Anda di halaman 1dari 8

aguste dhewe

klo pengalaman tlah bicara,itulah cikal bakal kehidupan terbaik

Kamis, 15 Oktober 2009

geomorfologi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu Negara yang berbentuk kepulauan Indonesia memanjang yang berbentuk
linear dari sabang di ujung barat hingga merauke di ujung timur. Jumlah pulau di Indonesia sekitar
17.000 pulau dengan lima pulau besar, yaitu jawa, Sumatra, Kalimantan, sulawesi, dan Irian sedangkan
lainya merupakan pulau- pulau kecil seperti pulau bali, madura, dll. Bentuk kepulauan Indonesia tidak
lepas dari sejarah pembentukanya baik proses endogen maupun eksogen. Kerangka geologi dan tektonik
Indonesia didominasi oleh interaksi antara empat lempeng lifosfer utama yaitu lempeng Eurasia,
philipina, pasifik, dan indoustralia yang bergerak satu dengan yang lainya ( silver dan Hamitor 1979
dalam sumandjuntak, 2004 : 20 )

Keempat lempeng dunia yang berada di Indonesia memberikan bentuk morfologi Indonesia yang selalu
berubah dari waktu ke waktu pembentukan morfologi Indonesia sebagian besar di karenakan pertemuan
dua lempeng antara keempat lempeng tersebut baik lempeng benua maupun lempeng samudra. Di
bagian barat Indonesia letak samudra Hindia menerobos di bawah busur kepulauan bagian barat berarah
miring di bawah Sumatra dan relative bergerak tegak lurus terhadap busur di bagian selatan pulau jawa.
Sedangkan di bagian timur mopfologinya di bentuk oleh pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng
Indoaustralia pasipik dan philipina. Sedangkan fisiografi bagian besar wilayah Indonesia di dominasi oleh
perbukitan dan pegunungan. Hal ini Indonesia di lewati jalur pegunungan api dinia yaitu jalur
pegunungan mediterania masuk ke Indonesia melalui Sumatra, jawa, bali, kepulauan Nusa Tenggara dan
melingkar ke laut Banda, sedangkan jalur pegunungan pasifik masuk ke Indonesia melalui Sangihe-
Talaud, minahasa, halmahera terus ke laut banda ( Sutarji 2006 : 4 ) Keberadaan jalur pegunungan dunia
tersebut, Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan gempa bumi yang di akibatkan
aktifitas tersebut.

Pulau sulawesi merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang bentuknya meramping. Pulau ini
letaknya di Indonesia bagian timur yang di lewati oleh jalur pegunungan pasifik yang bersifat vulkan dan
terbentuk oleh adanya pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Eurasia Indoustralia dan Pasifika. Secara
oleh karena itu wilayahnya rawan oleh bencana alam baik gunung meletus dan juga gempa bumi.
B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas dapat di rumuskan permasalahan yang akan di bahas dalam
makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah fisiografi pulau sulawesi secara umum ?

2. Bagaimanakah morfostruksur pulau sulawesi ?

3. Bagaimanakah kerangka teknonik pulau sulawesi ?

C. Tujuan

Dari penulisan makalah ini, tujuan yang akan di capai adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui secara detail tentang murfostruktur dan sisiografi pulau sulawesi

2. dapat menambah wawasan tentang kerangka tektonik pulau sulawesi.

BAB II

PEMBAHASAN

Pulau sulawesi merupakan salah satu besar di Indonesia daratanya di kelilingi oleh laut- laut dalam
sebagai pembatas, yaitu laut maliku di sebelah timur, selat makasar di sebelah barat, laut banda di
sebelah selatan dan basin sulawesi di sebelah utara fisiografi dan tekronik pulau sulawesi berbeda pulau-
pulau besar lainya di Indonesia.

A. Fisiografi

Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena merupakan
perpaduan antara dua rangkaian orogen ( Busur kepulauan Asia timur dan system pegunungan
sunda ).Sehingga, hamper seluruhnya terdiri dari pegunungan, sehingga merupakan daerah paling
berpegunungan di antara pulau- pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006 :100) Secara rinci fisiografi
sulawesi adalah sebagai berikut :

1. Lengan Utara Sulawesi

Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek geologinya. Ketiga bagian
tersebut adalah :
a. Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat daya
yang bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan
soputan.

b. Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah,
namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35 110 km, tapi bagian baratnya
menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi
oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di
pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto :

c. Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan
terdapat depresi ( lanjutan zone limboto di gorontalo ) yang sebagian besar di tutup oleh vulkan vulkan
muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk tomini yang lebarnya 100
km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea
rah barat ( ( kurang dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat pegunungan di
bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan togian ( Sutardji ; 2006 : 101 )

