Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan ini diambil berdasarkan kasus dari seorang pasien penderita
hipertensi berjenis kelamin perempuan dan berusia 48 tahun, dimana pasien
merupakan salah satu penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Ngoro,
Kabupaten Mojokerto. Pasien mengatakan tidak pernah merasakan pusing
maupun mual saat tekanan darahnya tinggi, namun hanya merasakan tengkuk
agak berat. Jika gejala muncul, pasien hanya beristirahat dan hanya berobat ke
Puskesmas atau Poskesdes jika keluhannya tidak tertahankan. Pasien
mengatakan suka mengkonsumsi makanan asin dan gorengan serta jarang
berolahraga.
Mengingat sebagian besar kasus ini terjadi akibat gaya hidup yang kurang
sehat dan kesadaran pasien yang kurang dalam pengobatan terutama pada usia
produktif sampai lansia, maka penting kiranya bagi penulis untuk
memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya
sebagai pengalaman di lapangan.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara kondisi pasien yang menderita hipertensi
dengan keadaan keseluruhan baik yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan
ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Adakah hubungan antara kondisi pasien yang menderita hipertensi
dengan keadaan keseluruhan baik yang menyangkut kehidupan sosial dan
ekonomi, pelayanan kesehatan dan lingkungan.
2

2. Tujuan Khusus
a. Identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR
b. Identifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM
c. Identifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram
d. Identifikasi faktor pelayanan kesehatan
e. Identifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya
f. Identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial ekonomi, dsb)

D. Manfaat
Manfaat dari kegiatan home visit yang dilakukan antara lain:
1. Bagi Dokter Muda
a. Sebagai pengalaman riil di lapangan melakukan proses pendataan yang di
analisis secara holistik tentang hubungan antara penyakit dengan faktor
individu dan lingkungan.
b. Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada penatalaksaan
penyakit di masyarakat.
c. Memupuk sikap peduli dan sikap menolong sebagai bekal menjadi
seorang dokter.
2. Bagi pasien dan keluarganya
a. Meningkatkan kepuasan dan juga mengedukasi pasien dan keluarganya.
b. Meminimalisir angka kekambuhan penyakit dengan pemahaman
pengobatan yang baik.
3. Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan
a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
b. Mencapai derajat hidup yang baik dan maksimal di masyarakat.
c. Evaluasi dan pembelajaran tambahan terhadap kondisi penyakit yang
berdampak pada lingkungan di masyarakat.
4. Bagi Individu Tenaga Kesehatan
a. Lebih meningkatkan pemahaman terhadap kasus hipertensi.
b. Meningkatkan pemahaman holistik pada kondisi pasien.
c. Lebih meningkatkan hubungan baik dengan pasien
3

BAB II
HASIL KUNJUNGAN

A. IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Dusun Jasem RT 04 RW 03 Kelurahan Jasem
Kecamatan Ngoro
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 18 September 2017
22 September 2017

2. Anamnesa
a. Keluhan Utama : Tengkuk terasa berat
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan tengkuknya terasa berat kurang lebih 2 hari ini
dan dirasakan hilang timbul. Keluhan muncul ketika digunakan
beraktivitas dan meringan ketika digunakan istirahat. Pasien tidak
mengeluh pusing, mual, muntah, sesak maupun nyeri dada. Selama 2 hari
ini pasien mengatakan belum ke Puskesmas dan hanya istirahat dirumah
tanpa minum obat, karena merasa keluhannya tidak berat. Pasien
mengatakan jarang minum obat meskipun keluhannya kambuh dan hanya
berobat ke Puskesmas atau Poskesdes jika keluhannya tidak tertahankan
dan jika keluhan yang dirasakan berkurang, pasien berhenti minum obat.
Pasien merupakan peserta Prolanis Desa Jasem dan mengaku rutin ikut
kegiatan tiap bulan.
4

c. Riwayat Penyakit Dahulu:


