Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI


2.1.1 A) DEFINISI PRE-EKLAMPSIA
Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah
usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat
badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan
laboratorium dijumpa protein di dalam urine (proteinuria).
Feryanto, Ahmad, Fadlun. 2012: 59.
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin,
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria,
dan edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau hipertensi
sebelumnya.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010: 172.
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
ante, intra, dan postpartum. Gejala yang timbul pada preeklampsia adalah
edema, hipertensi dan proteinuria sehingga bila gejala-gejala ini timbul
tidak dalam urutan diatas, dapat dianggap bukan preeklampsia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009: 542.
B) DEFINISI PRE-EKLAMPSIA RINGAN
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh
darah dan aktivasi endotel.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009: 543.
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau
edema setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.
Penyebabnya belum dapat diketahui dengan jelas dan dianggap sebagai
maladoptation syndrom akibat vasospasme general dengan segala akibat.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010: 175.

C) DEFINISI PRE-EKLAMPSIA BERAT


Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolik 110mmHg disertai proteinuria lebih 5g/24
jam.
Kemenkes RI. Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan.2013:109
2.1.2 ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti walaupun
penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Apapun
penyebabnya, beberapa mekanisme atau zat membawa vasospasme (spasme
pembuluh darah), menghasilkan perubahan fisik dan komplikasi. Etiologinya tidak
sepenuhnya dipahami, tetapi vasospasme menyebabkan hipertensi dan iskemia
organ. Hal ini menyebabkan kerusakan ginjal dan proteinuria. Bersamaan dengan
kerusakan ginjal, ditemukan peningkatan permeabilitas kapiler dan retensi garam,
sehingga menghasilkan cairan ekstravaskuler dalam jumlah besar
Prawirohardjo, Sarwono. 2009: 532.
2.1.3 FAKTOR PREDISPOSISI
- Primigravida
- Hipertensi esensial
- Diabetes mellitus
- Kehamilan Ganda
- Polyhidramnion
- Obesitas
- Mola hidatidosa
- Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
Kemenkes RI. Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan.2013:109
2.1.3 DIAGNOSIS
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
a. Hipertensi: sistolik/diastolik 140/90 mmHg.
b. Proteinuria: 300 mg/24 jam atau 1+ dipstik.
c. Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema
pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009: 543.
Diagosis preeklampsia berat ditegakkan berdasar kriteria sebagai berikut :
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma,
dan pandangan kabur.
Nyeri epigastrium/ nyeri kuadran kanan atas abdomen
Edema paru-paru dan sianosis
Trombositopenia berat: <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin
dan aspartate aminotransferase
Pertumbuhan janin intaruterin yang terhambat

2.1.4 PROGNOSIS
Hipertensi karena kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa
gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan
terdapat proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk
preeklampsia.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 209.
2.1.5 DIAGNOSIS BANDING
Hipertensi kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan
sulit untuk membedakan antara preeclampsia dan hipertensi kronik, dalam
hal demikian, ditangani sebagai hipertensi karena kehamilan.
Proteinuria
Secret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga
terdapat proteinuria
Keteterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi
Infeksi kandung kemih, anemia berta, payah jantung dan partus lama juga
dapat menyebabkan proteinuria
Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan
proteinuria positif palsu
Kejang dan koma
Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsy, malaria selebral,
trauma kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alcohol, obat, racun),
kelainan metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati,
intoksikasi air, hysteria dan lain-lain

