, begitu pula dengan pemberian air minum diberikan

secara adlibitum (tidak terbatas). Sedangkan pada sore hari diberikan hijauan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2009) yang menyatakan bahwa

pemberian pakan pada ternak sapi potong sebaiknya ransum hendakya tidak

diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya, melainkan dibagi

menjadi beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya pukul 07.00), sebaiknya sapi

diberi sedikit hijauan untuk merangsang keluarnya saliva (air ludah). Saliva ini

berfungsi sebagai buffer (penyangga) di dalam rumen sehingga pH rumen tidak

mudah naik maupun turun pada saat sapi diberi konsentrat. Pemberian konsentrat
dengan kandungan karbohidrat tinggi akan mudah terfermentasi sehingga

menghasilkan asam lemak dengan mudah (volatile fatty acid, VFA) yang

berpotensi menurunkan pH rumen. Sementara pemberian konsentrat yang banyak

mengandung protein terdegradasi (rumen degradable protein, RDP) akan

menghasilkan NH3 yang berpotensi meningkatkan pH rumen. Kondisi

peningkatan atau penurunan pH rumen secara ekstrim akan berbahaya bagi

kesehatan ternak, bahkan dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya kematian pada

ternak.

Berat badan Ariel 302 kg , Samson 194 kg, Gatot 163, 5 kg, Luna Maya 152

kg, Blester 178 kg, dan Peller 164, 5 kg. Dari berat badan tersebut didapatkan rata

rata pemberian hijauan berdasarkan 10 % dari bobot badan masing masing sapi

adalah 184,64 kg. Kemudian kadar bahan kering dari hijauan yang diberikan

adalah 28 % sehingga banyaknya hijauan 43,08 kg jadi banyaknya hijauan yang

diberikan adalah 7,18 yang bulatkan menjadi 10 kg hijauan. Sedangkan untuk

pemberian konsentrak pada setiap ternak sapi potong diperoleh hasil akhir 5,73 kg

yang dibulatkan menjadi 5 kg. Pemberian pakan pada ternak sapi potong pakan

hijauan yang diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB). Hal ini sesuai

dengan BPMPT (2011) bahwa pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi

seperti anak sapi sampai sapi dara, periode bunting, periode kering dan laktasi.

Pada anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa

rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan

(BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui

(laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat

dalam ransumnya.
D. Sistem Perkandangan Sapi Potong

Perkandangan pada laboratorium ternak potong ialah menggunakan kandang

kelompok tipe ganda ganda (Blester dan Pellet) dan sisanya menggunakan

kandang individu tipe ganda. Diantara kedua baris kandang tersebut terdapat

lorong yang digunakan sebagai tempat untuk memberi pakan dan membersihkan

kandang. Hal ini sesuai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi (2007),

tentang tipe perkandangan yang terbagi atas tipe tunggal dan tipe ganda. Kandang

tipe ganda terdiri dari dua baris sapi yang saling berhadapan atau bertolak

belakang, diantara kedua barisan sapi dibatasi atau dibuat gang sebagai jalan

untuk memberi makanan/air minum dan membersihkan kandang. Menurut Rasyid

dan Hartati (2007), bahwa kadang kelompok atau dikenal dengan koloni/komunal

merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan ekor

ternak, secara bebas tanpa diikat. Keunggulan model kandang kelompok

dibanding kandang individu adalah efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja rutin

terutama pembersihan kotoran kandang, memandikan sapi, deteksi birahi dan

perkawinan alam. Dalam hal ini satu orang tenaga kandang mampu menangani

sekitar 50 ekor, bila dibanding kandang individu sekitar 20 25 ekor.

E. Sanitasi Ternak Sapi Potong dan Sanitasi Kandang Sapi Potong

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa sanitasi

kandang dan lingkungan dilakukan dengan cara membersihkan kandang setiap

pagi dan sore hari. Tempat pakan dan minum dibersihkan dari sisa-sisa pakan

serta kotoran. Pelaksanaan sanitasi ini yaitu pagi jam 06.00 -selesa WITA dan

sore jam 16.00- selesai WITA. Sanitasi kandang dilakukan bertujuan agar keadaan

kandang dapat bersih dan higienis sehingga lingkungan disekitar kandang menjadi
sehat bagi ternak. Sanitasi pada ternak dilakukan dengan menyikat tubuh ternak,

