Anda di halaman 1dari 11

Protap Kesehatan Gigi dan Mulut

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAIMANA

I. PEMERIKSAAN AWAL.

A. ANAMNESA.

1. Menanyakan dan mencocokkan identitas penderita dengan data yang terdapat pada kertas
status, identitas tersebut meliputi :
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
2. Menanyakan dan mencatat riwayat kesehatan, yaitu :
Jantung.
Kencing Manis.
Hipertensi.
Kehamilan (pada wanita).
Kebiasaan individu.
Alergi Obat / Alergi Makanan.
Komplikasi yang pernah dialami pada riwayat pengobatan lalu.
Asma
TBC (paru).
HIV/AIDS.
Haemophilia.
Hepatitis.
3. Menanyakan dan mencatat keluhan utama yang dialami oleh penderita, meliputi :
Kapan dirasakan.
Sifat (akut, kronis).
Tempat (local, menyebar).
Sudah diobati/belum.

B. PEMERIKSAAN.

EKSTRA ORAL :
Pipi : dilihat, diraba ada kelainan/tidak.
Bibir : dilihat, diraba ada kelainan/tidak.
Kelenjar lymphe : dilihat, diraba ada kelainan/tidak.

INTRA ORAL :
Gigi geligi : warna, posisi, karies, bentuk/ukuran.
Kelainan mukosa pipi (ulcus, lesi, radang).
Palatum (kista, celah langit, tumor, eksostosis).
Dasar mulut (bengkak, kista, ranula).
C. DIAGNOSA.
Ditetapkan dengan mempertimbangkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang (bila ada) yang diperoleh dari penderita.

D. RENCANA PERAWATAN.

Rencana perawatan diputuskan dengan mempertimbangkan diagnosa dan prognosa perawatan.


Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang telah disusun untuk memberikan
pelayanan yang paripurna kepada pasien, maka jenis perawatan yang bisa dilakukan pada
poliklinik gigi dan mulut Rumah Sakit Umum Daerah Kaimana adalah :

Tumpatan Komposit dengan Aktivasi Sinar.


Tumpatan Glass Ionomer Cement Konvensional.
Tumpatan Glass Ionomer Cement Konvensional Aktivasi Sinar.
Pembersihan Karang Gigi / Scaling.
Ekstraksi Gigi Sederhana.
Perawatan Saluran Akar.

II. PROSEDUR PERAWATAN GIGI PERMANEN.

A. MENYAPA PASIEN DENGAN RAMAH.

B. ANAMNESA.
Menanyakan dan mencatat identitas penderita.
Menanyakan keluhan utama.
Menanyakan lokasi gigi yang sakit.
Mulai kapan dirasakan.
Sifat sakit :
- Terus menerus.
- Kadang-kadang (bila kemasukan makanan).
- Timbulnya rasa sakit.
- Spontan (tanpa rangsangan).
- Adanya rangsangan (dingin, panas).

C. PEMERIKSAAN.

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL.


Melihat pipi dan bibir apakah ada pembengkaan bentuknya simetris atau tidak, apakah
ada celah bibir.
Bila ada pembengkaan pipi, meraba pipi memakai empat jari dengan menekan pipi secara
lembut untuk merasakan adanya benjolan/ pembengkaan dan menilai apakah keras,
lunak, ada fluktuasi atau tidak.
Bila ada pembengkaan bibir, memeriksa bibir bawah dengan menarik bibir bawah kearah
bawah dan memeriksa bibir atas dengan menariknya ke atas untuk melihat apakah ada
perubahan warna, benjolan, pembengkaan. Menekan dengan lembut bibir untuk
merasakan apakah keras, lunak atau ada fluktuasi.
Memeriksa kelenjar getah bening di bawah rahang bawah dengan cara meraba
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah menekan dengan lembut menyusuri dari
belakang telinga ke submandibula sampai arah depan/dagu untuk menemukan adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
PEMERIKSAAN INTRA ORAL.

