MAKALAH
oleh:
M. Harun Din (150413601804)
M. Sarifudin (150413602696)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang mungkin sangat sederhana.
Makalah ini berisikan tentang Strategic Relationship. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga
berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep keunggulan bersaing sangat penting bagi perusahaan dalam menghadapi
lingkungan yang tidak pasti dan persaingan yang semakin tajam. Setelah perusahaan
dapat menciptakan keunggulan bersaing, perusahaan harus dapat mempertahankan
keunggulan bersaing yang sudah dimiliki saat ini, karena lingkungan dan pesaing yang
dinamis akan merespon keunggulan bersaing yang dimiliki dengan membuat
keunggulan bersaing yang melebihi apa yang perusahaan miliki.
Salah satu cara untuk mempertahankan keunggulan daya saing yang berkelanjutan
(sustainable competitive advantage), adalah melalui strategic relationship (strategi
kemitraan). Strategic Relationship adalah membangun hubungan dengan mitra bisnis
untuk mencapai sebuah tujuan (goals). Strategi ini bukan merupakan inovasi baru
dalam dunia bisnis akan tetapi pentingnya strategi ini meningkat dalam rangka
menghadapi lingkungan yang kompleks dan risiko ekonomi global, serta terbatasnya
sumberdaya dan keahlian dari organisasi yang tunggal.
Memperoleh manfaat persaiangan yang terus meningkat menuntut hubungan secara
koperatif untuk mengakses teknologi; memperluas sumber daya, meningkatkan
produktivitas dan kualitas dan menembus pasar baru. Suatu strategi hubungan yang
jelas dan efektif adalah suatu karakteristik perusahaan pasar, dan hubungan antara
pembeli-penjual tradisional dan pesaing dapat terus meningkat digantikan dengan kerja
sama untuk memberikan nilai yang superior.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, berikut ini dipaparkan secara rinci beberapa hal yang
menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah dasar pemikiran hubungan inter-organisasi?
2. Apa saja jenis dari hubungan organisasi?
3. Bagaimana cara mengembangkan hubungan yang efektif antara organisasi?
4. Bagaimana hubungan global diantara organisasi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Nilai - Meningkatkan Peluang
3
perusahaan sulit untuk mempertemukan pembeli dengan barang dan jasa yang
memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka di pasar (marketplace).
4
a. Kenaikan kompleksitas dari teknologi
b. Keterbatasan finansial
c. Akses ke pasar
d. Teknologi informasi
5
B. JENIS HUBUNGAN ORGANISASI
Jenis hubungan yang mungkin dibentuk oleh suatu perusahaan adalah penyalur
dan pembeli (vertikal), horizontal (lateral), dan hubungan internal. Suatu jalan yang
bermanfaat untuk menguji hubungan organisatoris adalah untuk
mempertimbangkan apakah ikatan antara perusahaan adalah horisontal atau vertikal
(Craven, 2006).
1. Vertical Relationship
a. Hubungan Customer-Supplier
6
process). Sehingga munculnya kolaborasi antara supplier-pengusaha pabrik
semakin meluas dalam berbagai industri. Jenis hubungan ini banyak ditemukan
pada industri otomotif dan komputer.
Salah satu ciri dari hubungan ini adalah adanya outsourcing dari aktivitas
proses penciptaan rantai nilai (value-chain process ), seperti : transportasi, jasa
perbaikan dan pemeliharaan, sistem informasi, sumber daya manusia. Hal
tersebut di atas memungkinkan perusahaan untuk memperluas penjualan tanpa
investasi modal di semua tahapan rantai nilai (value chain). Namun, hubungan
ini juga mempunyai risiko yaitu adanya ketakutan akan kebocoran rahasia
perusahaan, tujuan buruh dan hilangnya kontrol.
Hubungan vertikal juga terjadi antara produsen dan para perantara (tengkulak
dan pengecer). Hubungan ini menyediakan akses yang menghubungkan
produsen kepada pengguna akhir (end users). Kolaborasi yang kuat terjadi pada
Vertical Marketing System (VMS). Contoh yang terkenal adalah sistem
franchise. Sistem ini diatur oleh salah satu dari anggota saluran, seperti suatu
pedagang eceran, distributor, atau produsen. VMS mungkin dimiliki oleh suatu
saluran perusahaan, dihubungkan bersama-sama dengan cara kontrak
perjanjian (suatu sistem monopoli), atau dipegang bersama oleh perusahaan
yang kuat dan berpengaruh yang mengatur hubungan saluran tersebut.
7
sudah ada secara berkala lebih murah dibandingkan biaya untuk mendapatkan
pelanggan baru. Oleh karena itu perusahaan harus berfokus kepada pelanggan.
a. Strategi Aliansi
Suatu strategi aliansi antara dua organisasi adalah suatu persetujuan untuk
bekerja sama untuk mencapai satu atau lebih sasaran hasil strategis umum.
Adapun aliansi yang dimaksudkan disini adalah aliansi antara perusahaan yang
bersaing dalam ranah industri tertentu.
Menurut Morgan & Hunt (dalam Craven, 2000), hubungan ini bersifat
paradoks, agar dapat menjadi pesaing yang efektif, maka perusahaan harus
belajar dan mengimplementasikan strategi kooperatif. Aliansi bukan
merupakan merger diantara dua perusahaan yang bebas. Walaupun kata-kata
aliansi sering ditafsirkan sebagai akuisisi satu pihak terhadap pihak lainnya.
Akan tetapi aliansi lebih menekankan pada komitmen untuk berpartisipasi
secara aktif pada proyek atau program bersama yang mempunyai lingkup
stratejik.
8
mandiri, walaupun termin dari suatu aliansi dapat secepatnya mendorong
kearah suatu pengadaan satu partner oleh mitra lain. Hal tersebut berbeda dari
suatu usaha patungan yang diluncurkan oleh dua perusahaan atau suatu
hubungan yang sesuai kontrak formal antara organisasi.
b. Joint Ventures
Join Venture adalah persetujuan antara dua atau lebih perusahaan untuk
menetapkan suatu kesatuan terpisah. Hubungan ini sering digunakan untuk
mengembangkan suatu peluang pasar baru; mengakses suatu biaya-biaya
9
penguasaan pasar internasional dan risiko keuangan, mendapatkan keuntungan
suatu laba pabrik lokal, atau memperoleh pengetahuan atau teknologi inti
bisnis.
3. Internal Patrnership
10
Bentuk hubungan ini pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan internal
structure yang kuat sehingga mewujudkan budaya pegawai yang fokus pada
pelanggan.
Terdapat beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui kemitraan antara lain:
Ada beberapa jalan untuk menempatkan dan memanfaatkan sumber riset dan
pengembangan eksternal:
11
2. Membangun New Market dan posisi pasar
1. Planning (Perencanaan)
12
mengevaluasi strategi alternatif untuk menuju keberhasilan sasaran, dan keputusan
mengenai bagaimana hubungan diatur dan disusun.
2. Trust (Kepercayaan)
3. Conflicts (Konflik)
Perusahaan yang sudah berhasil dalam hubungan kerjasamanya pun tidak dapat
mengelak dari perselisihan, maka perusahaan harus mengembangkan suatu
mekanisme penengah untuk dapat secara cepat menanggapi dan mengatasi
perbedaan tersebut dengan cara pelatihan karyawan yang terlibat dalam hubungan
kerjasama, membentuk suatu dewan atau komite antar organisasional, dan
menunjuk wakil yang dapat diterima semua pihak untuk menyelesaikan masalah
5. Flexibility (Fleksibilitas)
13
6. Culture Differences (Perbedaan Budaya)
14
1. The Network Corporation
2. Trading Companies
Peranan Pemerintah
1. Kerjasama tunggal-negara
Pemerintah sebuah Negara dapat membentuk kerjasama dengan satu atau
sekelompok perusahaan untuk mengembangkan industry atau mencapai tujuan
nasional lain.
2. Kerjasama antar-negara
Kerja sama regional antar negara-negara bisa mendorong perusahaan untuk
membentuk hubungan konsorsium (pembiayaan ditanggung bersama atas suatu
proyek) di dalam industri yang dipilih.
3. Korporasi pemerintah.
Negara-negara mengoperasikan perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah
sendiri.
15
STUDI KASUS
Memang, Shar-E Card ditujukan untuk menjadi brand yang dapat digunakan
oleh mitra aliansi Bank Muamalat. Baik mitra yang berupa bank maupun lembaga
keuangan lainnya. Misalnya Shar-E Pegadaian, multi finance, maupun bank-bank
konvensional yang ingin mengelola dana nasabahnya secara syariah tanpa harus
membuka unit syariah, melainkan cukup dengan beraliansi dengan Bank
Muamalat. Selain itu, dengan berbagai kemudahan dan jaringan yang luas, karena
bekerjasama dengan kantor pos di seluruh daerah di Indonesia, maka produk Shar-
E akan bisa meningkatkan loyalitas nasabah Bank Muamalat.
Hal ini sangat cerdas dilakukan Bank Muamalat mengingat tanpa perlu
mengeluarkan investasi yang besar untuk membuka cabang-cabang yang banyak
dan mengadakan mesin-mesin ATM, Bank Muamalat telah berhasil menjangkau
masyarakat sampai tingkat kelurahan.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18