2.1.5 TANDA GEJALA


Tiga tanda awal dan penting pada preeklampsia adalah hipertensi, peningkatan
berat badan, dan proteinuria.
1. Hipertensi dapat terjadi secara tiba-tiba atau dapat terjadi secara bertahap dan
membahayakan. Nilai tekanan darah yang abnormal (tekanan sistolik dan
diastolik mengalami peningkatan) dapat mengindikasikan adanya keadaan
preeklampsia.
2. Peningkatan berat badan yang tiba-tiba yang sebagian besar disebabkan oleh
penumpukan cairan dalam jaringan dan menimbulkan edema pada wajahatau
jari yang dapat terlihat jelas pada tahap lanjut. Peningkatan berat badan > 1 kg
dalam satu minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan maka perlu dicurigai
adanya preeklampsia.
3. Terdapat protein dalam urine secara tiba-tiba, tanpa adanya temuan lain dapat
dicurigai sebagai tanda preeklampsia. Hasil pemeriksaan urine acak melalui
sample dipstick > 300 mg/dL atau >1+ dianggap abnormal.
Reeder, Sharon J. 2011: 242.
2.1.6 PATOFISIOLOGI
Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan
menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga dapat menimbulkan hipoksia
pada endotel sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada endotel, kebocoran
arteriole disertai perdarahan mikro pada endotel. Selain itu, adanya vasokonstriksi
arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang
dapat menimbulkan maladaptasi plasenta.
Hipoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan
proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen,
sehingga dapat mengganggu metabolisme di dalam sel peroksidase lemak dan hasil
proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak
jenuh.apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu akan timbul stress
oksidatif, karena peroksidase lemak merupakan radikal bebas.
Peroksidase lemak beredar dalam alirah darah melalui ikatan lipoprotein dan
sampai kesemua sel termasuk sel-sel endotel yang akhirnya dapat rusak dan
mengakibatkan adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan
endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosim, tromboksan dan serotonin
sebagai akibat rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti, terganggunya
keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat
konsumsi oksigen dan peroksidase lemak.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010: 175.
2.1.7 KOMPLIKASI
a. Komplikasi maternal yang dapat terjadi antara lain: Edema paru, Haemoragi
otak, Gagal jantung Kongestif, Aritmia, Infark miokard, KID, HELLP, Sindrom
Distress Pernapasan, Kerusakan Endotelium Intravaskular.
b. Komplikasi janin yang dapat terjadi antara lain: solusio plasenta, retardasi
pertumbuhan intrauterus, hipoksia akut, kematian intrauterus, prematuritas.
Reeder, Sharon J. 2011: 243.
2.1.8 PENATALAKSANAAN
a. Tujuan utama perawatan preeklampsia:
Mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ
vital dan melahirkan bayi sehat.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009: 543.
b. PADA PREEKLAMPSIA RINGAN
Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
1. Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
2. Lebih banyak istirahat.
3. Diet biasa.
4. Tidak perlu diberi obat-obatan.
5. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:
- Diet biasa.
- Pantau tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali sehari.
- Tidak perlu obat-obatan.
- Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut.
- Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:
a) Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
berat.
b) Kontrol 2 kali seminggu.
c) Jika tekanan diastolik naik lagi : rawat lagi.
- Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan : tetap dirawat.
- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan.
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 211.
- Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya, apabila
kehamilannya preterm (<37 minggu), bila tekanan darah mencapai
normotensif, selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009: 544.
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi:
- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500
ml dextrose IV 10 tpm atau dengan prostaglandin.
- Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprospol, atau
kateter Folley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009: 212.
- Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya, apabila
kehamilannya aterm (> 37 minggu), persalinannya ditunggu sampai
terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan indikasi
persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan
secara spontan bila perlu dengan memperpendek kala II.

c. PADA PREEKLAMPSIA BERAT


Penanganan kejang
Beri obat antikonvulsan
Perlengkapan untuk penanganan anti kejang (jalan nafas, sedotan masker,
oksigen)
Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
Aspirasi mulut dan tenggorokan
Baringkan pasien miring pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi
Beri O2 4-6 liter/menit
Penanganan umum
Jika tekanan diastolik>110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan
diastolik diantara 90-100 mmHg
Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 atau lebih)
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
Katerisasi urin untuk pengeluaran volume dan proyeinuria
Jika jumlah urine <30 ml per jam:
- Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam;
- Pantau kemungkinan edema paru
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
Observasi tanda-tanda vital, reflleks, dan denyut jantung janin setiap jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi
merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop pemberian cairan
dan beriak duretik misalnya furosemide 40 g IV
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak
terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.

Magnesium Sulfat untuk Preeklampsia


Alternatif I Dosis awal
- MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
- Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4(40%) 6 g dalam larutan Ringer Laktat /
Ringer Asetat selama 6 jam
- Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO 4(40%) 2 g IV selama 5
menit
Dosis pemeliharaan
- MgSO41 g/jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat yang diberikan sampai
24 jam postpartum

Alternatif II Dosis awal


- MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Dosis pemeliharaan
- Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml lignokain (dalam spuit yang
sama)
- Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4
- Frekuensi pernafasan minimal 16/menit
Sebelum pemberian MgSO4ulangan, lakukan pemeriksaan :
- Reflex patella (+)
- Urin <30 ml/jam
- Frekuensi pernafasan minimal 16/menit
Hentikan pemberian MgSO4jika :
- Reflex patella (-)
- Bradipnea (<16 kali/menit)
Siapkan antidotum :
- Jika terjadi henti napas:
- Bantu dengan ventilator
- Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10 %) secara IV perlahan-lahan
sampai pernafasan mulai lagi.
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini diuraikan tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan fakta
yang terdapat pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada NyT GIP0000 UK 37
Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan PEB dan KPD di ruang dahlia I RSUD Gambiran
Kediri. Pada tahap pengkajian data diperoleh biodata ibu yaitu Ny. T berumur 26 tahun
hamil pertama, HPHT 1 september 2016, ibu mempunyai keluhan perutnya kenceng-kenceng
sejak tanggal 15-5-2017 disertai pengeluaran cairan lalu oleh keluarga disarankan untuk
meminum rumput fatima 3 tegukan gelas agar persalinan nya bisa cepat. Tgl 16-5-2017 jam
06.00 WIB, ibu memeriksaakan diri ke RB.Kasih Ibu dan diberitahukan hasil
pemeriksaannya TD 120/80mmHg, DJJ 149x/mnt, VT 1cm, kedua kaki oedema, terdapat
protein urin, ketuban +. Kemudian di rujuk ke RSUD Gambiran, hasil tekanan darah 150/100
mmHg, VT 1cm, ketuban (Lakmus tes, hasil positif bahwa ketuban -), dipasang infus RL
ditangan kiri, pengambilan darah untuk lab, dan diberikan injeksi diazepam 1 amp IM. Ibu
tidak memiliki riwayat preeklampsi dari keluarga atau penyakit yang lain dari keluarga. Saat
ibu memasuki Kala I fase laten Fase aktif, ibu diberikan MgSo4 40% (10cc).Data
pemeriksaan laboratorium diperoleh hasil Hb 14,7 g/dL, albumin 3,3 g/dL, HbSag -.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian, hal ini telah sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Ahmad Feryanto, Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang
baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat
badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium
dijumpa protein di dalam urine (proteinuria). dalam kasus ini kehamilan pertama ibu menjadi
salah satu faktor predisposisi timbulnya preeklampsia, hal ini sesuai dengan teori di buku
Kemenkes RI. Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, yaitu
Primigravida dan jumlah paritas, umur yang ekstrim (usia <15 tahun dan >35tahun),
Hipertensi esensial, Diabetes mellitus, Kehamilan Ganda, Polyhidramnion, Obesitas, Mola
hidatidosa, Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia. Dalam pengkajian tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada tahap analisis data berdasarkan HPHT 1 september 2016, diperoleh usia
kehamilan 37 minggu, HPL 8 Juni 2017. Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium, maka ditegakkan diagnosis preeklampsi berat dan KPD. Pada tanggal 16-5-
2017, jam 14.00 WIB dilakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG, advice drip oxytosin
dengan tetesan 8-20tpm (dinaikkan setiap 20 menit). Maka diagnosisnya adalah GIP0000 UK
37 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten dengan PEB dan KPD. Dalam penegakan diagnosis
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan. Selain itu,
Penatalaksanaan dalam asuhan ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek di
lahan.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan kelainan kehamilan yang timbul pada kehamilan lebih
dari 20 minggu. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi
preeklampsia ringan dan berat. Secara teoritik tiga tanda awal dan penting yang timbul
pada preeklampsia adalah hipertensi, peningkatan berat badan dan terakhir proteinuria.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.
Faktor Predisposisi dari preeklampsia yaitu, Primigravida dan jumlah paritas, umur
yang ekstrim (usia <15 tahun dan >35tahun), Hipertensi esensial, Diabetes mellitus,
Kehamilan Ganda, Polyhidramnion, Obesitas, Mola hidatidosa, Riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia.
Maka dalam kasus preeklampsia diperlukan penanganan yang cepat dan tepat
untuk mencegah timbulnya komplikasi diantaranya, sindrom HELLP, DIC, dll. Obat
antikejang yang menjadi pilihan utama adalah magnesium sulfat.

