2013
1. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikenal pula sebagai negara
2 2
maritim dengan luas lautan mencapai 5,8 juta km yang terdiri dari perairan territorial 3,1 juta km
2
dan ZEE Indonesia 2,7 km . Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia terdiri dari 17.504
buah pulau dan panjang pantai mencapai 95.181 km (KKP, 2011). Kondisi ini merupakan
anugrah yang sangat besar bagi pembangunan perikanan dan kelautan. Disamping itu,
sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia memiliki tingkat keragaman hayati
(bio-diversity) sangat tinggi, dan bahkan laut Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-
Biodiversity terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 8.500 species ikan, 555 species rumput laut
dan 950 species biota terumbu karang. Sumberdaya ikan tersebut meliputi 37 persen dari
species ikan di dunia. Disamping sumberdaya dapat pulih sebagaimana dikemukakan di atas,
perairan laut Indonesia juga memiliki sumberdaya tidak pulih seperti mineral (minyak, gas dan
lain sebagainya) serta jasa-jasa lingkungan seperti sumber energi yang berasal dari arus pasang
surut, gelombang, perbedaan salinitas, angin dan perbedaan suhu air laut di lapisan permukaan
dan lapisan dalam perairan yang dikenal dengan ocean thermal energy convertion (OTEC).
Kondisi ini selanjutnya menjadikan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sangat potensial untuk
dikembangkan berbagai kegiatan. Potensi sumberdaya kelautan, seperti minyak dan gas,
meneral dan energi, perhubungan laut, industry maritim, dan industri jasa seperti pariwisata serta
perikanan yang terdiri dari perikanan tangkap dan budidaya sangat potensial untuk
pembangunan ekonomi nasional.
Akan tetapi, dalam pemanfaatan dan pengolahan sumber daya alam tersebut masih
belum optimal dan kurang tepat sasaran. Disamping wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
rentan terhadap perubahan lingkungan, bencana alam, dan perubahan iklim, juga banyaknya
konflik pemanfaatan ruang dan kerusakan habitat yang diakibatkan oleh ulah manusia.
Untuk itu, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil perlu dikelola secara terpadu dalam
rangka mewujudkn tata ruang wilayah yang aman, nyaman dan produktif, agar diperoleh
manfaat baik dari segi lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Keberadaan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pulau-Pulau Kecil dan Pulau-Pulau Kecil jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 mengamanatkan
bahwa dalam rangka pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang didalamnya
meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian, memerlukan
upaya yang sistematis dan terukur agar dapat mengoptimalkan potensi wilayahnya demi
kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan WP3K dilaksanakan dengan tujuan :
a. melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;
b. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
c. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiasif
masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai
keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan; dan
d. meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat
dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Dalam UU No 27 Tahun 2007 jo Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 pasal 7 ayat (3),
memandatkan kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun semua dokumen perencanaan
sesuai dengan kewenangan masing-masing. Salah satu perencanaan yang wajib disusun adalah
perencanaan spasial yang berupa Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K), yang berfungsi sebagai arahan pemanfaatan bagi berbagai kegiatan berbasiskan
pada sumberdaya di wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.
3. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini antara lain :
a. teridentifikasinya potensi dan permasalahan wilayah
b. terformulasikannya tujuan, kebijakan, dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil
c. tersusunnya rencana alokasi ruang
d. tersusunnya peta-peta tematik dan peta RZWP-3-K
e. tersusunnya peraturan pemanfaatan ruang
f. terformulasikannya indikasi program
g. tersusunnya Dokumen Awal, Dokumen Antara, dan Dokumen Final RZWP3-K
h. tersusunnya Ranperda RZWP3K
4. Lokasi Kegiatan
Wilayah perencanaan kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Provinsi adalah ke arah darat adalah Kecamatan Pesisir dan ke arah laut hingga batas
wilayah pengelolaan perairan Provinsi sejauh 12 mil laut.
5. Sumber Pendanaan
(Besarnya anggaran disesuaikan dengan fokus pekerjaan.)
6. Landasan Hukum
1. UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. UU No 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
5. UU No 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
6. PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan;
7. PP No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
8. PP No 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
9. PP No 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.16/ MEN/2008 tentang Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan
Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.8/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan
Perikanan;
7. Studi-Studi Terdahulu
Studi-studi yang telah dilakukan, antara lain :
1) RTRW Provinsi
2) RPJPD Kabupaten/Kota
3) RTRW Kabupaten/Kota
4) dll
Apabila data tersebut masih dalam bentuk hardcopy (analog), format gambar (jpg, pdf, tif,
ppt) harus dikonversi ke dalam format standar (shapefile).
1. Tujuan
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan arahan
perwujudan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi yang ingin
dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun).
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi memiliki fungsi:
1) sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi RZWP-3-K provinsi;
2) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama RZWP-3-K provinsi;
dan
3) sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi.
2. Kebijakan
Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan arah
tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi.
Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi berfungsi sebagai:
1) sebagai dasar untuk memformulasikan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi;
2) sebagai dasar untuk merumuskan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
3) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi; dan
4) sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan dengan
kriteria:
1) mengakomodasi kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
nasional dan provinsi yang berlaku pada wilayah provinsi bersangkutan;
2) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi bersangkutan;
3) mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
4) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Strategi
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan
penjabaran kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi ke
dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi berfungsi:
1) sebagai dasar untuk penyusunan rencana alokasi ruang, dan penetapan kawasan
strategis provinsi;
2) memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RZWP-3-K
provinsi; dan
3) sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi.
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wilayah provinsi dirumuskan
dengan kriteria:
1) memiliki kaitan logis dengan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
2) tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil nasional;
3) jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi bersangkutan secara efisien dan
efektif;
4) harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana alokasi ruang wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil provinsi; dan
2). Bathimetri
Pengumpulan data bathimetri dimaksudkan sebagai data dasar dalam menganalisis
kedalaman perairan laut. Metode penentuan lokasi survei dan pengukuran dengan
menggunakan metode pemeruman, yaitu penentuan lokasi ditentukan secara sistematis
dengan pertimbangan dapat mewakili karakteristik kedalaman di wilayah perairan
setempat. Metode pengambilan data, yaitu :
- Grid pengukuran 30 meter yaitu dengan perekaman data bathimetri setiap 1 (satu)
detik. Misal: Lebar tegak lurus ke arah laut (ke utara) 12 mil/ kedalaman
maksimum 100 m dan sejajar garis pantai Provinsi ........ sepanjang .......km
- Koordinat titik - titik pengukuran didapat dengan menggunakan alat GPS (Global
Positioning Sistem) yang telah terintegrasi dengan Echosounder.
B. Geomorfologi laut
Pemetaan geomorfologi laut dimaksudkan untuk memperoleh informasi bentuk
lahan laut. Metode pengumpulan data menggunakan teknik interpretasi citra,
pengolahan citra secara digital dan survei lapangan.
Penentuan Lokasi sampel dilakukan menggunakan metode acak proporsional
berstrata (Stratified Proportional Random Sampling). Analisis penginderaan jarak
jauh dilakukan dengan plotting data dan perbaikan interpretasi (re interpretasi)
berdasarkan hasil groundcheck/survei lapangan
4). Oceanografi
Seluruh pengumpulan data primer dataset oseanografi dilakukan hingga kedalaman 50
m, data yang diambil meliputi:
1. Fisika Perairan
a. Arus
Arus diukur dengan Current meter bolak balik dengan berbagai type yang dapat
mengukur dari berbagai arah atau dengan ADCP (Acoustic Dopler Current
Profiler). Pengukuran arus untuk mengetahui arah dan kecepatan arus.
Arus diukur selama 3 hari 3 secara bolak-balik pada .... titik pengamatan secara
simultan bersamaan dengan pengukuran pasang surut. Pengukuran sebaiknya
dilakukan pada saat kondisi pasang surut pada fase spring tide (pasang surut di
saat bulan purnama atau bulan mati), hal ini untuk memperoleh hasil pengukuran
arus yang optimal.
b. Pasang Surut
Pasang surut diukur dengan menggunakan peralatan Tide Recorder, selama 7
hari 7 malam pada .... stasiun pengamatan secara simultan. Setelah dilakukan
pengukuran harus diikat dengan Bench Mark terdekat (kalau ada). Jika tidak ada
maka harus dibuatkan Bench Mark. Pengukuran pasut dilakukan bersamaan
dengan pengukuran arus.
c. Gelombang
Gelombang dapat diprediksi dari data angin dengan mempertimbangkan panjang
fetch, kecepatan dan arah angin. Apabila pasang surut diukur dengan tide
recorder, maka tinggi gelombang dapat diketahui dari pengukuran pasang surut.
Gelombang juga dapat diukur dengan alat papan berskala, meteran, serta
Wave Rider atau Wave Recorder, pada saat musim barat dan musim timur,
masing-masing selama 7 hari dengan interval waktu pencatatan antara 10 menit
1 jam.
B. Lamun
Data dan informasi tentang lamun yang dikumpulkan, meliputi : sebaran, luasan,
dan kondisi lamun. Jumlah sample ..... titik pengamatan. Berdasarkan penentuan
titik sample, dilakukan survey lapangan untuk mengetahui tutupan dan kondisi
lamun.
Identifikasi data lamun menggunakan metode penginderaan jauh (on screen
digitizing/transformasi Lyzenga dan survei lapangan dengan metode Transek
Kuadrat. Pengukuran struktur komunitas padang lamun dilakukan melalui
Metode Transek Kuadrat yang dibentangkan secara tegak lurus terhadap garis
pantai. Metode ini digunakan untuk mengetahui komposisi spesies dan
persentase penutupan lamun. Petak pengamatan seluas 10 m x 10 m, pada
petakan tersebut diletakkan kuadrat ukuran 1 m x 1 m secara sejajar luas areal
pengamatan. Pengamatan didukung dengan kamera bawah air (underwater
camera) sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Hasil yang diperoleh dari
metode ini adalah persentase tutupan relatif
C. Mangrove
Data dan informasi tentang mangrove yang meliputi : sebaran, luasan, dan
kondisi (penutupan tajuk dan kerapatan pohon) mangrove. Untuk mendeteksi
keberadaan, sebaran dan luasan mangrove dilakukan analisis citra satelit,
dengan resolusi minimal 20 x 20 m. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk
penentuan lokasi sample, dengan jumlah sample .... titik pengamatan.
Berdasarkan penentuan titik sample, dilakukan survey lapangan untuk
mengetahui penutupan tajuk (%) dan kerapatan pohon (jumlah pohon per
hektare) dan kondisi mangrove.
Dilakukan identifikasi jumlah individu setiap jenis, dan lingkaran batang setiap
pohon mangrove. Data-data mengenai spesies, jumlah individu dan diameter
pohon yang telah dicatat pada tabel Form Mangrove.
2. Sumberdaya ikan
A. Ikan Demersal
Data dan informasi yang dikumpulkan yaitu sebaran ikan demersal, diperoleh
dari hasil survey lapangan. Survey lapangan dilakukan bersamaan dengan
survey ekosistem (terumbu karang,lamun, dan mangrove), untuk memperoleh
jenis, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi ikan demersal,
dan makrobentos.
Untuk mendeteksi digunakan metode analisis GIS dengan pendekatan
ekosistem perairan. Beberapa parameter yang digunakan yaitu sebaran dan
kualitas terumbu karang, padang lamun, mangrove, kedalaman perairan,
topografi perairan, kecerahan, perubahan cuaca dan pencemaran.
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan metode overlay dan skoring
parameter-parameter sebaran dan kualitas terumbu karang, padang lamun,
mangrove, kedalaman perairan, topografi perairan, kecerahan, perubahan
cuaca dan pencemaran.