Inspeksi.
- Meminta pasien membuka mulut selebar mungkin.
- Melihat menggunakan kaca mulut yang dipegang dengan tangan kiri/kanan ke seluruh
permukaan gigi apakah keadaannya bersih/kotor, adakah gigi lubang (karies), warna,
bentuk, gigi permanen sudah tumbuh atau belum dan letak gigi.
- Melihat apakah ada gusi bengkak, gusi bernanah, kemerahan dan berdarah.
- Melihat apakah ada kelainan pada mukosa pipi dan lidah, bercak putih, bercak merah,
warna merah kebiruan, radang dan ulcus.
- Melihat apakah ada kelainan celah pada palatum/langit-langit mulut, tumor
eksostosis.
- Melihat dasar mulut apakah ada bengkak, lesi, ulcus.
- Melihat adanya perubahan warna gigi menjadi kehitaman.

Palpasi.
- Merasakan apakah ada gigi goyang dengan cara menjepitkan pinset pada bagian
mahkota gigi kemudian menggoyangkan gigi kearah luar dan dalam 2 kali, bila gigi
bergerak sejauh > 2mm berarti gigi tersebut goyang.
- Meraba gigi dengan cara menjepit cotton pellet menggunakan pinset kemudian
menekan gusi dengan lembut dan melihat apakah mudah berdarah atau keluar nanah.
- Meraba gusi dengan ujung jari telunjuk tangan kanan dan menekannya apakah gusi
bengkak, keras, lunak, fluktuasi, keluar nanah, nyeri (dengan melihat ekspresi
pasien).

Tes Vitalitas.
- Test dingin (menggunakan kapas yang telah disemprot chlor-ethil dan di letakan di
kavitas).
- Test open bur (di lakukan bila tes dingin dan sonde memberikan hasil yang negatif).
Perkusi.
- Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk mengetahui
nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
Druk.
- Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di
atas mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan untuk
mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita (bila gigi lawan tidak cukup
ditekan dengan pangkal kaca mulut).
Pemeriksaan Sulkus Gingiva.
- Gunakan probe periodontal standar WHO menyusuri sulkus gingiva tanpa tekanan.
- Pemeriksaan ini dilakukan untuk menguji ada tidaknya keradangan dan/atau
kerusakan jaringan penyangga pada gigi tersebut.
Pemeriksaan Penunjang.
- Melakukan rujukan pemeriksaan foto rontgenologis untuk membantu menentukan
kondisi di dalam rahang yang tidak terpantau pada pemeriksaan klinis.
D. DIAGNOSA.

Ditegakkan berdasarkan :
Anamnesa.
Keluhan Utama.
Pemeriksaan Intra Oral.
Pemeriksaan Ekstra Oral.
Pemeriksaan Penunjang lainnya.

E. RENCANA PERAWATAN.

1. Pulpitis Reversible Penumpatan Tetap.


2. Pulpitis Non Perforasi Indirect pulp capping + tumpat sementara.
3. Pulpitis Perforasi Direct pulp capping + tumpat sementara.
4. Pulpitis Irreversible Perawatan Saluran Akar jika masih memungkinkan, kalau tidak
indikasi untuk ekstraksi.
5. Periodontitis Akut Premedikasi.
6. Periodontitis Kronis karena Gangren Pulpa premedikasi kemudian tindakan ekstraksi.
7. Abses premedikasi.
8. Gingivitis atau Periodontitis karena Kalkulus Gigi pembersihan karang gigi/skaling.