5.2. Saran
5.2.1 Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat segera datang ke fasilitas layanan kesehatan, jika memiliki
keluhan dan gejala klinis yang mengarah ke kondisi PEB, sehingga dapat segera
dilakukan penaganan jika ditemukan masalah tersebut
5.2.2 Bagi tenaga kesehatan
Diharapakan bagi tenaga kesehatan untuk dapat memberikan KIE pada setiap ibu
hamil tentang tanda gejala dan komplikasi yang muncul dari PEB
5.2.3 Bagi mahasiswa
Diharapkan mampu memberikan asuhan di lahan praktik sesuai dengan teori yang
telah didapat.
5.2.4 Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan sumber pustaka.
VII. EVALUASI
Teknik evaluasi ditinjau dengan cara pendokumentasian SOAP sebagai berikut :
S : Pengkajian berdasar data subjektif yang didapat dari anamnesis dari
pasien/keluarga pasien.
O : Pengkajian yang didapat dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
A : Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnose dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskaan diagnose akan masalah yang spesifik.
P : Melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komperhensif, efektif, efisien,
dan aman berdasarkan eviden based kepada klien/ pasien, dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
(Kepmenkes, 2010).

2.2.2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)


SUBYEKTIF
1. Identitas (Biodata)
Terjadi pada wanita dengan usia reproduksi yang ekstrim (usia kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun)
Reeder, Sharon J. 2011: 239.
2. Keluhan Utama
Adakah sakit kepala : biasanya dirasakan pada bagian frontal dan oksipital;
buruk saat berdiri.
Adakah gangguan penglihatan misalnya, cahaya silau, skotomata, fotofobia.
Adakah nyeri epigastrik yang kemungkinan disebabkan oleh edema hati dan
peregangan kapsula.
Adakah edema pada wajah (edema umum tidak dinilai sebagi tanda gejala).
Apakah terjadi mual, muntah, dan perasaan tidak sehat secara umum.
Apakah ibu mengalami iritabilitas, cemas, atau terkadang mengantuk.
Medforth, Janet, et al. 2012: 309.
Pergerakan anak kadang dirasakan / berkurang / tidak ada.
Lisnawati, Lilis. 2011: 14.

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu


Faktor risiko terjadi pada kehamilan pertama kali (primigravida), riwayat
mengalami preeklampsia sebelumnya.
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010: 174.
Dapat terlihat pada multigravida yang mengalami keadaan seperti distensi
uterus yang berlebihan karena janin kembar atau hidramnion.
Reeder, Sharon J. 2011: 239.
Peningkatan tekanan darah antepartum pada kehamilan sebelumnya,
pengobata antihipertensi pada kehamilan sebelumnya, pengobatan
antihipertensi pada kehamilan sebelumnya dan komplikasi antepartum
terkait dengan preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Lisnawati, Lilis. 2011: 14.
Cara dan hasil akhir pada persalinan sebelumnya.
Lisnawati, Lilis. 2011: 14.
4. Riwayat Menstruasi
- Menarche : umumnya sekitar 12-16 tahun.
- Siklus : biasanya sekitar 23-32 hari.
- Volume : berapa kali ganti pembalut.
- Keluhan : mengalami beberapa gejala saat menstruasi seperti nyeri
menstruasi, pening sampai pingsan, jumlah darah yang banyak.
Sulistyawati, Ari. 2009: 112.
- HPHT dan Taksiran Persalinan
Lisnawati, Lilis. 2011: 13.
5. Riwayat Penyakit Keturunan
Adakah riwayat penyakit seperti penyakit pembuluh darah, termasuk
hipertensi kronis esensial dan diabetes melitus, penyakit ginjal kronis.
Reeder, Sharon J. 2011: 239.
OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Ibu dalam keadaan baik apabila ibu memperlihatkan respon yang baik bagi
lingkungan sekitar dan orang lain, serta dalam keadaan lemah bila tidak
memperlihatkan respon yang baik pada lingkungan sekitar dan orang lain.
Sulistyawati, Ari. 2009: 121.
b. Kesadaran
Ibu dalam keadaan sadar (composmentis) atau coma
Sulistyawati, Ari. 2009: 122.
c. Tanda tanda Vital
- Nilai tekanan darah yang abnormal (tekanan sistolik dan diastolik
mengalami peningkatan) dapat mengindikasikan adanya keadaan
preeklampsia.
Reeder, Sharon J. 2011: 242.
- Hipertensi: sistolik/diastolik 140/90 mmHg.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009: 543.
d. Berat Badan Sekarang
Peningkatan berat badan > 1 kg dalam satu minggu atau sebanyak 3 kg
dalam 1 bulan maka perlu dicurigai adanya preeklampsia.
Reeder, Sharon J. 2011: 242.
2. Pemeriksaan Khusus
1) Kepala: Sakit kepala biasanya dirasakan pada bagian frontal dan oksipital;
buruk saat berdiri.
2) Mata: gangguan penglihatan misalnya, cahaya silau, skotomata, fotofobia.
3) Wajah: Adakah edema pada wajah (edema umum tidak dinilai sebagi tanda
gejala).
4) Abdomen: nyeri epigastrik yang kemungkinan disebabkan oleh edema hati
dan peregangan kapsula, terjadi mual, muntah, dan perasaan tidak sehat
secara umum, nyeri tekan pada fundus mengindikasikan abrupsio, nyeri
tekan hepatik mengindikasikan perburukan kondisi, kehilangan darah
melalui pervaginam, dan kontraksi uteri mengindikasikan persalinan.
Medforth, Janet, et al. 2012: 309.

