BAB I
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan Pustaka
Definisi
mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit berupa eritema,
vesikel/ bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium
serta mata disertai gejala umum bervariasi dari ringan sampai berat
Epidemiologi
Amerika Serikat, terdapat 300 kejadian melaporkan sekitar 2,6 menjadi 6,1 kasus
per juta orang per tahun.[4] Kondisi ini sering terjadi pada orang dewasa
kehidupan, namun kasus ini telah dilaporkan terjadi pada anak-anak berumur 3
bulan.[7] Perempuan lebih sering terkena daripada pria dengan rasio 2:3. [4] SSJ
Di Indonesia jarang terjadi, hanya sekitar 1-6 per juta orang. Dengan kata
lain, rata-rata jumlah kasus sindrom ini hanya sekitar 0,03%.[3] Penelitian
menunjukkan bahwa SSJ adalah kasus yang langka. Hanya 1 dari 2000 orang
Terdapat empat kategori etiologi yaitu (1) infeksi, (2) drug-induced, (3)
Obat dan keganasan yang paling sering terlibat sebagai etiologi pada orang
ditemukan lebih dari dua pertiga dari semua pasien dengan sindrom
variola.[7]
pneumoniae.[7]
Sumber:http://www.ebmedicine.net/topics.php?paction=showTopicSeg&topic_id
=54&seg_id=1021 [9]
II.3. Patogenesis
reaksi alergi tipe III dan IV.[3] Reaksi alergi tipe III terjadi akibat terbentuknya
tersensitisasi oleh suatu antigen, berkontak kembali dengan antigen yang sama
reaksi radang.[10]
reaksi dengan antigen. Reaksi ini disebut reaksi tipe lambat karena baru
timbul 12-48 jam setelah terpajan antigen. Dalam hal ini tidak ada peran
jaringan.[10].[11]
diperantarai oleh kompleks imun yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis
obat, infeksi virus, dan keganasan. Kokain saat ini ditambahkan dalam daftar obat
yang mampu menyebabkan sindroma ini. Hingga sebagian kasus yang terdeteksi,
dihubungkan erat dengan (alel B*1502 dari HLA-B). Sebuah studi di Eropa
menemukan bahwa petanda gen hanya relevan untuk Asia Timur. Berdasarkan
dari temuan di Asia, dilakukan penelitian serupa di Eropa, 61% SJS/TEN yang
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun ke bawah karena imunitas
berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, pasien dapat soporous sampai
koma.[12] Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodormal berkisar antara
1-14 hari berupa demam tinggi, malese, nyeri kepala, batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot, dan atralgia yang
sangat bervariasi.[3]
Pada SSJ ini terlihat trias kelainan berupa : kelainan kulit, kelainan selaput
a. Kelainan kulit
bullae, dan plak urtikaria. Pusat lesi ini mungkin vesikel, purpura, atau
Namun, berbeda dengan erythema multiforme, lesi ini hanya memiliki dua
zona warna. Inti lesi dapat berupa vesikel, purpura, atau nekrotik, dikelilingi
oleh eritema macular. Lesi ini di sebut lesi targetoid. Lesi mungkin menjadi
bulosa dan kemudian pecah menyebabkan erosi yang luas, meninggalkan kulit
longgar dan mudah lepas bila digosok. Pada sindrom Stevens-Johnson, kurang
dari 10% dari permukaan tubuh yang mengelupas. Sedangkan pada necrolysis
epidermis toksik, 30% atau lebih dari permukaan tubuh yang mengelupas.
Daerah kulit yang terkena akan terasa sakit. Pada beberapa orang, rambut dan
kuku rontok.[13]
Peluruhan luas epidermis dari sindrom Stevens-Johnson.
Gambar 1
Gambar 2 Gambar 3
lubang hidung (8%), dan anus (4%).[12] Kelainannya berupa vesikel dan bula
yang cepat memecah hingga menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta
kelainan yang sering tampak ialah krusta hitam yang tebal. Stomatitis ulseratif
makan atau minum dan sulit menutup mulut sehingga air liurnya menetes.[13]
krusta (gb.3).