F. PROSEDUR TETAP PERAWATAN.

A. PROSEDUR TUMPATAN SEMENTARA.


1. Pembuangan jaringan karies dengan eskavator.
2. Preparasi kavitas dengan bur sesuai dengan klasifikasi tumpatan.
3. Sterilisasi kavitas.
4. Pemberian obat (eugenol) sebagai relief of pain (eugenol + kapas).
5. Penambalan sementara dengan cavit (disesuaikan dengan kasus dan kavitas yang
ada).
6. Instruksi paska penumpatan :
- Tidak boleh digunakan untuk makan selama 1 jam setelah ditumpat.
- Hati-hati bila menyikat gigi terutama pada gigi dengan tumpatan sementara.
7. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

B. PROSEDUR TUMPATAN TETAP.


1. Pembersihan jaringan nekrotik dalam kavitas dengan eskavator.
2. Preparasi kavitas dengan diamond bur berkecepatan tinggi yang selalu dialiri oleh air.
3. Pemblokiran menggunakan cotton roll.
4. Penderita diinstruksi untuk tidak menutup mulut.
5. Sampai dengan proses penumpatan selesai pasien diinstruksikan untuk tidak
menggerakkan lidah.
6. Mengeringkan kavitas dengan CHIP BLOWER / THREE WAY SYRING.
7. Irigasi kavitas dengan aquades.
8. Aplikasikan lapisan basis berupa pasta kalsium hidroksida (untuk tumpatan sintetis).
9. Aplikasikan tumpatan tetap pada kavitas, rapikan.
10. Penderita diinstruksikan untuk :
- Tidak menggunakan gigi tersebut selama sehari semalam.
- Datang kembali ke klinik untuk dilakukan pemulasan pada tumpatan.
11. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.
C. PROSEDUR PERAWATAN PULPA (PULP CAPPING).

DEFINISI : Perawatan pulpa dibatasi pada perawatan yang dilakukan untuk


mempertahankan vitalitas gigi, yaitu Pulp Capping.

TUJUAN : Mempertahankan vitalitas pulpa agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut
maupun kematian jaringan pulpa.

Prosedur Tindakan :
1. Pembuangan jaringan karies yang nekrosis dengan preparasi kavitas dengan diamond
bur yang selalu dialiri air sesuai dengan klas karies.
2. Lakukakan isolasi dengan meletakkan cotton roll.
3. Keringkan kavitas dengan three way syringe.
4. Aplikasikan pasta zinc oxide eugenol (indirect pulp capping) atau kalsium hidroksida
(direct pulp capping).
5. Aplikasikan tumpatan sementara.
6. Pasien diberi obat analgesik untuk menahan rasa sakit.
7. Pasien diinstruksikan untuk mengurangi penggunaan gigi tersebut.
8. Pasien diinstruksikan untuk kembali setelah seminggu.
9. Uji vitalitas gigi tersebut pada pertemuan berikutnya. Apabila vitalitas gigi tersebut
terjaga, maka perawatan ini telah berhasil.
10. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