lantai dan dinding kandang sedangkan area sekitar kandang dibersihkan dengan

sapu lidi. Ternak yang bersih akan terhindar dari penyakit. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wardoyo (2011), bahwa untuk perawatan sapi yaitu dengan

memandikan sapi pada pagi hari dengan menyemprotkan air dengan

menggunakan selang atau menyiram air dengan menggunakan ember dan

kemudian digosok dengan menggunakan sapu lidi, hal ini untuk menghindari

terbentuknya kerak pada permukaan kulit maupun di bawah lipatan kulit. Hal ini

sesuai dengan pendapat Siregar (2003), yaitu sapi sangat perlu dimandikan pada

pagi hari karena biasanya pada malam hari sapi itu penuh dengan kotoran yang

menempel pada tubuhnya. Sapi yang selalu bersih akan terhindar dari berbagai

penyakit dan nafsu makannya meningkat. Sapi yang kulitnya bersih, air

keringatnya akan keluar dengan lancar, pengaturan panas tubuh akan sempurna,

dan parasit kulit yang menyebabkan penyakit pada kulit tidak mudah menginfeksi.

Sesuai dengan pendapat Sugeng (2002) bahwa kandang harus dibersihkan setiap

hari dan sapi-sapi harus dimandikan setiap hari atau minimal satu minggu sekali.

Pembersihan kandang dan dilanjutkan dengan pemandian sapi ini bertujuan untuk

menjaga kebersihan kandang dan menjaga kesehatan sapi agar sapi tidak mudah

terjangkit penyakit. Pembersihan kandang dilakukan oleh seorang pekerja yang

meliputi kegiatan pembersihan palungan dilanjutkan dengan pembersihan kotoran

dengan sekop dan dibuang langsung dibelakang kandang. Kemudian kotoran yang

tersisa disiram dengan air yang selanjutnya akan langsung mengalir di kebun

hijauan belakang kandang dan digunakan sebagai pupuk tambahan. Sedangkan


untuk kandang kelompok tidak dilakukan pembersihan kandang dan memandikan

sapi.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka daapat disimpulkan

bahwa pemeliharaan secara intensif dibagi menjadi dua, yaitu (a) sapi di

kandangkan secara terus menerus dan (b) sapi di kandangkan pada saat malam

hari, kemudian siang hari digembalakan atau disebut semi intensif. Pemeliharaan

ternak secara intensif adalah sistem pemeliharaan ternak sapi dengan cara

dikandangkan secara terusmenerus dengan sistem pemberian pakan secara cut

and curry. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi

sampai sapi dara, periode bunting, periode kering dan laktasi. Pada anak sapi

pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi

sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan

tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi)

memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam

ransumnya. Kandang tipe ganda terdiri dari dua baris sapi yang saling

berhadapan atau bertolak belakang, diantara kedua barisan sapi dibatasi atau

dibuat gang sebagai jalan untuk memberi makanan/air minum dan membersihkan

kandang. Sanitasi perkandangan dilakukan minimal 2 kali dalam sehari.

Pembersihan dalam hal ini dilakukan dengan cara membersihkan sisa pakan, dan

membuang kotoran.Pemberian pakan dan air minum dilakukan tiap hari setelah

sanitasi perkandangan. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat


Saran

Sebaiknya peralatan dala pemeliharan ternak sapi potong dapat lebih

diperhatikan misalnya ban gerobak yang bocor dan aliran air yang diperlancar

agar mendukur proses manajemen peeliharaan ternak sapi potong


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Manajemen Ternak Sapi Potong. Masagena Presss. Makassar

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2007. Manajemen Pengelolaan


Penggemuka Sapi Potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi:
Jambi

BPMPT Bekasi Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Bekasi. 2011. Buku Hasil
Uji Bahan Pakan. Bekasi (ID): BPMPT.

Hartanto. 2008. Estimasi konsumsi bahan kering, protein kasar, total digestible
nutriens dan sisa pakan pada sapi peranakan simmental. Agromedia 26
(2). Hal: 34-43.

Rasjid Sjamsuddin. 2012. The Great Ruminant: Nutrisi, Pakan, dan Manajemen
Produksi. Penerbit: Brilian Internasional Surabaya.

Rasyid dan Hartati. 2007. Petunjuk teknis perkandangan Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. ISBN : 978-979-8308-71-0

Retnani Y, Kamesworo S, Khotidjah L, Saenab A. 2010. Pemanfaatan wafer


limbah sayuran pasar untuk ternak domba. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner, 2010 Agustus 2-3; Bogor, Indonesia. Bogor
(ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 503-510.