5) Ekstremitas
Edema tekan pada tungkai (pretibia) atau tangan.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010: 175.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Proteinuria > 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif +2.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010: 175.
b. Haemoglobin (Hb): jumlah Hb yang rendah mengindikasikan anemia.
c. Sel darah putih: jumlah yang tinggi mengindikasikan stimulasi sistem imun
dan dapat menunjukkan adanya infeksi.
d. Trombosit, trombin, protombin: mengindikasikan waktu pembekuan
plasma.
e. FDP (Fibrinogen Degradation Product): mendeteksi pemecahan fibrin dan
dapat menunjukkan trombisis.
f. Urea dan elektrolit: mengindikasikan fungsi ginjal karena product sisa
metabolisme di ekskresi melalui ginjal.
g. Kreatinin: meningkat ketika filtrasi darah oleh glomerolus di ginjal
terganggu.
Medforth, Janet, et al. 2012: 309.

ANALISIS
G.....P......A...... UK............. dengan PER/B inpartu Kala..........
Janin.........

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu mengetahui kondisi
dirinya dan janin
2. Memantau tekanan darah setiap 15 menit, sudah dilakukan
3. Memantau denyut jantung janin secara kontinyu, kontraksi, penurunan, dan
lingkaran bandl, kemajuan persalinan dapat diketahui
4. Memberikan obat antikejang seperti pemberian MgSO4, sudah diberikan
secara IM
5. Menganjurkan ibu untuk mengubah posisinya secara mandiri dengan sering
miring ke kiri, ibu melakukannya
6. Memfasilitasi pemenuhan nutrisi, ibu makan dan minum yang telah disediakan
di RS/Keluarga
7. Memberikan terapi sesuai dengan advice dokter/kolaborasi dengan dokter
obgyn, sudah dilakukan
8. Memberikan asuhan sayang ibu yaitu dengan mengajarkan teknik relaksasi
untuk mengurangi nyeri persalinan, ibu dapat melakukan sesuai yang
dianjurkan bidan
9. Menganjurkan ibu untuk mengubah posisi apabila merasa lelah, ibu miring
kanan-kiri
10. Melakukan penggosokan pinggang saat ibu ada kontraksi, sudah dilakukan.
11. Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan untuk memberikan support
mental pada ibu

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini diuraikan tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dan fakta
yang terdapat pada pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada NyE G IIIP2002 UK 33
Minggu dengan APB di ruang dahlia I RSUD Gambiran Kediri. Pada tahap pengkajian data
diperoleh biodata ibu yaitu Ny. E berumur 36 tahun hamil ketiga, HPHT 30 september
2016, ibu mempunyai keluhan perutnya kaku dan nyeri serta mengeluarkan darah segar 2
pampers penuh dan darah matang sebesar ukuran 4 jari tangan dewasa dari jalan lahir pada
tanggal 20-5-2017 jam 21.00 WIB. Kemarin ibu baru saja KRS dari RS.Aura Syifa.
Kemudian dirujuk oleh bidan ke RSUD Gambiran, saat tiba ibu dilakukan pemasangan infus,
pengambilan darah untuk lab, pemeriksaan DJJ, dan kolaborasi dengan dokter SP.OG. advice
yang diberikan oleh dokter yaitu Drip Nairet 1 ampl dalam RL, Injeksi dexametason 1500
mg. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10.0 gr/dL. Berdasarkan data yang
diperoleh dari pengkajian, hal ini telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ahmad
Feryanto, Ante Partum Bleeding (APB) atau Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat
janin lebih dari 1000 gram dalam kasus ini kehamilan ketiga dan umur ibu menjadi salah
satu faktor predisposisi timbulnya antepartum bleeding, hal ini sesuai dengan teori di buku
Manuaba, yaitu kehamilan ibu usia lanjut, multiparitas, riwayat SC sebelumnya, Umur
penderita, paritas, endometrium yang cacat (riwayat SC, perubahan endometrium karena
polip atau mioma, bekas kuretase atau plasenta manual). Dalam pengkajian tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada tahap analisis data berdasarkan HPHT 30 september 2016, diperoleh usia
kehamilan 33 minggu, HPL 6 Juli 2017. Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium, maka ditegakkan diagnosis antepartum bleeding. Penegakan diagnosis ini
belum menggunakan pemeriksaan USG. Maka diagnosisnya adalah G IIIP2002 UK 33 Minggu
dengan APB. Dalam penegakan diagnosis tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek di lapangan. Selain itu, Penatalaksanaan dalam asuhan ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.

BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Perdarahan antepartum merupakan suatu kejadian pathologis berupa perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan 28 minggu atau lebih. Perdarahan yang terjadi dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan
(plasenta previa, solusio plasenta, pecahnya sinus marginalis, dan perdarahan vasa
previa) dan perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan (pecahnya
varises, perlukaan serviks, keganasan serviks, dll). Faktor Predisposisi dari APB yaitu,
kehamilan ibu usia lanjut, multiparitas, riwayat SC sebelumnya, Umur penderita, paritas,
endometrium yang cacat (riwayat SC, perubahan endometrium karena polip atau mioma,
bekas kuretase atau plasenta manual). Maka dalam kasus APB diperlukan penanganan
yang cepat dan tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut.

5.2. Saran
5.2.1 Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat segera datang ke fasilitas layanan kesehatan, jika memiliki
keluhan dan gejala klinis yang mengarah ke kondisi APB, sehingga dapat segera
dilakukan penaganan jika ditemukan masalah tersebut
5.2.2 Bagi tenaga kesehatan
Diharapakan bagi tenaga kesehatan untuk dapat memberikan KIE pada setiap ibu
hamil tentang tanda gejala dan komplikasi yang muncul dari APB
5.2.3 Bagi mahasiswa
Diharapkan mampu memberikan asuhan di lahan praktik sesuai dengan teori yang
telah didapat.
5.2.4 Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan sumber pustaka.

VII. EVALUASI
Teknik evaluasi ditinjau dengan cara pendokumentasian SOAP sebagai berikut :
S : Pengkajian berdasar data subjektif yang didapat dari anamnesis dari
pasien/keluarga pasien.
O : Pengkajian yang didapat dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
A : Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnose dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskaan diagnose akan masalah yang spesifik.
P : Melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komperhensif, efektif, efisien,
dan aman berdasarkan eviden based kepada klien/ pasien, dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
(Kepmenkes, 2010).

2.2.2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)