2. Lengan Timur

Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga bagian. Tiga
bagian tersebut adalah

a. Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah
genting antara teluk poh dan teluk besama

b. Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya
timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bunku.

c. Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk
Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km
( Sutardji, 2006 : 101 )

3. Lengan Tenggara

Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah gentingantara teluk
Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya terdapat dua
graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada ntara teluk Palopo ( Ujung utara
teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.

b. Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sediment peridorit di sebelah
timur yang di batasi oleh Pegunuingan Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut
terdapat basin yang dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan
membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai kepulauan Manui.

c. Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur yang membentang
antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa
pegunungan dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.

4. Lengan Selatan

Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit dari muara sungai
Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis timurlaut-barat daya dari palopo sampai teluk
Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles
yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lemngan selatan ( Sutardji, 2006 : 103 ).
Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di antara Majene yang
membujur utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh
lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang
membujur dari utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan
lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau seperti
Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagu\ian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di
bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang
dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan
pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh
vulkan besar Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde dengan
rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut
dangkal dan sebelah baratnya menurun sampai palung Bone

5. Sulawesi Tengah

Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh garis yang
melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan timur, garis dari Mojene_palopor
Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi
terbagi dalam tiga zona yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan
(Sutardji, 2006:104). Ketiga zona tersebut adalah :

a) Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan
Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.

b) Zona Poso, emrupakan palung antara yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan
metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan
metamotif.

c) Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen yang
terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji, 2006:104).
Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan afiolit yang
terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan
berumur Palezoikum-Mesozoikum (Smith and Silver, 1991 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan
pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan
gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur
daratan sunda (Katili 1978 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Pada bagian tengah pulau Sulawesi
didominasi batuan yang berasal dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di
dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di lengan
selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir
termetakan, batuan sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi
Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan
Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng Eurasia.

B. Tektonik Sulawesi

Pulau Sulawesi terletak di tepi bagian timur daratan Sunda (Sundaland) yang merupakan inti benua yang
mantap dari lempeng Eurasia bagian tenggara (Hutchsin, 1989 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Pulau ini
terbentuk disepanjang lajur tumbukan antara lempeng Eurasia di barat, lempeng pasifik di timur dan
kepingan benua mini yang berasal dari lempang Indo-Australia (Hamlthon, 1979 dalam Simandjuntak,
2004:26). Sulawesi adalah Salah satu mosaic kepingan benua dalam proses amalgamasi dan akrasi di
pinggir timur benua Asia, keempat lengan utara Sulawesi membentuk mandala megatektonik yang
berbeda. Lengan utara terdiri atas batuan gunung api berumur Palaeogen atas sampai Neogen yang
dihasilkan penunjaman lempeng laut Maluku yang miring kea rah barat.

Pada masa Neogeri di Indonesia terdiri orogenesa di seluruh kawasan Indonesia yang menghasilkan
tujuh jalur oragenesa yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jalur oragenesa yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Jalur oragenesa pada umumnya membentuk rangkaian pegunungan
lipatan dan sesar dengan puncak-puncak berketinggian antara 3000 m hingga 6000 m lebih berbagai
pulau besar di Indonesia jalur-jalur oragenesa tersebut dibentuk oleh berbagai jenis kegiatan tektonik
yang berbeda berbagai kawasan di Indonesia. Jalur-jalur orogesesa tersebut adalah orogenesa barisan di
Sumatra, Orogenesa Sunda di Jawa dan Nusa Tenggara, Orogenesa Talaud dikawasan utara laut Maluku,
Orogenesa Sulawesi di Sulawesi dan sekitarnya, Orogenesa banda di laut banda, Orogenesa Malenesia di
Irian dan Orogenesa Dayak di Kalimantan.

Secara umum, perkembangan tektonik kawasan timur Indonesia dicirikan oleh kegiatan tektonik model
beraraian-apungan benua. Mojel tektonik ini didasarkan pada terdapatnya mintakat-nmintakat alokton
tua (Paleozoikum) berupa benua-benua mikro seperti banggal_sula, Mekongga, Tukangbesi_Buton dll.
(Smandjuntak, 2004:154). Oleh Karen dalam pembentukan daratan di kawasan timur merupakan
pertemuan kepingan lempeng Indo Anutralia dan lempeng dunia lainnya seperti pasifik, Philipina
maupun Eurasia. Dalam hal ini Orogenesa do Sulawesi terjadi akibat karena adanya aktivitas kepingan
lempeng Indo-Australia (Banggai-Sula) yang merupakan inti benua mikro dengan lempeng Eurasia dan
lempeng Pasifik.