[6]
Sumber : http://www.dermis.net/dermisroot/en/30254/diagnose.htm
c. Kelainan mata
Kelainan mata, merupakan 80% diantara semua kasus, yang tersering ialah
iridosiklitis, kelopak mata edema, penuh dengan nanah sehingga sulit dibuka,
dan disertai rasa sakit.[13] Pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea
yang dapat menyebabkan kebutaan.[3] Cedera mukosa okuler merupakan
Gambar 1 Gambar 2
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Stevens%E2%80%93Johnson_syndrome
II.5. Diagnosa
kelainan kulit, mukosa, mata, serta hubungannya dengan faktor penyebab yang
secara klinis terdapat lesi berbentuk target, iris atau mata sapi disertai gejala
darah tepi, pemeriksaan imunologik, biakan kuman serta uji resistensi dari darah
dan tempat lesi, serta pemeriksaan histopatologik biopsi kulit. Anemia dapat
dijumpai pada kasus berat dengan perdarahan, leukosit biasanya normal atau
peningkatan eosinofil jika penyebabnya alergi. Kadar IgG dan IgM dapat
meninggi, C3 dan C4 normal atau sedikit menurun dan dapat dideteksi adanya
kompleks imun yang beredar. Biopsi kulit direncanakan bila lesi klasik tak ada.[3]
NET terlihat lebih buruk daripada SSJ.[2] Pada penyakit ini terdapat
epidermolisis yang menyeluruh yaitu lebih dari 30% epidermis yang
vaksinasi, radiasi,
makanan.
tahun
PA : kelainan dermis
sedikit sampai
nekrolisis epidermal
septikemia
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
atau semua lesi. Lesi menyebar secara sentripetal yaitu mengenai telapak
ekstremitas dan wajah. Pada keadaan berat mengenai seluruh tubuh. [7]
arthralgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, mual, muntah, dan diare.
menjadi lesi yang khas bentuk iris (target lesion), terdiri 3 bagian yaitu
mukosa terjadi pada sekitar 25% dari kasus EM, biasanya ringan, dan
Sumber:
http://www.ebmedicine.net/topics.php?paction=showTopicSeg&topic_id=54&seg
_id=1021 [9]
II.7. Komplikasi
lain ialah kehilangan cairan/ darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok,
pada mata dapat terjadi ulserasi kornea, uveitis anterior, kebutaan karena
[12]
gangguan lakrimasi. Pada gastroenterologi teriadi esofageal striktur, pada
genitourinari dapat terjadi nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, jaringan parut pada
penis, vagina stenosis, dan pada kutaneus terdapat jaringan parut dan deformitas
II.8. Pengobatan
penggunaan obat penyebab yang dicurigai. Dengan tindakan ini, kita dapat
mencegah keburukan. Orang dengan SSJ biasanya dirawat inap.[2] Bila mungkin,
pasien NET dirawat dalam unit rawat luka bakar, dan kewaspadaan dilakukan
secara ketat untuk menghindari infeksi. Pasien SSJ biasanya dirawat di ICU.
penyakit dalam, mata, dan kulit. Cairan elektrolit dan makanan dengan kalori
tinggi harus diberi melalui infus untuk membantu pemulihan. Antibiotik diberikan
beberapa hari pertama memberi manfaat; yang lain beranggap bahwa obat ini
sebaiknya tidak dipakai.[2] Obat ini menekankan sistem kekebalan tubuh, yang
meningkatkan risiko terjadinya infeksi yang gawat, apalagi pada ODHA dengan
dan efek samping yang signifikan, namun ada juga yang menganggap
resistensi kuman dari sediaan lesi kulit dan darah. Antibiotika yang
8-16 mg/kg/hari intravena, diberikan 2 kali/hari. Selain itu obat lain juga
iv sehari. [2]
Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen
maleat(Avil) dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1-3 tahun 7,5
Sedangkan untuk cetirizin dapat diberikan dosis untuk usia anak 2-5 tahun
dekstrose 5%, Nacl 9%, dan Ringer laktat berbanding 1:1:1 dalam satu
perak.[12]
Pada kasus purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg
Lesi mulut diberi kenalog in orabase, betadine gargle, dan untuk bibir
Pemberian obat tetes mata baik antibiotik maupun yang bersifat garam
Pemberian obat salep dapat diberikan pada malam hari untuk mencegah
dimediasi FAS.[14]
Transfusi darah 300 cc selama 2 hari jika tidak ada perbaikan dalam 2
hari.[13]
Efek transfusi darah (whole blood) ialah imunorestorasi. Bila terdapat
leukosit cepat menjadi normal. Selain itu darah juga mengandung banyak
Indikasi pemberian transfusi darah pada SSJ dan NET ialah :[12]
- Bila telah diobati dengan dosis adekuat setelah 2 hari belum ada
perbaikan.