Rianto, E. dan Purbowanti, E. 2009. Sapi Potong. Penebar Swadaya: Jakarta

Siregar,D.J.S, 2010. Penuntun Praktikum Dasar Ilmu Penyakit Ternak. UNPAB.


Medan.

Siregar, S.B., 2003. Teknik Pemeliharan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarmono dan Sugeng, 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suriadi, 2007. Manajemen Luka. STIKEP Muhammadiyah. Pontianak.

Susilorini, et.al. 2009. Penggemukan Sapi. Jakarta. Penebar Swadaya.

Tangendjaja B. 2009. Teknologi pakan dalam menunjang industri peternakan di


Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(3): 192-207. Bogor (ID):
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

Wardoyo (2011). Studi manajemen pembibitan dan pakan sapi peranakan ongole
di loka penelitian sapi potong grati pasuruan. Jurnal Ilmiah Fakultas
Peternakan Universitas Islam Lamongan. ISSN 2086 -5201.
Yudi Effriansyah, 2012. Praktikum ilmu teknologi produksi ternak potong.
Tentang sanitasi kandang ternak. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya, Indralaya
LAMPIRAN

Perhitungan
1. Ariel

Dik : Berat Badan (BB) : 302 kg


Kebutuhan pakan : 10 % dari BB
Kebutuhan hijauan : 80 %
Kebutuhan konsentrat :3%
Bahan kering hijauan : 28 %
Dit: Kebutuhan pakan setiap hari . . . .?
Peny:
80%
Kebutuhan hijauan : 302 = 241,6
100%
3%
Kebutuhan konsentrat :100% 302 = 9,06

2. Samson

Dik : Berat Badan (BB) : 194 kg


Kebutuhan pakan : 10% dari BB
Kebutuhan hijauan : 80%
Kebutuhan konsentrat : 3%
Dit: Kebutuhan pakan setiap hari . . . .?
Peny:
80%
Kebutuhan hijauan : 100% 194 = 155,2
3%
Kebutuhan konsentrat : 100% 194 = 5,82

3. Gatot

Dik : Berat Badan (BB) : 163,5 kg


Kebutuhan pakan : 10% dari BB
Kebutuhan hijauan : 80%
Kebutuhan konsentrat : 3%
Dit: Kebutuhan pakan setiap hari . . . .?
Peny:
80%
Kebutuhan hijauan : 100% 163,5 = 130,8
3%
Kebutuhan konsentrat : 100% 163,5 = 4,905

4. Luna Maya

Dik : Berat Badan (BB) : 152 kg


Kebutuhan pakan : 10% dari BB
Kebutuhan hijauan : 80%
Kebutuhan konsentrat : 3%
Dit: Kebutuhan pakan setiap hari . . . .?
Peny:
80%
Kebutuhan hijauan : 100% 152 = 121,6
3%
Kebutuhan konsentrat : 100% 152 = 4,56

5. Blester

Dik : Berat Badan (BB) : 178 kg


Kebutuhan pakan : 10% dari BB
Kebutuhan hijauan : 80%
Kebutuhan konsentrat : 3%
Dit: Kebutuhan pakan setiap hari . . . .?
Peny:
80%
Kebutuhan hijauan : 178 = 142,4
100%
3%
Kebutuhan konsentrat : 100% 178 = 5,34

6. Peller

Dik : Berat Badan (BB) : 164,5 kg


Kebutuhan pakan : 10% dari BB
Kebutuhan hijauan : 80%
Kebutuhan konsentrat : 3%
Dit: Kebutuhan pakan setiap hari . . . .?
Peny:
80%
Kebutuhan hijauan : 100% 164,5 = 131,6
3%
Kebutuhan konsentrat : 100% 164,5 = 4,635
Rata rata kebutuhan hijauan setiap ternak
241,6+155,2+130,8+121,6+142,4 +131,6
= = 153,86 kg
6

28%
Bahan kering hijauan = 100% 153,86 = 43,08 kg

43,08
Karena terdapat 6 ternak sapi potong jadi = = 7,18
6

Rata rata kebutuhan konsentrasi setiap ternak


9,06 +5,82 +4,905+4,56+5,34 +4,635
= = 5,73 kg
6

Jadi dapat disimpulkan bahwa banyaknya hijauan yang diberikan ternak setiap

hari adalah 10 kg dan konsentrat 5 kg.

Anda mungkin juga menyukai