2802 6148 2 PB PDF
2802 6148 2 PB PDF
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
The usage of sintesis larvacide harmed the society, such as contamination of
enviroment, and resistense. Some alternatives to reduce the negative impact
were use vegatation larvacide from flora such as lemongrass. The purpose of this
research was to investigate the differences on the number of Aedes aegypti larvae
mortality after giving abate compared with giving lemongrass powder. The study
was experiment research in 2011, used post test only with control group design
plan research. The population were all of Aedes aegypti larvae instars III and IV
in B2P2VRP Salatiga. Sample were 400 larvaes. The data analysis used univariate
and bivariate (used independent t-test with = 0,05). The conclusion is that there
is a significant difference in the number of Aedes aegypti larvae mortality after
giving abate compared with giving lemongrass powder, can be seen from the test
results of independent t-test, where the p value = 0,002 (p < 0,05).
92
Arif Dwi Nugroho / KEMAS 7 (1) (2011) 91-96
93
Arif Dwi Nugroho / KEMAS 7 (1) (2011) 91-96
Waktu
Jenis Larvasida Ulangan
15 30 45 60 24 jam
1 0 4 15 24 25
2 0 4 14 23 25
3 0 5 13 25 25
Abate 4 1 4 15 24 25
(10mg/100mL) 5 0 5 12 25 25
6 1 5 14 23 25
7 0 7 19 24 25
8 0 6 17 24 25
Jumlah 200
Presentase 100%
dari hasil tersebut kemudian dibandingkan ma 24 jam pada penelitian lanjutan didapatkan
dengan abate. rata-rata kematian larva Aedes setelah pem-
Uji Lanjutan berian abate dengan dosis 10mg/100mL yaitu
Penelitian lanjutan dengan memban- 100%, sedangkan rata-rata kematian larva pada
dingkan antara abate dengan serbuk serai, se- serbuk serai dengan dosis 730mg/100mL se-
hingga bisa dilihat perbedaan jumlah kematian- lama 24 jam yaitu 82%.
nya. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini Rata-rata populasi kematian larva Ae-
adalah 10mg/100mL untuk abate berdasarkan des setelah diberi abate sebesar 25,00 dengan
pada dosis efektif abate yaitu 10 gram (1 sen- simpangan baku 0,000 sedangkan rata-rata
dok makan) untuk tiap 100 liter air. Serbuk se- populasi kematian larva Aedes setelah pembe-
rai dengan dosis 730mg/100mL berdasarkan rian serbuk serai sebesar 20,50 dengan simpang
LC90 dari serbuk serai. Pada tabel 2 dan tabel 3 baku 2,673. Dan terdapat perbedaan jumlah
adalah tabel jumlah kematian larva setelah per- kematian larva Aedes setelah pemberian abate
lakuan 24 jam: dibandingkan dengan serbuk serai dimana nilai
Hasil pengamatan yang dilakukan sela- p = 0,002 (p< 0,05), dengan nilai interval keper-
94
Arif Dwi Nugroho / KEMAS 7 (1) (2011) 91-96
Tabel 3. Pengamatan Kematian Larva Aedes aegypti setelah pemberian serbuk serai
Waktu
Jenis Larvasida Ulangan
15 30 45 60 24 jam
1 0 0 2 4 22
2 0 0 1 3 17
Serbuk serai 3 0 2 3 5 21
730mg/100mL 4 0 1 5 6 23
5 1 1 3 5 22
6 0 0 1 4 20
7 0 1 2 2 16
8 0 1 1 3 23
Jumlah 164
Presentase 82%
cayaan (IK 95%) antara 2,266 sampai 6,734 dan kan maka otot akan tetap berkontraksi dalam
perbedaan rata-ratanya sebesar 4,500. waktu lama sehingga akan terjadi kekejangan
Berdasarkan pengamatan pada peneli- atau konvulsi. Dengan menggunakan abate
tian lanjutan yang dilakukan di laboratorium yang merupakan salah satu dari golongan pes-
selama 24 jam terhadap kematian larva Ae- tisida organophosphat maka enzim choline-
des aegypti, hasil pengamatan menunjukkan terase akan diikat atau dihancurkan sehingga
bahwa rata-rata kematian larva setelah pem- terjadi kekejangan otot secara terus menerus,
berian abate adalah 25 (100%). Abate (teme- dan serangga akhirnya akan mati. Jadi seperti
phos) merupakan salah satu pestisida golongan halnya senyawa organophosphat lainnya abate
senyawa phosphat organik. Golongan pestisida juga bersifat anti cholineterase.
ini mempunyai cara kerja menghambat enzim Rata-rata kematian larva setelah pem-
cholineterase, sehingga menimbulkan gang- berian serbuk serai adalah 20,50 (82%). Efek
guan pada aktivitas syaraf karena tertimbun- larvasida dari serbuk serai diduga dari kan-
nya acetylcholine pada ujung syaraf. Fungsi dungan sitronela yang terdapat pada batang
dari enzim cholineterase adalah menghidrolisa dan daun serai. Sitronela mempunyai sifat ra-
acetycholine menjadi cholin dan asam cuka, cun (desiscant), menurut cara kerjanya racun
sehingga bila enzim tersebut dihambat maka ini seperti racun kontak yang dapat memberi-
hidrolisa acetycholine tidak terjadi sehingga kan kematian, karena kehilangan cairan secara
otot akan tetap berkontraksi dalam waktu lama terus-menerus sehingga tubuh kekurangan
maka akan terjadi kekejangan (Perumalsam, cairan. Mekanisme kerja sitronela yaitu meng-
2009; Ndione, 2007). hambat enzim asetilkolinesterase dengan me-
Pada ujung saraf dari sistem saraf lakukan fosforilasi asam amino serin pada
serangga akan dihasilkan acetycholine apa- pusat asteratik enzim bersangkutan. Gejala
bila saraf tersebut mendapatkan stimulasi atau keracunannya, karena adanya penimbunan
rangsangan. Acetycholine ini berfungsi sebagai asetilkolin yang menyebabkan terjadinya kera-
mediator atau perantara, antara saraf dan otot cunan khusus yang ditandai dengan gangguan
daging sehingga memungkinkan impuls listrik sistem saraf pusat, kejang, kelumpuhan perna-
yang merangsang otot daging untuk berkon- fasan, dan kematian.