D. PROSEDUR EKSTRAKSI GIGI.


1. Mempersiapkan pehacain (campuran lidokain dengan efinephrine) ampul dan
mematahkan ujung ampul menggunakan menggunakan tangan pada leher ampul.
2. Mempersiapkan spuit 3 cc, membuka tutup spuit dan memindahkan pehacain
(campuran lidokain dengan efinephrine) ke dalam spuit dengan cara menghisap isi
ampul sampai habis dan menutup kembali spuit.
3. Membuang botol ke tempat sampah medis.
4. Membuang udara dalam spuit (aspirasi) dengan cara memposisikan spuit dengan
ujung jarum menghadap ke atas, kemudian ketuk perlahan syringe. Kemudian dorong
pompa perlahan-lahan sampai udara tidak tampak lagi dan cairan keluar sedikit di
ujung jarum.
5. Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesinya dengan betadine.
6. Mengolesi gusi yang akan dilakukan injeksi dengan gerakan searah 1 kali.
7. Untuk menganastesi gusi bagian bukal, lidokain di suntikkan ke gusi di sekitar apeks
pada gigi yang akan dicabut dan melakukan aspirasi, apabila keluar darah menggeser
posisi jarum ke titik lain dan memasukkan jarum sampai menyentuh tulang.
Menyuntikkan pehacain (campuran lidokain dengan efinephrine) 0,5-1 cc. Mencabut
kembali jarum.
8. Untuk menganastesi gusi bagian lingual/palatal, pehacain (campuran lidokain dengan
efinephrine) disuntikkan ke gusi sekitar apeks pada gigi yang akan dicabut atau pada
percabangan saraf dan melakukan aspirasi apabila keluar darah menggeser posisi
jarum ke titik lain dan memasukkan jarum sampai menyentuh tulang. Menyuntikan
pehacain (campuran lidokain dengan efinephrine) 0,5-1 cc. Mencabut kembali jarum.
9. Membuang spuit pada safety box dengan cara ujung jarum masuk lebih dulu.
10. Menunggu sampai obat bereaksi dan menimbulkan rasa tebal dengan menanyakan
pada pasien apakah sudah terasa tebal dan bagaimana perasaan pasien apakah terasa
mata berkunang-kunang atau pusing. Bila sudah terasa tebal maka langsung
dilakukan pencabutan.
11. Melakukan pemisahan gigi dan gusi dengan memakai bein dengan posisi bein mesio
bukal/distobukal gigi yang bersangkutan, dengan gerakan bein apikal ke koronal (dari
bawah ke atas) sampai gigi goyang.
12. Meletakkan ujung tang pada bagian bukal dan lingual/palatinal gigi sampai dengan
cervical gigi / bifurkasi gigi.
13. Pada gigi yang mempunyai 1 akar (gigi anterior) memutar gigi searah sambil ditarik
keluar.
14. Pada gigi yang mempunyai lebih akar menggerak-gerakkan gigi ke arah bukal dan
lingual/palatinal supaya gigi terlepas dan menarik gigi keluar.
15. Mengambil tampon menggunakan pinset kemudian menetesi tampon dengan betadine
di atas cucing meletakkan tampon pada luka bekas pencabutan dan meminta pasien
untuk menggigit tampon kuat-kuat.
16. Membuang sampah medis kapas betadine, tampon yang digunakan selama tindakan
dan gigi yang sudah dicabut ke dalam tempat sampah medis.
17. Melepaskan sarung tangan dan dimasukkan dalam tempat sampah medis kemudian
mencuci tangan memakai sabun.
18. Memberikan instruksi post-ekstraksi kepada pasien/pengantar.
19. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

E. PROSEDUR PERAWATAN FISSURE SEALANT.

DEFINISI : Perawatan fissure sealant adalah penutupan pit dan fissure pada gigi molar
pertama permanen yang bebas karies.

TUJUAN : Mempertahankan gigi molar pertama permanen dalam kondisi bebas karies.

Prosedur Perawatan :
1. Pastikan bahwa gigi molar pertama permanen yang dimaksud bebas karies.
2. Blokir saliva dengan cotton roll.
3. Olesi gigi dengan cairan etsa asam dan ditunggu beberapa saat.
4. Bilas gigi dengan air sampai dengan cairan etsa asam seluruhnya terbilas.
5. Siapkan lampu light cure.
6. Olesi gigi dengan cairan bonding.
7. Keringkan daerah kerja.
8. Aplikasikan resin komposit pada gigi yang dimaksud.
9. Paparkan light cure sesuai dengan aturan pemakaian bahan dari perusahaan penghasil
resin.
10. Oleskan varnish pada permukaan resin komposit yang telah mengeras.
11. Instrusikan pasien untuk tidak menggunakan gigi tersebut untuk makan selama satu
jam, menjaga kebersihan gigi dan mulut serta tidak memberikan beban yang
berlebihan pada gigi tersebut.
12. Instruksikan pasien untuk kembali 7 hari setelah perawatan.
13. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