1) Riwayat diabetes : disangkal
2) Riwayat asma : disangkal
3) Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
4) Riwayat hipertensi : sejak kurang lebih 3 tahun
yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
1) Riwayat hipertensi : ibu pasien menderita hipertensi.
2) Riwayat diabetes : tidak ada
e. Riwayat Kebiasaan:
1) Baik pasien maupun keluarga yang tinggal serumah tidak ada yang
merokok.
2) Pasien jarang berolahraga. Sebulan kurang lebih 1-2 kali, termasuk
saat mengikuti prolanis.
3) Pasien makan sehari tiga sampai empat kali, biasanya makan dengan
lauk ikan, daging, telur, tahu dan tempe, jarang disertai sayur.
Konsumsi buah jarang, terkadang makan kelengkeng. Pasien suka
mengkonsumsi makanan yang asin, gorengan dan kerupuk, namun
tidak suka makanan bersantan.
4) Sehari-hari pasien memasak dan menyiapkan kebutuhan ke 2 anaknya
yang bersekolah, kemudian pasien bersih-bersih rumah sambil
menunggu anaknya pulang sekolah.
5) Riwayat pengisian waktu luang dengan menjadi kader kesehatan.
Pasien juga menyempatkan diri untuk ikut pengajian setiap hari
Kamis.
6) Pasien sehari-hari sering berkumpul dengan tetangga disekitar
rumahnya.
f. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien adalah seorang wanita berusia 48 tahun. Pasien memiliki dua
orang anak, keduanya laki-laki dan masih bersekolah. Suami pasien
bekerja di luar kota dan jarang pulang. Biasanya pulang seminggu 1-2
5

kali. Dalam mencukupi kehidupan sehari-hari, pasien ditanggung oleh


suami yang bekerja wiraswasta.
Dari depan rumah terdapat teras dan pintu menuju ke ruang tamu
dengan 3 kursi, 1 meja panjang dan 1 meja kecil di pojok. Di ruang tamu
juga didapatkan tumpukan keramik. Setelah ruang tamu terdapat pintu
yang ditutupi tirai menuju ke ruang tengah dimana terdapat 2 kamar
tidur, 1 mushola dan ruang keluarga. Pasien tidur di kamar paling depan
yang ukurannya sempit dengan ventilasi kamar yang kurang baik dimana
terdapat sebuah jendela namun jarang dibuka dan ditutupi gorden
sehingga tidak memungkinkan cahaya masuk. Di sebelah kamar pasien
terdapat kamar anaknya dengan kondisi serupa. Di samping kamar anak
pasien ada mushola kecil untuk beribadah. Di depan kamar terdapat
ruang keluarga dengan sebuah kasur dan TV. Kemudian terdapat 1 pintu
lagi yang tertutup tirai menuju ke ruang belakang yang terdiri dari 3
kamar yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sepeda dan barang,
dapur dan 2 kamar mandi dengan bak air, namun hanya 1 yang disertai
jamban. Diantara kedua kamar mandi tedapat sumur. Disamping dapur
ada pintu menuju ke samping rumah.
Dalam kesehariannya pasien merupakan ibu rumah tangga. Kegiatan
sehari-hari pasien mengurus anak dan menjadi kader kesehatan. Pasien
rutin ikut kegiatan Prolanis satu bulan sekali dan pengajian setiap hari
Kamis. Pasien juga mengatakan suka berbincang-bincang dengan
tetangga untuk mengisi waktu luang.
Pasien sangat menyukai makanan asin serta gorengan dan
mengatakan hampir setiap hari mengkonsumsinya, namun pasien tidak
suka makanan bersantan. Pasien juga mengaku sering makan makanan
ringan seperti kerupuk. Dalam sehari pasien makan 3-4 kali dengan nasi
dan lauk pauk tapi jarang makan sayur dan buah-buahan.
6

B. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : warna kulit kuning langsat, kulit gatal (-)
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,
tengkuk terasa berat.
3. Mata : penglihatan kabur (-)
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), batuk darah (-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan baik, nyeri perut (-),
BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria : BAK lancar, 4-5 kali/hari, warna kekuningan
12. Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
13. Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri lutut (-), nyeri otot (-)
15. Ekstremitas : dalam batas normal

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), kesan gizi baik.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
a. Tanda Vital
1) Tensi : 160/100 mmHg
2) Nadi : 92 x/menit, regular
3) Pernafasan : 20 x/menit
4) Suhu : 36,4oC
3. Kulit
a. Warna : kuning langsat, ikterik (-), sianosis (-).
b. Kepala : tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut
7

4. Mata
a. Conjunctiva anemis (-/-)
b. Sklera ikterik (-/-)
c. Pupil isokor (3mm/3mm)
d. Reflek kornea (+/+)
e. Katarak (-/-)
f. Radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
a. Nafas cuping hidung (-/-)
b. Sekret (-/-)
c. Epistaksis (-/-)
d. Deformitas hidung (-)
6. Mulut
a. Bibir pucat (-)
b. Lidah kotor (-)
c. Papil lidah atrofi (-)
d. Tepi lidah hiperemis (-)
7. Telinga
a. Sekret (-/-)
b. Othorea (-/-)
c. Cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
a. Tonsil T1/T1
b. Pharing hiperemis (-/-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)
10. Thoraks
Simetris (+/+), retraksi (-)
a. Cor : I : ictus cordis tampak
P : ictus cordis kuat angkat
P : batas kiri atas : ICS II Parasternal line Sinistra
8

batas kanan atas : ICS II Parasternal lineDextra


batas kiri bawah : ICS V Midclavicular line Sinistra
batas kanan bawah : ICS IV Parasternal line Dextra
batas jantung kesan tidak melebar
A : S1 S2 tunggal. Murmur (-), bising (-)
b. Pulmo :
Pemeriksaan dilakukan dari depan dan belakang, posisi berbaring dan
duduk.
I : Simetris (+/+)
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - -
- -

+ + - -
- -

+ + - -
- -

11. Abdomen
I : Scar (-), bekas operasi (-) Spidernevi (-)
A : bising usus (+) normal
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani seluruh lapang perut
12. Sistem Collumna Vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : NKCV (-)
13. Ektremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT <2
14. Sistem genetalia : dalam batas normal
15. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
9

Fungsi Motorik : dalam batas normal


16. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : baik, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : tidak dievaluasi
17. Status Dematologis : dalam batas normal

D. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Cek Kolesterol Total, Trigliserida, HDL, LDL

E. RESUME
Seorang ibu usia 48 tahun mengeluh tengkuknya terasa berat sejak kurang
lebih 2 hari, namun tidak mengeluhkan pusing, mual maupun muntah. Pasien
mengaku memiliki riwayat sakit darah tinggi. Selama 2 hari ini pasien tidak
minum obat karena merasa keluhannya tidak berat dan datang untuk
memeriksakan tekanan darahnya.
Pada pemeriksaan fisik sekarang didapatkan keadaan umum cukup, compos
mentis, status gizi cukup. Tanda vital T:160/100 mmHg, N: 92 x/menit, RR: 20
x/menit, S:36,40C, BB:68 kg, TB:160 cm, status gizi BMI= 100% - Z-score -2
SD s/d 2 SD (Normal).
Pemeriksaan Penunjang yang diusulkan adalah pemeriksaan kolesterol
total, trigliserida, LDL dan HDL.

F. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


1. Diagnosis Biologis
Hipertensi stage 2.
2. Diagnosis Psikologis : -
3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Gaya hidup pasien yang kurang sehat
10

b. Kurangnya aktivitas fisik (olahraga)

G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a) Memberikan penjelasan pada pasien tentang penyakit pasien, dari jenis
penyakit, penyebab sampai prognosisnya.
b) Mengunakan obat yang telah diberikan sesuai anjuran.
c) Menghindari konsumsi makanan yang tinggi lemak seperti goreng-
gorengan dan makanan asin serta menyarankan pasien agar makan
makanan yang seimbang.
d) Diet rendah garam
e) Memperbanyak aktivitas fisik ringan di waktu senggang
f) Mengurangi stress
2. Medikamentosa
Amlodipine 1 x 10 mg pagi hari

H. PROGNOSIS
Dubia ad bonam

I. FOLLOW UP
1. Follow UP (Tanggal : 22 September 2017)
S : Pasien sudah tidak mengeluhkan tengkuk terasa berat.
O : KU : Cukup , compos mentis.
Tanda vital :
T : 140/90 mmHg
R : 22x/menit
N : 100x/menit
S : 36,5C
Status Generalis : dalam batas normal.
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Psikiatri : dalam batas normal.
11

Status Dermatologis : dalam batas normal


A: Hipertensi stage 2
P : - Oral : Amlodipine 1x10mg
c. Edukasi untuk kontrol ke puskesmas, minum obat teratur,
konsumsi makanan seimbang dan gaya hidup sehat

J. APGAR SCORE

ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah keluarga, pasien berusaha membicarakannya terlebih
dahulu kepada keluarganya, terutama kepada suaminya. Pasien mengatakan tidak
merasa terganggu dengan penyakitnya dalam kehidupan sehari-hari. Adanya
dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan yang sering memberikan pengarahan
dan dukungan kepada pasien dirasakan cukup membuat pasien tenang dalam
menghadapi penyakitnya. Pasien memiliki semangat untuk rutin mengikuti kegiatan
prolanis karena pasien ingin berusaha mengubah gaya hidupnya sekaligus berbagi
pengalaman dengan sesama penderita hipertensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pasien memiliki keinginan kuat untuk mengontrol penyakitnya.

PARTNERSHIP
Anak pasien yang serumah maupun suaminya yang tinggal berjauhan dengan
pasien jarang mengingatkan pasien untuk minum obat dan mengubah gaya hidupnya.
Namun pasien merasa keberadaan anak dan suaminya tetap memberikan semangat
terutama di dalam hal finansial dan moril.

GROWTH
Pasien menyadari bahwa dirinya harus bersabar dalam menjalani pengobatan dan
harus belajar memperhatikan gaya hidupnya.
12

AFFECTION
Pasien Ny. D merasa interaksinya dan kasih sayang dengan keluarga cukup baik.
Meskipun keluargamya jarang mengingatkan pasien untuk minum obat, namun
pasien tetap merasakan kepedulian keluargamya. Ia menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya.

RESOLVE
Ny. D merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan bersama
dengan ke dua anak, ibu dan suaminya. Meskipun suaminya tinggal berjauhan, namun
tetap sering berkomukasi melalui telepon atau pesan singkat.

APGAR Ny. S Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak


/selalu -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin => 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik
13

Keluarga Ny. D tergolong dalam kategori baik. Dimana interaksi dan


hubungan antar anggota keluarga masih terjalin harmonis.

K. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota
keluarga.Partisipasi mereka dalam masyarakat +
cukup baik.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
cukup, hal ini dapat dilihat dari pergaulan +
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, dll jika kondisi
kesehatan memungkinkan. Menggunakan
bahasa jawa, tata krama dan kesopanan
Religius Pemahaman agama cukup. Penderita dan +
Agama menawarkan keluarga rajin sholat lima waktu.
pengalaman spiritual yang baik
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah,
untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi. +
Edukasi Tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien +
tergolong cukup. Kemampuan untuk
memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan
seperti buku-buku, koran cukup.
Medical Pasien mampu membiayai pelayanan kesehatan +
Pelayanan kesehatan puskesmas yang lebih baik. Pasien mempunyai kartu BPJS.
memberikan perhatian khusus
terhadap kasus penderita
14

Keterangan: Berdasarkan tabel SCREEM didapatkan kehidupan sosial,


spiritual dan ekonomi pasien yang baik. Kebutuhan pasien baik dalam segi
pendidikan maupun kesehatan dapat terpenuhi dengan baik.

L. GENOGRAM
Alamat Lengkap : Dusun Jasem RT 04 RW 03 Kelurahan Jasem Kecamatan
Ngoro
Bentuk Keluarga : Extended Family

M. FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN


Pasien mengatakan untuk masalah kesehatan sudah memiliki BPJS
Kesehatan sehingga untuk masalah pembiayaan pasien sudah tidak terlalu
15

dirasakan berat. Posisi rumah pasien tidak terlalu jauh dari Puskesmas Ngoro,
sehingga pasien bisa dengan mudah berangkat sendiri ke Puskesmas.

N. PERILAKU PASIEN
Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
Pasien Ny. S adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama
kedua anak dan ibunya, sementara suami pasien bekerja di luar kota dan
pulang 1-2 kali seminggu. Keluarga ini tahu akan pentingnya kesehatan dan
mengerti bahwa penyakitnya ini bisa disebabkan oleh faktor keturunan dan
gaya hidup yang kurang sehat.
Lingkungan rumah mereka cukup sehat karena di dalam rumah
terlihat cukup bersih namun pencahayaan dan ventilasi di dalam rumah
kurang. Kebutuhan air sehari-hari didapatkan dari sumur.
Keluarga ini sudah memiliki fasilitas kamar mandi keluarga, yang
telah dilengkapi dengan jamban keluarga. Bak mandi dikuras tiap minggu
oleh pasien.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
ekonomi menengah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari
pekerjaan suaminya sebagai wiraswasta. Dari total semua penghasilan
tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai namun pencahayaan
dan ventilasi kurang. Rumah memiliki fasilitas jamban keluarga yang sudah
sesuai dengan standar jamban sehat. Rumah ini juga terkesan bersih. Fasilitas
kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah puskesmas
Ngoro.
16

O. FAKTOR LINGKUNGAN PASIEN


1. Gambaran Lingkungan
Ny. S tinggal di sebuah rumah yang berlokasi di Dusun Jasem RT 04
RW 03. Rumah terdiri dari tiga kamar tidur, satu mushola, 3 gudang, satu
ruang tamu dan ruang keluarga, satu dapur, dan dua kamar mandi dengan 1
jamban yang dipergunakan dan dihuni oleh 5 orang. Lingkungan rumah
pasien dan rumah tetangganya terkesan tidak kumuh. Terdapat halaman
kecil yang terdapat beberapa pot di depan rumah. Di bagian samping rumah
terdapat sebuah lorong tempat menyimpan kayu. Rumah terdiri dari 2 pintu
akses ke jalan satu melalui samping dan satu lagi di depan rumah. Pada
akses bagian depan rumah terhubung dengan ruang tamu yang terdapat sofa
dan meja, di bagian belakang ruang tamu terdapat ruang keluarga yang
terdapat kasur dan televisi. Disamping ruang keluarga terdapat dua kamar
tidur dan satu mushola. Di dalam kamar pasien terdapat sebuah jendela
untuk pencahayaan ruangan dan ventilasi udara. Di belakang ruang keluarga
terdapat 3 gudang, dapur, dua kamar mandi dan sumur. Lantai rumah
terbuat dari keramik dan terdapat beberapa jendela besar untuk ventilasi dan
penerangan rumah.
2. Denah Rumah
17

P. IDENTIFIKASI MASALAH BERDASARKAN TEORI BLUM


1. Masalah aktif :
a. Minimnya pengetahuan pasien terhadap Hipertensi dan kesadaran pasien
untuk berobat.
2. Faktor resiko :
a. Usia.
b. Kebiasaan pasien yang suka makan-makanan asin dan berlemak.
c. Aktivitas fisik yang minim.

Diagram Permasalahan Pasien


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan, yang ada
dengan faktor-faktor risiko ada dalam kehidupan pasien)

Faktor Lingkungan
1. Kurangnya dukungan
DERAJAT KESEHATAN keluarga terhadap pasien
(Ny. D, 56 Tahun) 2. Kurangnya teman sebaya
untuk melakukan aktivitas
fisik

Faktor Perilaku
1. Kurangnya pengetahuan pasien
tentang Hipertensi.
2. Kebiasaan pasien makan-makanan
asin dan berlemak.
3. Minimnya aktivitas fisik
4. Kurangnya kesadaran pasien untuk
berobat.
18

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Permasalahan yang Ditemukan

1. Masalah Aktif : Hipertensi


Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan
darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga
bisa menyebabkan kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak
dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner
(terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan
ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut
dapat pula menyebabkan gagal ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain (Jan,
2003).
Hipertensi adalah tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90
mmHg. Sedangkan Prehipertensi adalah tekanan sistolik 120-139 mmHg
atau diastolic 80-89 mmHg (Habermann, 2008).
Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder.
Sebanyak 90 % hipertensi esensial dan hanya 10 % yang penyebabnya
diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan
hormonal (Arieska, 2005).
Hipertensi primer didefinisikan jika penyebab hipertensi tidak dapat
diidentifikasi. Ketika tidak ada penyebab yang dapat diidentifikasi, sebagian
besar merupakan interaksi yang kompleks antara genetik dan interaksi
lingkungan. Biasanya hipertensi esensial terjadi pada usia antara 25-55
tahun dan jarang pada usia di bawah 20 tahun (Cowley, 2006).
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh sleep apnea, obat-obatan,
gangguan ginjal, coarctation aorta,pheochromocytoma, penyakit tiroid dan
paratiroid (Chobanian, 2003).
19

Tabel III 1. Klasifikasi Hipertensi (Chobanian, 2003)

Tabel III.1 merupakan klasifikasi hipertensi pada usia 18 tahun atau


lebih. Penggunaan klasifikasi ini ini didasarkan dengan pengukuran tekanan
darah dua atau lebih (Chobanian, 2003).

Tabel III.2. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 > 160 >100

Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang
reversible dan irreversibel. Faktor risiko yang reversible adalah usia, ras
Afrika-Amerika, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi, sedangkan
faktor risiko yang bersifat reversible adalah prehipertensi, berat badan
berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung natrium
tinggi, merokok, dan sindroma metabolik (Habermann, 2008).
Beberapa faktor yang merupakan faktor resiko dari hipertensi yaitu
(Habermann, 2008):
20

a. Usia. Tekanan darah meningkat seiring dengan berjalanya usia. Tekanan


sistolik meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik tidak
berubah mulai dekade ke-5. Hipertensi sistolik isolasi merupakan jenis
hipertensi yang paling ditemukan pada orang tua.
b. Ras Afrika-Amerika. Hipertensi lebih sering terdapat pada ras Afrika-
Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih, dan pada kedua ras
tersebut biasanya lebih banyak pada golongan sosio-ekonomi rendah.
c. Berat Badan Berlebih. Semakin tinggi berat badan, semakin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan. Volume darah meningkat di dalam pembuluh darah dan terjadi
peningkatan tekanan dinding arteri.
d. Kurang Aktivitas. Orang yang kurang aktivitas cenderung memiliki
denyut jantung yang lebih banyak. Semakin tinggi denyut jantung,
semakin berat jantung harus bekerja pada setiap kontraksi dan lebih kuat
tekanan pada arteri.
e. Konsumsi Tinggi Natrium. Konsumsi makanan yang mengandung
banyak natrium dapat menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh
darah, sehingga meningkatkan tekanan darah. Kalium membantu
menyeimbangkan banyaknya natrium di dalam sel. Jika kurang
mengkonsumsi natrium, maka akan banyak terakumulasi natrium di
dalam darah.
f. Merokok. Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada
dinding arteri yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah.
g. Sindroma Metabolik. Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga
dari kriteria terpenuhi: lingkar perut membesar (pria: > 100 cm, wanita:
90 cm), gula darah puasa terganggu (normal < 126 md/dl), peningkatan
tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida plasma 150 mg/dl, atau
kolesterol HDL <40 mg/dL pada pria dan <50 mg/dL pada wanita. Di
hipotesiskan bahwa resistensi insulin mungkin merupakan patofisiologi
teradinya sindroma metabolik.
21

Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah


yang dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan
tonus dari arteri (peripheral resisten). Faktor-faktor ini menentukan
besarnya tekanan darah. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi cardiac
output dan resistensi perifer. Hipertensi terjadi karena kelainan dari salah
satu faktor tersebut (Kaplan, 2006).
Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac
output secara logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan
cairan (preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf
simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak
meningkat yaitu dengan cara meningkatkan resistensi perifer. (Kaplan,
2006). Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi
karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload,
sehingga meningkatkan cardiac output. (Kaplan, 2006).
Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hipertensi yang
meningkat dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen,
bingung, gangguan penglihatan, mual dan muntah (Kasper, 2008). Pada
aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria, dan nocturia
karena hypokalemia. Hipertensi kronik sering menyebabkan pembesaran
jatung kiri yang dapat menimbulkan gejala sesak napas yang berhubungan
dengan aktivitas dan paroxysmal nocturnal dyspnea. Keterlibatan otak
karena stroke yang disebabkan oleh trombosis atau hemoragik dari
mikroaneurisma (Kasper, 2008).
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat
dan tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua
lengan dan lebih baik diukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri
untuk mengevaluasi hipotensi postural. Retina merupakan jaringan yang
arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan
peningkatan derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada
pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan peningkatan reflek cahaya
arteriol, hemoragik, eksudat, dan papiledema. Pemeriksaan pada jantung
22

dapat ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke-2 karena penutupan dari
katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan
iktus kordis yang bergeser ke arah lateral (Kasper, 2008).
Pemeriksaan penunjang rutin yang direkomendasikan sebelum memulai
terapi termasuk elektrokardiogram 12 lead, urinalisis, glukosa darah, dan
hematokrit, kalium serum, kreatinin, dan profil lipid (termasuk HDL
kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida). Tes tambahan termasuk
pengukuran terhadap ekskresi albumin atau albumin/ kreatinin rasio
(Kasper, 2008).

Tabel III.3. Pemeriksaan penunjang untuk skrining etiologi hipertensi

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan


kematian tinggi (silent killer). Mortalitas ini tidak lain karena komplikasi
dari hipertensi sendiri. Komplikasi dari hipertensi dapat terjadi pada organ-
organ berikut, seperti:
a. Jantung. Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering
menyebabkan kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung
hipertensi merupakan hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang
23

menyebabkan pembesaran jantung kiri disfungsi diastolik dan gagal


jantung (Institute for Clinical Systems Improvement, 2008).
b. Otak. Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark
dan hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya
karena hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring
dengan peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun.
Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik
ataupun stroke hemorgik (Institute for Clinical Systems Improvement,
2008).
c. Ginjal. Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang
sering terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif
nefropati, tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah,
khususnya ketika ada proteinuria (Institute for Clinical Systems
Improvement, 2008).

Penatalaksanaan pasien dengan hipertensi bertujuan untuk mengontrol


tekanan darah. Pada mayoritas pasien, menurunkan tekanan sistolik lebih
sulit dibandingkan dengan menurunkan tekanan diastole. Walaupun kontrol
tekanan darah yang efektif dapat dicapai pada penderita hipertensi,
mayoritas membutuhkan dua obat antihipertensi atau lebih. Kegagalan
melakukan modifikasi gaya hidup, dosis obat antihipertensi yang adekuat,
atau kombinasi obat yang tidak sesuai menyebabkan kontrol tekanan darah
tidak adekuat (Chobanian, 2003).
Tujuan terapi menggunakan obat antihipertensi adalah untuk mengurangi
risiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan ginjal. Target tekanan
darah adalah < 140/90 mmHg disertai dengan penurunan risiko penyakit
kardiovaskular. Pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal, target
tekanan darah adalah <130/80 mmHg. Keuntungan dari obat antihipertensi
ini berhubungan dengan penurunan dari (1) insiden stroke, skitar 35-40 %;
(2) MCI, sekitar 20-25%; dan gagal jantung, sekitar > dari 50 %. Estimasi
24

ini dlakukan pada hipertensi derajat 1 dengan tekanan sistolik 140-159


mmHg dan atau tekanan diastolic 90-99 mmHg(Chobanian, 2003).
Penatalaksanaan utama dari terapi pasien hipertensi yaitu perubahan gaya
hidup (lifestyle modification). Gaya hidup yang sehat merupakan prevensi
terhadap peningkatan tekanan darah dan termasuk dalam pengobatan
hipertensi. Perubahan gaya hidup dapat menurunkan atau menunda insiden
dari hipertensi, dan meningkatkan efek dari obat antihipertensi, dan
penurunan risiko kardiovaskular (Chobanian, 2003).
Tabel III.5. Perubahan Gaya Hidup untuk Mencegah dan Pengobatan hipertensi
(Chobanian, 2003).

Terapi lanjutan apabila tidak dapat dengan perubahan gaya hidup yaitu
dengan intervensi menggunakan obat-obat antihipertensi. Penanggulangan
hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan gaya hidup tekanan
darah belum mencapai target (>140/90 mmHg) atau > 130/80 mmHg pada
25

diabetes atau penyakit ginjal kronik. Pemilihan berdasarkan ada/tidaknya


indikasi khusus. Bla tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga tergantung
pada derajat hipertensi. (Chobanian, 2003).
Sesudah pemakaian obat antihipertensi, pasien harus melakukan follow-
up dan pengaturan dosis obat setiap bulannya atau sesudah target tekanan
darah tercapai. Serum kalium dan kreatinin harus di monitor setidaknya satu
sampai dua kali per tahun. Sesudah target tekanan darah tercapai, follow-up
dapat 3-6 bulan sekali (Chobanian, 2003).

B. Intervensi dalam Bentuk Gant Chart


Tabel Prioritas Jalan Keluar
No Masalah Efektivitas Efesiensi Hasil

M I V C =

Pengetahuan tentang
1 4 3 4 1 48
Hipertensi
2 Aktivitas fisik ringan 3 4 2 2 12
Diet rendah garam,
3 3 3 2 1 18
rendah lemak
4 Dukungan keluarga 4 3 3 4 9

Keterangan :
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan
26

Rencana Kegiatan
No Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan
Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
1 Pembentukan Petugas Terbentuk 1 kali Membentuk Balai Desa Tenaga Senin Meja, kursi, alat
Tim Kesehatan Tim Tim puskesmas tulis
Penyuluhan penyuluhan
Hipertensi
2 Penyusunan Panitia Tersusun 1 kali Menyusun Balai Desa Panitia yang Kamis Meja, kursi, alat
yang sudah rencana tugas dan sudah tulis
terbentuk kegiatan rencana terbentuk
penyuluhan kegiatan
Hipertensi
3 Pelaksanaan Masyarakat Meningkatkan 1 kali Registrasi Balai Desa Tenaga Minggu Leaflet, laptop +
wilayah pengetahuan peserta puskesmas ketiga LCD, meja,
sekitar tentang penyuluhan kursi, dan alat
tempat Hipertensi Penyuluhan tulis
tinggal mulai dari tentang
pasien gejala, Hipertensi
pengobatan,
27