Orogenesa Sulawesi yang terjadi pada kala Neogen didirikan oelh tumbuhan khas tetis antara benua
mikro dan busur kepulauan dan atau ekrasi lajur tunjaman tua di pinggir timur tenggara daratan sunda.
Pada tumbukan tersebut diikuti pergerakan transpresional mengirisesar palu_karo dan Kegiatan intrusi
Plutonik Neogen yang mengakibatkan jalur Ofiolit Sulawesi Timur (JOST) bersama sediment Pelagos
tersesarkan, terimbrikasi, terangkat dan membentuk rangkaian pegunungan di timur Sulawesi dengan
puncak-puncak bertinggian 3000 mdpl (Simandjuntak, 2004:18). Selain itu, mengakibatkan juga jalur
malihan Sulawesi barat, terimbrikasi terangkat dan membnetuk rangkaian pengunungan dengan puncak-
pyuncak bertinggian hamper 3000 mdpl dan menyebabkan terjadinya jalur sesar dan lipatan segmen
(tektonik kulit tipis) di muka benua dan yang membentuk jalur lipatan Majene yang berlanjut ke barat
dan teraktifkan kembali hingga sekarang dan melibatkan sediment kuarter di selat Makasar (Bergmen,
1996 dalam Simandjuntak, 2004 :167).

Di bagian tengah Sulawesi, Orogenesa ini diperkuat oleh tersesarkannya batuan Malihan bertekanan
tinggi dari lajur tyunjaman tua ke atas busur magmatik dan teraktifkan kembali sasar. Pulau-karo dengan
pergerakan mendatar transpresional mengiri dalam bentuk struktur bunga positif dan mengala eratkan.
Bentukan lahan yang termasuk sediment pinggiran benua di jalur magmatik Sulawesi barat dan jalur
malihan Sulawesi Tengah terlipat, tersesarkan, terimbrikasikan dan terduplikasikan, kemudian
bersamaan dengan kegiatan intrusi plutonik rerangkat dan puncak-puncak bertinggian lebih di bagian
barat Sulawesi (Simandjutak, 2004:169).

Di bagian lengan timur Sulawesi pada akhir Orogenesa yang bersamaan majunya lajur sesar
mengakibatkan batuan afiolit tersesarkan ke atas batuan sediment peralihan Neogen yang hanya sisa
tanaman dan lensa-lensa lignit yang terendapkan di cekungan mengakibatkan naiknya suhu dan tekanan
yang memfasilitaskan pembentukan hidrokarbon yang kemudian terperangkap dalam terumbu gamping
Neogen, seperti yang terdapat di blok Matinduk, bagian timur Sulawesi Tengah

BAB III

PENUTUP

Dari uraian makalah tersebut, dapat di sempitkan dalam suatru kesimpulan. Kesimpulan dari makalha ini
adalah :

1. Fisiografi Pulau Sulawesi terbagi atas lima macam, yaitu :

- Lengan utara yang di dominasi pegunungan yang aktif dan sebagian lagi telah padam

- Lengan timur berupa semenanjung yang berisi pegunungan dibatasi oleh suatu Depresi
- Lengan selatan berupa pegunungan Quarless

- Sulawesi tengah berupa tempat pertemuan keempat lengan tersebut.

2. Geologi Sulawesi sangat kompleks karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen yaitu
busur kepulauan asia timur dan system pegunungan sunda. Sedangkan batuannya di dominasi oleh hasil
aktifitas Vulkani seperti malihan, granit, dampai batuan metamorf.

3. Tektonik Sulawesi dikarenakan pertemuan tiga lempengyaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan
pasifik yang mengakibatkan terjadinya orogenesa pada masa Neogeh yang berakibat adanya jalur-jalur
Sesar di Sulawesi yang pada akhirnnya memberikan karakteristik fisiografi Sulawesi

DAFTAR PUSTAKA

Redaksi Ensikplesia. 1990.Ensiklopedia Indonesia Sei Geografi. Jakarta : PT. Ichtiar Bara Van Hoeve

Simandjutak. TO. 2004. Tektonik. Bandung : Pusat Penelitian dn Pengembangan Geologi.

Sutardji. 2006. Diktat Kuliah. Geologi Indonesia. Semarang. Tidak diterbitkan.

aguste dhewe di 20.41

2 komentar:

pariadi@25 September 2011 19.35

tahnks artikelnya mas... izin baca2 jg y

Balas

cindra djumadi25 September 2013 22.50

i like

Balas

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

aguste dhewe

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai