Anda di halaman 1dari 6

Kesultanan Islam di Asia Tenggara

Kesultanan Islam di Asia Tenggara


(mulai abad 13 - sekarang)

DAFTAR ISI
Kesultanan Samudera Pasai abad ke-13 di Nanggroe Aceh Darussalam
Kesultanan Malaka abad ke-15 di Malaysia
Kesultanan Islam Pattani abad ke-15 di Thailand
Kesultanan Brunei Darussalam abad ke-15 di Brunei Darussalam
Kesultanan Islam Sulu abad ke-15 di Filipina
Kesultanan Ternate abad ke-15 di Maluku
Kesultanan Aceh Darussalam abad ke-16 di Nanggroe Aceh Darussalam
Kesultanan Demak abad ke-16 di Jawa Tengah
Kesultanan Cirebon abad ke-16 di Jawa Barat
Kesultanan Banjar abad ke-16 di Kalimantan Selatan
Kesultanan Banten abad ke-16 di Banten
Kesultanan Buton abad ke-16 di Sulawesi Tenggara
Kesultanan Goa abad ke-16 di Sulawesi Selatan
Kesultanan Johar abad ke-16 di Malaysia
Kesultanan Kutai abad ke-16 di Kalimantan Timur
Kesultanan Panjang abad ke-16 di Jawa Tengah
Kesultanan Mataram abad ke-16 di Jawa Tengah dan Yogyakarta
Kesultanan Palembang abad ke-16 di Sumatera Selatan
Kesultanan Bima abad ke-17 di Nusa Tenggara Barat
Kesultanan Siak Sri Indrapura abad ke-18 di Sumatera Timur
Referensi
PENYEBARAN ISLAM di wilayah Asia Tenggara ditandai dengan berdirinya kesultanan Islam
di kawasan tersebut. Sejarah perkembangan kesultanan Islam di Asia Tenggara tidak lepas dari
kepentingan perdagangan dan syiar agama yang dibawa oleh para saudagar dan ulama muslim dari
Asia Barat. Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan ini diberikan
mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur san Asia Barat bagi para
pedagang yang hendak keluar masuk pelabuhan-pelabuhan di Asia Tenggara. Berikut ini adalah
profil beberapa kesultanan Islam yang pernah berkuasa di Asia Tenggara.
Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13).
Samudera Pasai merupakan kesultanan Islam pertama di Indonesia. Letak kesultanan ini di Aceh
Utara. Sultan pertama Samudera Pasai adalah Malikush Shaleh.Letak Samudera Pasai sangat
strategis sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Banyak pedagang muslim dari
Arab, Cina dan India datang untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Kesultanan ini memperoleh
sumber pendapatan yang besar dari pajak perdagangan dan pelayaran. Samudera Pasai ditaklukkan
Portugis pada 1521. Sejarah Kesultanan Samudera Pasai dapat diketahui antara lain dengan
ditemukannya uang dirham emas dengan tulisan nama sultan yang memerintah Samudera Pasai.

Kesultanan Malaka (abad ke-15).


Kesultanan ini terletak di Semenanjung Malaka. Islam di Malaka berasal dari Kesultanan
Samudera Pasai. Pendiri Kesultanan Malaka adalah Paramesywara, seorang pangeran dari
Sriwijaya. Paramesywara menikah dengan putri sultan Samudera Pasai dan kemudian masuk
Islam. Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar
Syah (1445-1459).
Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada 1511.
Peninggalan sejarah Kesultanan Malaka barupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir
abad ke-15 dan benteng A'Farmosa yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan
Portugis.

Kesultanan Islam Pattani (abad ke-15).


Kehadiran Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan Syekh Said, mubalig dari Pasai, yang
berhasil menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu
Nakpa (1486-1530) beragama Budha kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan Ismail Syah.
Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat setelah menjalin hubungan dagang dengan
Kesultanan Malaka. Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan,
terutama bagi pedagang dari Cina dan India. Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan
Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan kubur yang disebut Batu
Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudera Pasai.

Kesultanan Brunei Darussalam (abad ke-15).


Kesultanan Brunei Darussalam merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan
sebelah utara. Islam pertama kali masuk ke Brunei pada 977, dibawa saudagar Cina. Setelah raja
Awang Alak Betatar (1406-1408) masuk Islam, ia mengubah kerajaan itu menjadi kesultanan.
Kata "Darussalam" ditambahkan pada kata "Brunei" pada abad ke-15 untuk menekankan Islam
sebaga agama negara. Kesultanan Brunei Darussalam berkembang menjadi pusat penyebaran
Islam dan perdagangan wilayah Melayu ketika Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis.
Kesultanan Brunei Darussalam pernah dikuasai Inggris pada 1888, di masa kepemimpinan Sultan
Hasyim Jalilu Ageramaddin, sultan ke-15, namun dapat meraih kemerdekaannya dari Inggris
1983.

Kesultanan Islam Sulu (abad ke-15).


Kesultanan Sulu merupakan kesultanan Islam yang terletak di Filipina bagian selatan. Islam masuk
dan berkembang di Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan
Filipina. Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang Arab yang ahli ilmu
pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah dengan putri dari pangeran Bwansa dan
kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.

Kesultanan Ternate (abad ke-15).


Kesultanan Islam terbesar di Maluku adalah Kesultanan Ternate. Penyebaran Islam di daerah ini
dilakukan oleh para ulama dan pedagang dari Pulau Jawa. Islam menjadi agam kerajaan setelah
Sultan Zainal Abidin memerintah. Kesultanan Ternate menjadi salah satu pusat penyebaran Islam
di kawasan timur Nusantara. Kesultanan Ternate mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan
Sultan Babullah. Kesultanan Ternate bersaing dengan Kesultanan Tidore terutama dalam
perdagangan. Kesultanan Ternate berakhir setelah ditaklukkan oleh VOC (Verenidge Osst-
Indische Compagnie) pada 1660. Peninggalan Kesultanan Ternate antara lain Benteng Portugis
dan bekas istana di Ternate (Maluku Utara).

Kesultanan Aceh Darussalam (abad ke-16).


Kesultanan Aceh atau Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumatera
bagian utara. Kesultanan ini didirikan pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh
mengantikan peran Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka yang jatuh ke tangan
Portugis, terutama dalam perdagangan dan pelayaran. Kesultanan ini mengalami puncak kejayaan
pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke dalam
kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada 1912. Peninggalan sejarah Kesultanan Aceh antara
lain Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dan Cakra Donya, yaitu lonceng hadiah dari kaisar
Cina.

Kesultanan Demak (abad ke-16).


Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Raja Demak pertama adalah
Raden Fatah, bupati Majapahit di Bintoro dan mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan
Sultan Trengono. Kesultanan Demak berhasil melebarkan kekuasaannya sampai ke daerah luar
Jawa, seperti Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin, dan Kesultanan Kutai di Kalimantan.
Kesultanan ini mengalami kemunduran di masa Sunan Prawoto karena beberapa daerah taklukkan
Demak memberontak. Peninggalan Kesultanan Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung
Demak. Ciri khas masjid ini adalah bangunannya ditopang empat tiang atau saka guru yang
dibangun empat orang sunan dari sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung
Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.

Kesultanan Cirebon (abad ke-16).


Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kesultanan Cirebon
didirikan pada 1450 oleh Pangeran Walangsungsang. Tokoh yang paling berperan menjadikan
Cirebon sebagai Kesultanan Islam adalah Syarif Hidayatullah. Sepeninggal Panembahan Girilaya
(1650-1662), Kesultanan Cirebon dibagi menjadi dua oleh kedua anaknya, menjadi Kesultanan
Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Meskipun tidak mempunyai kekuasaan administratif,
Kesultanan Cirebon tetap bartahan sampai saat ini.

Kesultanan Banjar (abad ke-16).


Kesultanan Banjar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan bagian selatan.
Kesultanan ini pada walnya bernama Daha, sebuah kerajaan Hindu yang berubah menjadi
kesultanan Islam. Kesultanan Banjar berdiri pada 1595 dengan penguasa pertama Sultan
Suriansyah. Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470, bersamaan dengan melemahnya kerajaan
Maajapahit di Pulau Jawa. Penyebaran Islam secara luas dilakukan Syekh Muhammad Arsyad al-
Banjari, seorang ulama yang menjadi Mufti Besar Kalimantan. Kesultanan Banjar mengalami
kemunduran dengan terjadinya pergolakan masyarakat yang menentang pengangkatan Pangeran
Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan oleh Belanda. Pada 1859-1905, terjadi perang Banjar yang
dipimpin Pangeran Antasari (1809-1862) melawan Belanda. Akibat dari perang ini, Belanda
menghapuskan Kesultanan Banjar pada 1860. Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat
dari bangunan masjid di Desa Kuin, Banjar Barat (Banjarmasin) yang dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Tamjidillah.

Kesultanan Banten (abad ke-16).


Kesultanan ini adalah kesultanan terbesar di Jawa Barat. Kesultanan Banten didirikan Sunan
Gunung Jati pada 1524. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, Islam telah
mengalami perkembangan pesat. Hal ini ditandai dengan berdirinya bangunan masjid dan
pesantren. Kesultanan Banten mencapai masa keemasannya di masa pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa (1651-1683).
Kesultanan ini mengalami kemunduran setelah terjadi perang melawan Belanda. Peninggalan
Kesultanan Banten berupa Masjid Agung Banten, Menara Banten, Benteng Speelwijk, dan bekas
Keraton Surosowan.

Kesultanan Buton (abad ke-16).


Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi bagian
tenggara. Kerajaan Buton menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6, memeluk agama Islam.
Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Patani,
seorang ulama dari Kesultanan Johor. Peninggalan sejarah Kesultanan Buton berupa Benteng
Kraton dan Batupoaro, yaitu batu tempat berkhalwat (mengasingkan diri) Syekh Abdul Wahid di
akhir keberadaannya di Buton.

Kesultanan Goa (abad ke-16).


Kesultanan Goa terletak di sebelah selatan Pulau Sulawesi. Kerajaan Goa berubah menjadi
kesultanan pada akhir abad ke-16, di masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639).
Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan
Belanda. Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan
menandatangani Perjanjian Bongaya. Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam
Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).

Kesultanan Johor (abad ke-16).


Kesultanan Johor berdiri setelah Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis. Sultan Alauddin
Riayat Syah membangun Kesultanan Johor pada sekitar tahun 1530-1536. Masa kejayaan
kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Kesultanan Johor
memperkuat dirinya dengan mengadakan sebuah aliansi bersama Kesultanan Riau sehingga
disebut Kesultanan Johor-Riau. Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan
wilayah tersebut dikuasai oleh Belanda.
Kesultanan Kutai (abad ke-16).
Kesultanan Kutai terletak di sekitar Sungai Mahakam, Kalimanta bagian timur. Pada awalnya,
Kutai merupakan kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu dan Buddha. Islam berkembang pada
masa kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600).
Penyebaran Islam dilakukan oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin Abdullah bin
Abu Bakar al-Warsak. Kesultanan ini mencapai kejayaannya pada masa Aji Sultan Muhammad
Salehuddin (1780-1850) memerintah. Kesultanan Kutai mengalami kemunduran setelah Aji Sultan
Muhammad Salehuddin meninggal dunia. Peninggalan sejarah Kesultanan Kutai berupa makam
para sultan di Kutai Lama (dekat Anggana).

Kesultanan Pajang (abad ke-16).


Kesultanan Pajang merupakan kerjaan Islam pertama di pedalaman Jawa. Kesultanan ini didirikan
oleh Joko Tingkir pada 1546, setelah Trenggono, Sultan Demak, wafat. Joko Tingkir atau Sultan
Adiwijaya membawa pengaruh Islam dari wilayah pesisir ke wilayah pedalaman Jawa. Kesultanan
Pajang hanya bertahan selama 45 tahun karena dihancurkan oleh Kesultanan Mataram pada 1618.
Peninggalan Kesultanan Pajang berupa makam Pangeran Benowo.

Kesultanan Mataram (abad ke-16).


Kesultanan Mataram beridiri sejak 1582. Kesultanan ini berawal dari wilayah Kesultanan Pajang
yang dihadiahkan oleh Sultan Adiwijaya kepada Kiai Ageng Pamanahan. Sultan pertama Mataram
adalah Panembahan Senopati (1582-1601).
Puncak kekuasaan Kesultanan Mataram tercapai pada masa kepemimpinan Sultan Agung (1613-
1645). Kesultanan Mataram melemah setelah terjadi perpecahan wilayah akibat Perjanjian Giyanti
serta campur tangan pihak Belanda. Kesultanan Mataram selanjutnya terbagi menjadi empat
wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta, Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Mangkunegara.
Peninggalan Kesultanan Mataram antara lain berupa pintu gerbang Masjid Kotagede di
Yogyakarta.

Kesultanan Palembang (abad ke-16).


Pada awalnya, Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Demak.
Sultan pertama sekaligus pendiri Kesultanan ini adalah Ki Gendeng Suro (1539-1572).
Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya ulama Arab yang menetap
di Palembang. Kesultanan Palembang menjadi bandar transit dan ekspor lada karena letaknya yang
strategis. Belanda kemudian menghapuskan Kesultanan Palembang setelah berhasil mengalahkan
Sultan Mahmud Badaruddin. Salatu satu peninggalan Palembang adalah Masjid Agung Palembang
yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur Rahman.

Kesultanan Bina (abad ke-17).


Kesultanan Bima adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur. Kerajaan
Bima berubah menjadi kesultanan Islam pada 1620 setelah rajanya, La Ka'i, memeluk agama Islam
dan mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul
Khair Sirajuddin (1640-1682), Kesultanan Bima menjadi pusat penyebaran Islam kedua di timur
Nusantara setelah Makassar. Kesultanan Bima berakhir pada 1951, ketika Muhammad Salahuddin,
sultan terakhir, wafat. Peninggalan Kesultanan Bima antara lain berupa kompleks istana yang
dilengkapi dengan pintu lare-lare atau pintu gerbang kesultanan.
Kesultanan Siak Sri Indrapura (abad ke-18).
Siak Sri Indrapura adalah sebuah kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah, dan penyebarab Islam di Sumatera Timur. Pusatnya adalah Desa Buantan, kemudian
pindah ke Siak Sir Indrapura (sekitar 90 km ke timur laut Pekanbaru).
Wilayah kekuasaan Siak Sri Indrapura meliputi Siak Asli, Bukit Batu, Merbau, Tebing Tinggi,
Bangko, Tanah Putih dan Pulau Bengkalis (Kabupaten Bengkalis); Tapung Kiri dan Tapung Kanan
(Kampar); Pekanbaru; dan sekitarnya. Istana bekas tempat tinggal dan pusat Kesultanan Siak Sri
Indrapura sampai sekarang masih berdiri dengan megah di pinggir Sungai Siak dan merupakan
salah satu objek pariwisata di daerah Riau.

Anda mungkin juga menyukai