F. PROSEDUR SKALING.
1. Persiapkan ultrasonic scaller, pastikan air mengalir dengan lancar dan mata scaller
dalam kondisi steril.
2. Instruksikan pasien untuk berkumur.
3. Ulasi daerah kerja dengan antiseptik.
4. Persiapkan saliva ejector.
5. Letakkan saliva ejector tip pada dasar mulut pasien.
6. Bersihkan karang gigi, baik supra maupun sub gingival kalkulus dengan
menggunakan ultrasonic scaller dengan tanpa tekanan pada gigi.
7. Poles gigi yang telah dibersihkan dari kalkulus sehingga halus.
8. Olesi daerah kerja dengan antiseptik.
9. Berikan dental health education pada pasien.
10. Instruksikan pasien untuk kontrol 7 hari setelah perawatan.
11. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

III. PROSEDUR PERAWATAN GIGI SULUNG.

A. MENYAPA PASIEN DENGAN RAMAH.

B. ANAMNESA.
Menanyakan dan mencatat identitas penderita.
Menanyakan keluhan utama.
Menanyakan lokasi gigi yang sakit.
Mulai kapan dirasakan.
Sifat sakit :
- Terus menerus.
- Kadang-kadang (bila kemasukan makanan).
- Timbulnya rasa sakit.
- Spontan (tanpa rangsangan).
- Adanya rangsangan (dingin, panas).

C. PEMERIKSAAN.

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL.


Melihat pipi dan bibir apakah ada pembengkaan bentuknya simetris atau tidak, apakah
ada celah bibir.
Bila ada pembengkaan pipi, meraba pipi memakai empat jari dengan menekan pipi secara
lembut untuk merasakan adanya benjolan/ pembengkaan dan menilai apakah keras,
lunak, ada fluktuasi atau tidak.
Bila ada pembengkaan bibir, memeriksa bibir bawah dengan menarik bibir bawah kearah
bawah dan memeriksa bibir atas dengan menariknya ke atas untuk melihat apakah ada
perubahan warna, benjolan, pembengkaan. Menekan dengan lembut bibir untuk
merasakan apakah keras, lunak atau ada fluktuasi.
Memeriksa kelenjar getah bening di bawah rahang bawah dengan cara meraba
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah menekan dengan lembut menyusuri dari
belakang telinga ke submandibula sampai arah depan/dagu untuk menemukan adanya
pembesaran kelenjar getah bening.

PEMERIKSAAN INTRA ORAL.

Inspeksi :
- Meminta pasien membuka mulut selebar mungkin.
- Melihat menggunakan kaca mulut yang dipegang dengan tangan kiri/kanan ke seluruh
permukaan gigi apakah keadaannya bersih / kotor, adakah gigi lubang (karies), warna,
bentuk, gigi permanen sudah tumbuh atau belum dan letak gigi.
- Melihat apakah ada gusi bengkak, gusi bernanah, kemerahan dan berdarah.
- Melihat apakah ada kelainan pada mukosa pipi dan lidah, bercak putih, bercak merah,
warna merah kebiruan, radang dan ulcus.
- Melihat apakah ada kelainan celah pada palatum/langit-langit mulut, tumor
eksostosis.
- Melihat dasar mulut apakah ada bengkak, lesi, ulcus.
- Melihat adanya perubahan warna gigi menjadi kehitaman.
Palpasi :
- Merasakan apakah ada gigi goyang dengan cara menjepitkan pinset pada bagian
mahkota gigi kemudian menggoyangkan gigi kearah luar dan dalam 2 kali, bila gigi
bergerak sejauh > 2mm berarti gigi tersebut goyang.
- Meraba gigi dengan cara menjepit cotton pellet menggunakan pinset kemudian
menekan gusi dengan lembut dan melihat apakah mudah berdarah atau keluar nanah.
- Meraba gusi dengan ujung jari telunjuk tangan kanan dan menekannya apakah gusi
bengkak, keras, lunak, fluktuasi, keluar nanah, nyeri (dengan melihat ekspresi
pasien).

- Tes Vitalitas :
1. Test dingin (menggunakan kapas yang telah disemprot chlor-ethil dan di letakan
di kavitas).
2. Test open bur (di lakukan bila tes dingin dan sonde memberikan hasil yang
negatif).

Perkusi :
- Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk mengetahui
nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
- Jika terasa nyeri lakukan trepanasi jika memungkinkan kemudian lakukan
premedikasi.

Druk :
- Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di
atas mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan untuk
mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita (bila gigi lawan tidak cukup
ditekan dengan pangkal kaca mulut).
- Jika ada rasa sakit/nyeri lakukan premedikasi terlebih dahulu.

Pemeriksaan Penunjang :
- Melakukan rujukan pemeriksaan foto rontgenologis untuk membantu menentukan
kondisi di dalam rahang yang tidak terpantau pada pemeriksaan klinis, adanya
kelainan benih gigi atau adanya kekurangan tempat.
- Bila ada riwayat penyakit keturunan bisa dilakukan cek darah lengkap dahulu.

D. DIAGNOSA.
Ditegakkan berdasarkan:
- Anamnesa.
- Keluhan Utama.
- Pemeriksaan Intra Oral.
- Pemeriksaan Ekstra Oral.
- Pemeriksaan Penunjang lainnya.

E. RENCANA PERAWATAN.
1. Pulpitis Reversibel Penumpatan tetap.
2. Pulpitis Non Perforasi Indirect pulp capping + Penumpatan sementara.
3. Pulpitis Perforasi Direct pulp capping + Penumpatan sementara.
4. Pulpitis Irreversibel Pengobatan/rujuk/ekstraksi.
5. Periodontitis Akut Pengobatan.
6. Periodontitis Kronis oleh karena Gangren Pulpa Ekstraksi.
7. Abses Pengobatan
F. PROSEDUR TETAP PERAWATAN.

1. PROSEDUR TUMPATAN SEMENTARA.


a. Pembuangan jaringan karies dengan eskavator.
b. Preparasi kavitas dengan bur sesuai dengan klasifikasi tumpatan.
c. Sterilisasi kavitas.
d. Pemberian obat (eugenol) sebagai relief of pain (eugenol + kapas).
e. Penambalan sementara dengan cavit.
f. Instruksi paska penumpatan.
g. Tidak boleh digunakan untuk makan selama 1 jam setelah ditumpat.
h. Hati-hati bila menyikat gigi terutama pada gigi dengan tumpatan sementara.
i. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

2. PROSEDUR TUMPATAN TETAP.


a. Pembersihan jaringan nekrotik dalam kavitas dengan eskavator.
b. Preparasi kavitas dengan diamond bur berkecepatan tinggi yang selalu dialiri oleh air.
c. Pemblokiran menggunakan cotton roll.
d. Penderita diinstruksi untuk tidak menutup mulut.
e. Sampai dengan proses penumpatan selesai pasien diinstruksikan untuk tidak
menggerakkan lidah.
f. Mengeringkan kavitas dengan CHIP BLOWER / THREE WAY SYRING.
g. Irigasi kavitas dengan aquades.
h. Aplikasikan lapisan basis berupa pasta kalsium hidroksida bila diperlukan.
i. Aplikasikan tumpatan tetap pada kavitas, rapikan.
j. Penderita diinstruksikan untuk :
- Tidak menggunakan gigi tersebut selama sehari semalam.
- Datang kembali ke klinik untuk dilakukan pemulasan pada tumpatan.
k. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

3. PROSEDUR PENCABUTAN GIGI SULUNG.


a. Menjelaskan kepada penderita bahwa akan dilakukan tindakan pencabutan gigi
sulungnya dengan tujuan untuk memberi kesempatan gigi permanen tumbuh dengan baik.
b. Menjelaskan kepada penderita bahwa sebelumnya pencabutan akan dilakukan pembiusan
dan setelah itu penderita akan merasakan dingin (bila menggunakan Chlor Ethyl) atau
merasa tebal (bila menggunakan suntikan pehacain).
c. Minta ijin penderita/pengantar untuk dilakukan tindakan (bolehkah saya mulai sekarang
?) atau dengan informed concent.
d. Mempersiapkan alat dan obat anastesi dan alat tindakan pencabutan gigi sulung yang
sudah disterilkan.
e. Mencuci tangan dengan sabun dan memakai sarung tangan steril.
f. Tindakan anastesi, bila sudah goyang menggunakan Chlor Ethyl dan belum goyang
menggunakan pehacain.
Bila menggunakan Chlor Ethyl :
1. Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesinya dengan betadine.
2. Mengolesi gusi pada daerah gigi yang akan dicabut dengan gerakan searah 1 kali.
3. Mengambil kapas 2 buah gulungan dengan pinset, kemudian kapas dipegang
dengan tangan kiri.
4. Memegang Tabung Chlor Ethyl dengan tangan kanan kemudian ujungnya
didekatkan pada kapas dengan jarak 1 cm kemudian menyemprot kapas dengan
Chlor Ethyl, tunggu sampai kapas berbuih.
5. Meminta pasien membuka mulut kemudian meletakkan kapas sambil di tekan
pada bagian bukal dan lingual/palatinal gigi yang akan dicabut.
Bila menggunakan pehacain :
1. Mempersiapkan pehacain ampul dan mematahkan ujung ampul menggunakan
menggunakan tangan pada leher ampul.
2. Mempersiapkan spuit 3 cc atau 1 cc sesuai kasus pencabutan, membuka tutup
spuit dan memindahkan pehacain ke dalam spuit dengan cara menghisap isi
ampul sampai habis dan menutup kembali spuit.
3. Membuang bekas ampul pehacain ke tempat sampah medis.
4. Membuang udara dalam spuit (aspirasi) dengan cara memposisikan spuit dengan
ujung jarum menghadap ke atas, kemudian ketuk perlahan syringe. Kemudian
dorong pompa perlahan-lahan sampai udara tidak tampak lagi dan cairan keluar
sedikit di ujung jarum.
5. Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesinya dengan cairan
antiseptik (cth: betadine).
6. Mengolesi gusi yang akan dilakukan injeksi dengan gerakan searah 1 kali.
7. Untuk menganastesi gusi bagian bukal, pehacain disuntikkan ke gusi di sekitar
apeks pada gigi yang akan dicabut dan melakukan aspirasi, apabila keluar darah
menggeser posisi jarum ke titik lain dan memasukkan jarum sampai menyentuh
tulang. Menyuntikkan pehacain 0,5-1 cc. Mencabut kembali jarum.
8. Untuk menganastesi gusi bagian lingual/palatal, pehacain disuntikkan ke gusi
sekitar apeks pada gigi yang akan dicabut atau pada percabangan saraf dan
melakukan aspirasi apabila keluar darah menggeser posisi jarum ke titik lain dan
memasukkan jarum sampai menyentuh tulang. Menyuntikan pehacain 0,5-1 cc.
Mencabut kembali jarum.
9. Membuang spuit pada safety box dengan cara ujung jarum masuk lebih dulu.
10. Menunggu sampai obat bereaksi dan menimbulkan rasa tebal dengan menanyakan
pada pasien apakah sudah terasa tebal dan bagaimana perasaan pasien apakah
terasa mata berkunang-kunang atau pusing. Bila sudah terasa tebal maka langsung
dilakukan pencabutan.
11. Melakukan pemisahan gigi dan gusi dengan memakai bein dengan posisi bein
mesio bukal / disto bucal gigi yang bersangkutan, dengan gerakan bein apikal ke
coronal (dari bawah ke atas) sampai gigi goyang.
12. Meletakkan ujung tang pada bagian bukal dan lingual/palatinal gigi sampai
dengan cervical gigi / bifurkasi gigi.
13. Pada gigi yang mempunyai 1 akar (gigi anterior) memutar gigi searah sambil
ditarik keluar.
14. Pada gigi yang mempunyai lebih akar menggerak-gerakkan gigi ke arah bukal dan
lingual/palatinal supaya gigi terlepas dan menarik gigi keluar.
15. Mengambil tampon menggunakan pinset kemudian menetesi tampon dengan
cairan antiseptik (cth : betadine) di atas cucing meletakkan tampon pada luka
bekas pencabutan dan meminta pasien untuk menggigit tampon kuat-kuat.
16. Membuang sampah medis kapas betadine, tampon yang digunakan selama
tindakan dan gigi yang sudah dicabut ke dalam tempat sampah medis.
17. Melepaskan sarung tangan dan dimasukkan dalam tempat sampah medis
kemudian mencuci tangan memakai sabun.
18. Memberikan instruksi post-ekstraksi kepada pasien/pengantar.
19. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

4. PENGOBATAN.
a. Peresepan obat diberikan berdasarkan pada prinsip-prinsip medikasi yang rasional dan
proporsional.
b. Mencatat pengobatan pada kartu status penderita.
5. KONSELING (DENTAL HYGIENE EDUCATION).

Menjelaskan kepada pasien/pengantar setelah pencabutan untuk :

Menggigit tampon 0,5 - 1 jam, boleh meludah tapi tampon tidak dibuang/tetap
digigit.
Tidak menyentuh bekas pencabutan dengan lidah karena bisa menyebabkan infeksi.
Tidak menghisap-hisap bekas pencabutan karena bisa menyebabkan infeksi.
Tidak berkumur-kumur terlalu keras selama 24 jam.
Menghindari perdarahan dan infeksi.
Mengajukan kepada pasien/pengantar untuk menjaga kebersihan mulut dengan cara
menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur dengan memperagakan cara
menyikat gigi yang benar.
Menganjurkan pasien menyikat gigi setelah makan makananmanis dan asam, dan
makanan yang lengket di gigi.
Membiasakan memakan makanan yang berserat masalnya sayur dan buah.
Menganjurkan pada pasien/pengantar untuk segera kontrol bila ada keluhan atau bila
ada lagi gigi yang berlubang.
Menganjurkan pada pasien/pengantar untuk memeriksakan gigi secara rutin setiap 6
bulan sekali.
Memberi kesempatan pada pasien/pengantar untuk menanyakan hal yang kurang jelas
dan menjawab pertanyaan sampai pasien/penderita jelas.
Mengecek pemahaman pasien/pengantar dengan memberikan pertanyaan terbuka atas
informasi yang sudah disampaikan.
Mencatat hasil konseling pada kartu status penderita.
Mengucapkan terima kasih sudah datang dan semoga lekas sembuh.

IV. PASCA PELAYANAN.

A. DEKONTAMINASI.
1. Memakai sarung tangan rumah tangga.
2. Memasukkan alat-alat yang sudah terpakai ke dalam bak dekontaminasi selama 10 menit.
3. Memindahkan alat dari bak dekontaminasi ke dalam bak air sabun.
4. Membersihkan alat-alat dengan sikat dan air sabun.
5. Membilas alat-alat yang sudah bersih dengan air mengalir.
6. Mengeringkan alat-alat dengan handuk bersih.
7. Lalu diletakkan ke dalam bak instrumen tertutup sesuai dengan jenis alat.

B. STERILISASI.
1. Cuci semua alat yang sudah dipakai dibawah air mengalir dan cuci dengan sabun.
2. Bilas sampai bersih.
3. Rendam di alkohol 10 menit.
4. Angkat dan keringkan semua alat.
5. Pisahkan alat-alat yang terbuat dari logam dan non logam.
6. Masukkan dengan rapi alat-alat logam ke sterilisator panas kering.
7. Masukkan alat-alat non logam dengan rapi ke sterilisator dengan metode ozone.
8. Tunggu sampai sterilisator secara otomatis mati dengan sendirinya (sesuai petunjuk pabrik
pembuatnya).
9. Biarkan alat-alat logam dan non logam di dalam sterilisator, jika mau dipakai lagi tinggal
ambil seperlunya.

Anda mungkin juga menyukai