SUBYEKTIF
1. Identitas Umum
a. Umur Ibu:
- Plasenta Previa paling banyak terjadi pada wanita hamil usia lebih dari
35 tahun.
(Helen Varney. 2007)
- Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas
tinggi dan pada usia dia atas 30 tahun.
(Saifudin Abdul Bari, 2009)
b. Usia Kehamilan:
- Perdarahan pertama terjadi pada kehamilan <30 minggu tetapi lebih
separuh kejadiannya pada umur 34 minggu.
(Saifudin Abdul Bari, 2009)
- Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk. Umumnya terjadi
pada trimester ke tiga.
(Icesmi Sukarni, Margaerth ZH, 2013)
- Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu
(Ida Ayu Candranita Manuaba, 2012)
2. Keluhan Utama
Saat terjadinya perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk
terjadinya perdarahan, frekuensi serta banyaknya perdarahan.
(Wiknjosastro, 2007)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus
seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta
mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
Kemungkinan pernah mengalami abortus
Plasenta Previa sebelumnya
Lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada tunggal
(Saifudin Abdul Bari, 2009)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
Perdarahan tanpa rasa nyeri
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan
20 minggu.
c. Riwakat kesehatan keluarga
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia
dan penyakit menular.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Multigravida
Kemungkinan abortus
Kemungkinan pernah melakukan curettage
e. Perilaku Kesehatan
Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2x
lipat
(Saifudin Abdul Bari, 2009)
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
- Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
- Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma
- Pada pemeriksaan dapat dijumpai (tekanan darah, nadi, dan pernapasan
normal; tekanan darah turun, nadi, perapasan meningkat; daerah ujung
menjadi dingin; tampak anemis)
(Ida Ayu Candranita Manuaba, 2012)
- Kaji tanda tanda syok jika ada perdarahan
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan Frekuensi nadi
- Kulit berkeringat dingin
- Muka pucat
(Asuhan Keperawatan Ibu Bayi. IKAPI.2006)
2. Pemeriksaan Luar
a. Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam; banyak atau sedikit,
darah beku, dsb. Jika ibu telah mengeluarkan banyak darah, maka nampak
anemis.
(Yulia Fauziyah, 2012)
- Adanya perdarahan pervaginam berwarna merah segar
(Icesmi Sukarni, Margaerth ZH, 2013)
b. Palpasi :
- Bagian terendah janin biasanya belum masuk PAP, ada kelainan letak
janin. Kepala janin masih bisa digoyangkan (floating).
(Yulia Fauziyah, 2012)
- Janin belum cukup bulam TFU sesuai usia kehamilan, karena plasenta
berada di segmen bawah rahim maka dapat dijumpai kelainan letak janin.
(Ida Ayu Candranita Manuaba, 2012)
c. Auskultasi
- DJJ bervariasi, mulai dari normal sampai hipoksia dan kematian dalam
rahim.
(Ida Ayu Candranita Manuaba, 2012)

d. Pemerikasaan Penunjang :
- USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
- Pemeriksaan darah : Golongan Darah, Hemoglobin, Hematokrit.
(Ida Ayu Candranita Manuaba, 2012)
- CT Scan
- Pemeriksaan inspekulo
- Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat melalui: Radiografi,
Radio sotop, USG.
(Icesmi Sukarni, Margareth ZH, 2013)
3. Pemeriksaan Dalam
Dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk untuk segera mengambil tindakan.
Tujuan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis pasti, mempersiapkan
tindakan operasi persalinan atau hanya memecahkan ketuban. Hasil pemeriksaan
dalam teraba plasenta.
(Ida Ayu Candranita Manuaba, 2012)

ANALISIS
G.....P......A...... UK............. dengan..........
Janin.........

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu mengetahui kondisi
dirinya dan janin
2. Melakukan skintest antibiotik, obat masuk dan tidak ada tanda alergi
3. Menganjurkan pada ibu untuk bedrest, ibu bersedia
4. Memfasilitasi pemenuhan nutrisi, ibu makan dan minum dengan menu yang
disediakan di RS/oleh keluarga
5. Memantau TTV dan Mengevaluasi jumlah pengeluaran darah, sudah
dilakukan
6. Melakukan pemeriksaan DJJ secara kontinyu, sudah dilakukan
7. Menghadirkan orang terdekat ibu untuk memberikan support mental, ibu
didampingi suami/keluarga lain
8. Membantu ibu BAK/BAB di pispot, sudah dilakukan
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat, sudah dilakukan
10. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk memberikan terapi / pemeriksaan
lanjutan sesuai advice, sudah dilakukan
2.2.3 Bagan Alur Berpikir Manajemen Asuhan Kebidanan 7 langkah Varney dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

7 Langkah (Varney) 5 Langkah Dokumentasi SOAP


(KompetensiBidan)

Pengkajian Data Pengkajian Data Subjektif (Hasil


Anamnesis)

Objektif
(Pemeriksaan)

Interpretasi data dasar Assessment /


Analisis/ Diagnosis Diagnosis
Mengidentifikasi
diagnosis
ataumasalahpotensial

Mengidentifikasidan
menetapkan
kebutuhan yang
memerlukan
penanganansegera

Perencanaan Perencanaan Plan :


(Intervensi) Konsul
a. Uji diagnostic/
Pelaksanaan Pelaksanaan Lab
(Implementasi) b. Rujukan
c. Pendidikan/Kons
eling
Evaluasi Evaluasi Follow up

Anda mungkin juga menyukai