cara Sesi Tanya


pencegahan, jawab
dan
komplikasi
4 Evaluasi Masyarakat Berkurangnya 1 kali Mendatangi Rumah Tenaga Tiap Alat tulis
sekitar jumlah pasien rumah Penduduk puskesmas bulan
wilayah Hipertensi penduduk
tempat melalui tiap
tinggal skrining dini kelurahan
pasien dan yang
Petugas menderita
Kesehatan Hipertensi
Mendata
jumlah
pasien
Hipertensi
disetiap
kelurahan
28

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis:
a. Ny. S (48 tahun) menderita Hipertensi.
b. Rumah keluarga Ny. S memiliki ventilasi dan pencahayaan yang kurang.
c. Higienitas diri dan keluarga cukup baik.
2. Segi Psikologis:
a. Hubungan antara anggota keluarga terjalin baik.
b. Tingkat kepatuhan dalam mengonsumsi obat kurang.
c. Keluarga kurang mendukung untuk proses penyembuhan penyakit yang
diderita pasien.
3. Segi Sosial Ekonomi:
a. Tidak ada masalah dari segi sosial masyarakat
b. Tidak ada masalah dari segi ekonomi dalam keluarga ini yang
berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan yang didapatkan termasuk
informasi tentang kesehatan keluarga.
4. Segi Lingkungan:
a. Rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien cukup sehat.
5. Segi Fisik:
a. Pengetahuan akan Hipertensi yang masih kurang.
b. Minimnya kesadaran pasien mengenai bahaya penyakit yang diderita.
c. Minimnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien
d. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan tinggi garam.

B. SARAN
1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah:
a. Preventif
1) Makan-makanan bergizi seimbang sehari-hari.
2) Mengurangi makanan yang berlemak dan tinggi garam
29

3) Melakukan aktivitas fisik ringan (berolahraga)


b. Promotif : Edukasi penderita dan keluarga mengenai Hipertensi dan
pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang
menangani.
c. Kuratif : Saat ini penderita sedang dalam pengobatan rawat jalan.
d. Rehabilitatif : Mengajarkan cara aktivitas fisik ringan/olahraga ringan
sehingga kualitas hidup pasien membaik.
2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang masih kurang
sehat, dilakukan langkah-langkah:
a. Preventif
1) Rutin berolahraga
2) Diet makanan yang rendah garam rendah lemak
3) Meningkatkan hubungan pasien dengan tetangga, sehingga apabila
sewaktu-waktu pasien sakit ada yang mengantarkan ke fasilitas
kesehatan.
b. Promotif
Edukasi penderita dan anggota keluarga untuk rutin berolahraga,
makan makanan bergizi seimbang dan segera periksa apabila ada
keluhan.
3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit Hipertensi, dilakukan langkah-
langkah:
a. Promotif : Memberikan pengertian dan pemahaman kepada pasien dan
keluarga pasien mengenai penyakit Hipertensi, pencegahan,
lama pengobatan, serta komplikasi yang dapat terjadi.
30

DAFTAR PUSTAKA

Thomas M. Habermann, , Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal Medicine Concise


Textbook. 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical Education and
Research:2008.

Staessen A Jan, JiguanWang, Giuseppe Bianchi, W.H. Birkenhager, Essential


Hypertension, The Lancet,2003; 1629-1635.

Soenarta Arieska, Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan


Hipertensi Indonesia (Perhi), 2005; 5-7.

Cowley AW Jr. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet.
2006 Nov;7(11):82940. [PMID: 17033627]

Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the
JNC 7 report. JAMA. 2003 May 21;289(19):256072.

Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrisons principles of internal medicine 17th


edition. New York: McGrawHill:2008

Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of


Hypertension.N Engl J Med 2007;356:1966-78

Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension Diagnosis and


Treatment. Bloomington (MN): Institue for Clinical Systems Improvement
(ICSI); 2008 October

2003 World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension


(ISH) statement on management of hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-
1992
31

LAMPIRAN

Teras

Samping kanan rumah Samping kiri rumah


32

Ruang Tamu

Ruang Keluarga

Gudang
33

Dapur

Kamar mandi 1
34

Kamar mandi 2

Sumur dan
tempat cuci
Pasien dan
penulis

Anda mungkin juga menyukai