traksi. Setelah periode kontraksi selesai, maka Berdasarkan penelitan, dapat disimpul-
acetycholine akan dihancurkan oleh enzim kan adanya perbedaan yang signifikan antara
acetycholineterase menjadi choline, laktat dan jumlah kematian larva Aedes yang disebabkan
air. Bila acetycholine tidak segera dihancur- karena abate dibandingkan serbuk serai, hal
95
Arif Dwi Nugroho / KEMAS 7 (1) (2011) 91-96
ini dapat dilihat dari uji independent t-test di- Obat dan Obat Tradisional, 2) Kepala Bidang
mana nilai p = 0,002 (p<0,05). Abate juga dapat Pelayanan Penelitian Balai Besar Penelitian dan
lebih cepat dalam membunuh larva. Namun, Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit,
apabila dilihat dari rata-rata jumlah kematian 3) Teknisi Lapangan Balai Besar Penelitian dan
larva, serai dapat dijadikan sebagai salah satu Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
alternatif untuk menggantikan abate, dimana yang telah membantu melaksanakan penelitian
rata-rata jumlah kematian larva Aedes setelah ini.
pemberian serbuk serai yaitu sebesar 82%, akan
tetapi pemberian serbuk serai dapat merubah Daftar Pustaka
warna dari air dan aromanya pun berubah, hal
ini tidak sesuai dengan kriteria salah satu dari Eisen, Lars. 2009. Proactive Vector Control Strategies
kriteria larvasida, yaitu tidak menyebabkan and Improved Monitoring and Evaluation
perubahan rasa, warna, dan bau pada air yang Practices for Dengue Prevention. Journal of
mendapat perlakuan. Sulitnya serbuk serai yang Medical Entomology, 46(6): 1245-1255. 2009
Elena Astrid Yunita., Nanik Heru Suprapti., Jafron
larut dalam air dan sitronela yang terkandung
Wasiq Hidayat. 2009. Pengaruh Ekstrak
dalam serai hanya sedikit larut dalam air di- daun Teklan (eupatorium riparium) terhadap
duga mempengaruhi jumlah kematian larva Mortalitas dan Perkembangan Larva Aedes
Aedes aegypti. Dari hal ini dapat dilihat bahwa aegypti, 11(1): 11-17
abate sebagai larvasida sintetis tetap mempu- Felix. 2008. Ketika Larva dan Nyamuk Dewasa Sudah
nyai efektifitas yang lebih baik dibandingkan Kebal Terhadap Insektisida. FARMACIA,
dengan larvasida alami yaitu serbuk serai. 7(7)
Ndione RD, Faye O, Ndiaye M, Dieye A., and Afoutou
Penutup JM. 2007. Toxic effects of neem products
(Azadirachta indica A. Juss) on Aedes aegypti
Linnaeus 1762 larvae. In African Journal of
Berdasarkan penelitian yang berjudul
Biotechnology, 6(24): 2846-2854
perbedaan jumlah kematian larva Aedes ae- Perumalsam, Haribalan. 2009. Larvicidal Activity
gypti setelah pemberian abate (temephos) of Compounds Isolated from Asarum
dibandingkan dengan pemberian serbuk serai heterotropoides Against Culex Pipiens
(Andropogon nardus) bahwa konsentrasi un- Pallens, Aedes aegypti, and Ochlerotatus
tuk mematikan 90% larva Aedes aegypti adalah togoi (Diptera: Culicidae). Journal of Medical
sebesar 730mg/100mL selama perlakuan 24 Entomology, 46(6):1420-1423
jam. Rata rata jumlah kematian larva Aedes ae- Ramos, Mary M. 2008. Epidemic Dengue and
gypti setelah pemberian abate (temephos) ada- Dengue Hemorrhagic Fever at the Texas
lah 25 (100%) kematian dan setelah pemberian Mexico Border: Results of a Household-
based Seroepidemiologic Survey, December
serbuk serai (Andropogon nardus) adalah 20,50
2005. Am J Trop Med Hyg, 78(3): 364-369
(82%) kematian. Sehingga dapat disimpulkan Suwanbamrung, C. 2009. Community capacity
ada perbedaan yang signifikan antara jumlah domains of dengue prevention and control.
kematian larva Aedes aegypti setelah pemberian Asian Pacific Journal of Tropical Medicine,
abate (temephos) dibandingkan dengan pembe- 2(4): 50-57
rian serbuk serai (Andropogon nardus), dapat Thomas P. 2007. Dengue and Yellow Fever -
dilihat dari hasil uji independent t-test, dimana Challenges for the Development and Use of
nilai p=0,002 (p< 0,05). Vaccines. N Engl J Med, 357: 2222-2225
Ucapan terimakasih disampaikan kepa- Zhu, Junwei. 2008. Mosquito Larvicidal Activity
da: 1) Kepala Bidang Pelayanan Penelitian Balai of Botanical-Based Mosquito Repellents.
Journal of the American Mosquito Control
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Association, 24(1):161-168
96