B. Ikan Pelagis
Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi sebaran ikan pelagis. Untuk
mendeteksi keberadaan ikan pelagis dilakukan analisis citra satelit, dengan
resolusi minimal 20 x 20 m terhadap kedalaman, klorofil, TSS, suhu permukaan
laut, serta dikombinasikan dengan pola arus dari hasil simulasi model
hidrodinamika. Hasil analisis citra satelit digunakan untuk penentuan lokasi
ground check untuk mengetahui jenis dan kelimpahan ikan, dengan jumlah
sample 10 titik pengamatan.
7). Infrastruktur
Data dan informasi yang dikumpulkan, meliputi : Bandara, terminal, pasar umum,
pelabuhan umum, kawasan industri, kantor pemerintah, sekolah, rumah
sakit/puskesmas, bangunan wisata/sejarah. Infrastruktur khusus, misalnya : Pasar ikan,
KUD, Balai Benih Ikan (BBI), Pelabuhan perikanan, Tempat Pelelangan Ikan, Gudang
penyimpanan, Bangunan perlindungan pesisir (jeti, penahan gelombang). Jaringan
sarana prasarana, misalnya : transportasi, sumberdaya air, energi, telekomunikasi,
persampahan, sanitasi, drainase. Untuk mendeteksi keberadaan infrastruktur di atas
dilakukan analisis citra satelit google pro. Untuk mendeteksi lokasi dan sebarannya
dilakukan ground check dengan menggunakan GPS.
2) Oseanografi
1. Fisika Perairan
a) Arus, gelombang, dan Pasut
a. Arus
Hasil pengukuran digambarkan dalam scatter diagram, vektor plot,
current rose (mawar arus). Untuk distribusi spasial pola arus untuk tiap
500 m disimulasikan dengan model hidrodinamika pola arus dengan grid
maksimal 500 x 500 m, dan dikalibrasi dengan hasil pengukuran. Peta
arus skala 1:250.000, digambar dalam bentuk kontur isoline dengan
interval per 0,05 m/detik.
b. Gelombang
Gelombang diprediksi dari data angin dengan mempertimbangkan
panjang fetch, kecepatan dan arah angin. Distribusi spasial tinggi dan
arah gelombang setiap 500 m disimulasikan dengan model refraksi
gelombang. Peta tinggi gelombang skala 1:250.000 digambarkan dalam
bentuk kontur isoline per 0,1 m.
c. Pasang Surut
Penyedia jasa harus memplot hasil pengukuran pasang surut untuk
mengetahui tinggi elevasi muka air pasang surut terhadap waktu
pengukuran. Kemudian diolah dengan analisis harmonic pasang surut
dengan menggunakan metode admiralty untuk mengetahui komponen
3) Ekosistem Pesisir
Ekosistem pesisir dianalisis untuk mengetahui sebaran, luasan dan kondisinya. Hasil
analisis ditampilkan pada peta ekosistem pesisir skala 1:250.000 dalam bentuk polygon
dan kondisi dalam bentuk pie chart.
4) Sumberdaya Ikan
a) Sumberdaya ikan demersal
Hasil survey Sumberdaya ikan demersal dianalisis untuk mengetahui jenis,
kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi ikan demersal, dan
makrobentos. hasil analisis sumberdaya ikan demersal ditampilkan pada Peta
sumberdaya ikan demersal skala 1:250.000 digambar dalam bentuk pie chart
dengan informasi dasar ekosistem pesisir.
b) Sumberdaya ikan pelagis
Hasil survey sumberdaya ikan pelagis dianalisis untuk mengetahui lokasi,
keberadaan, jenis dan kelimpahan ikan pelagis. hasil analisis ditampilkan pada
Peta sumberdaya ikan pelagis skala 1:250.000 digambar dalam bentuk polygon,
dan jenis serta kelimpahan ikan dalam bentuk pie chart dengan informasi dasar
lokasi fishing ground.
c) Ikan yang dilindungi
Hasil survey sumberdaya ikan yang dilindungi dianalisis untuk mengetahui lokasi,
keberadaan, jenis dan kelimpahan ikan yang dilindungi. hasil analisis ditampilkan
pada Peta sumberdaya ikan yang dilindungi skala 1:250.000 digambar dalam
bentuk polygon, dan jenis serta kelimpahan ikan dalam bentuk pie chart
7) Infrastruktur
Hasil survey infrastruktur dituangkan pada peta infrastruktur skala 1:250.000 dalam
bentuk point.
9) Ekonomi Wilayah
Data ekonomi wilayah dituangkan pada peta ekonomi wilayah skala 1:250.000 dalam
bentuk point/polygon disertai informasi yang disajikan dalam bentuk diagram/tabel/pie
chart.
9. Keluaran
Keluaran (output) kegiatan Rencana Zonasi WP3K Provinsi (contoh sampai dengan tahap
Dokumen Final), antara lain :
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3. Draft Laporan Akhir
4. Laporan Akhir
5. Dokumen Awal RZWP-3-K
6. Dokumen Antara RZWP-3-K
7. Dokumen Final RZWP-3-K
8. Album peta
11. Personil
(Kebutuhan tenaga ahli dan tenaga pendukung disesuaikan dengan fokus pekerjaan dan
anggaran yang tersedia)
Tenaga Ahli
1 Ahli Pengelolaan Sumberdaya S2 Manajemen Sumberdaya Perairan (1 5 Tahun
Pesisir (Team Leader) orang)
2 Ahli Pengelolaan Sumberdaya S1 Manajemen Sumberdaya Perairan/ S2 5 Tahun / 3 Tahun
Pesisir Manajemen Sumberdaya Perairan
(1 orang)
3 Ahli Perencanaan Wilayah S1 Planologi, S1 Pengambangan 5 Tahun / 3 Tahun
Wilayah/S2 Planologi, S2 Perencanaan
Wilayah (1 orang)
4 Ahli Geografi (Sistem S1 Geografi/ S2 Geografi (1 orang) 5 Tahun / 3 Tahun
Informasi Geografi) dan
Penginderaan Jauh
5 Ahli Kelautan/Ahli S1 Kelautan,S1 Oseanografi,S1 Sipil 5 Tahun / 3 Tahun
Oseanografi Hidro / S2 Kelautan,S2 Oseanografi,S2
Sipil Hidro
(1 orang)
6 Ahli Perikanan S1 Perikanan/ S2 Perikanan (1 orang) 5 Tahun / 3 Tahun
6) Ahli Perikanan
Tugas dan tanggung jawab :
a. membantu Team Leader dalam analisis perikanan untuk penyusunan Rencana
Zonasi WP-3-K
2) Teknisi Oseanografi
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Oseanografi dalam melakukan pemasangan peralatan
dan pengukuran oseanografi
b. Membantu Tenaga Ahli Oseanografi dalam pencatatan dan analisis data
oseanografi
3) Tenaga Survei Sosial Ekonomi
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Sosial Ekonomi dalam melakukan survey sosial ekonomi
4) Tenaga survei ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Perikanan dalam melakukan survey ekosistem pesisir
dan pulau-pulau kecil
5) Tenaga survei geologi dan geomorfologi laut
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli geologi dan geomorfologi laut dalam melakukan survey
geologi dan geomorfologi laut meliputi pengambilan sampel substrat dasar,
observasi morfologi pantai.
6) Operator GIS dan Remote Sensing
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu proses pemasukan data digital spasial;
b. Membantu menyusun peta-peta tematik;
c. Membantu menginterpretasi citra;
d. Membantu menyusun database manajemen sistem sesuai standar Pedoman
Pemetaan RZWP3K;
7) Operator Komputer
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu proses pemasukan data digital;
b. Membantu menyusun dokumen laporan;
c. Membantu dalam bidang administrasi kegiatan, surat menyurat dan lain-lain.
8) Kartografer
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli GIS dalam menyiapkan format standar (layout) peta
tematik maupun peta Rencana Zonasi
b. Membantu Tenaga Ahli GIS dalam menuangkan data dan informasi, serta
rencana ke dalam peta yang sesuai dengan kaidah-kaidah kartografi
9) CAD Drafter
Tugas dan Tanggung Jawab :
a. Membantu Tenaga Ahli Hidrografer dalam menuangkan data dan informasi
terkait dengan bathimetri