Setelah sembuh dari SSJ tidak boleh menggunakan kembali agen atau
senyawa yang penyebab. Obat dari kelas farmakologis yang sama dapat
penyebabnya.[7] Karena faktor genetik diduga berperan dalam kerusakan kulit dan
timbulnya lepuh akibat obat, sehingga obat yang dicurigai tidak boleh digunakan
dalam darah pasien. Tidak ada statistik khusus tentang risiko penggunaan ulang
obat yang salah atau kemungkinan desensitisasi pada pasien dengan SSJ.[7]
II.9. Prognosis
mengancam nyawa. Tingkat mortalitas adalah 5%, jika ditangani dengan cepat
Lesi biasanya akan sembuh dalam 1-2 minggu, kecuali bila terjadi infeksi
Sampai dengan 15% dari semua pasien dengan sindrom Stevens-Johnson (SSJ)
kematian.[7]
meramalkan faktor risiko terjadinya kematian pada SSJ dan dan juga pada TEN.[7]
Skor SCORTEN
/L
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. E
Pekerjaan : IRT
No RM : 98 77 34
Agama : Islam
Suku : Minang
No Hp : 085274742179
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Bercak merah yang terasa gatal pada wajah, leher, dada, punggung dan
kedua lengan disertai mata merah dan perih sejak 3 hari yang lalu
dan tapiramat 1x1tablet pasien baru pertama kali minum obat tersebut biasanya
pasien meminum luminal namun tidak tersedia lagi di daerah pasien. Tiga hari
yang lalu muncul bercak merah yang terasa gatal pada wajah leher, dada,
punggung dan kedua lengan disertai mata merah yang terasa perih. Kemudian
pasien berobat ke puskesmas, diberi obat CTM baru diminum satu kali, namun
keluhan tidak berkurang, bibir menjadi kering dan perih. Bibir semakin merah
Riwayat epilepsi sejak 25 tahun yang lalu. Rutin minum luminal selama
minum luminal, tidak ada keluhan kulit. Kejang terakhir 10 dialami 10 minggu
yang lalu.
Riwayat bersin di pagi hari dan saat terkena debu tidak ada.
Riwayat asma tidak ada.
STATUS GENERALIS
Kesadaran : CMC
TB : 157 Cm
STATUS DERMATOLOGIKUS
kedua tungkai.
Distribusi : Regional
Ukuran : Plakat
terdapat makula eritem, papul eritem di wajah, dada, punggung dan kemaluan.
Terdapat erosi pada labia minora, terdapat sekret pada kedua mata , nikolsky +
Gambar 5: Tampilan wajah Gambar 6 : Tampilan Leher dan Dada
STATUS VENEREOLOGIKUS
KELAINAN SELAPUT
mata pasien
KELAINAN KUKU
Tidak ditemukan kelainan.
KELAINAN RAMBUT
3.4 RESUME
DJamil Padang pada tanggal 18 November 2017 dengan keluhan utama Bercak
merah yang terasa gatal pada wajah, leher, dada, punggung dan kedua lengan
mengalami kejang seluruh tubuh karena pasien mempunyai riwayat epilepsi, lalu
pertama kali minum obat tersebut biasanya pasien meminum luminal namun tidak
tersedia lagi di daerah pasien. Tiga hari yang lalu muncul bercak merah yang
terasa gatal pada wajah leher, dada, punggung dan kedua lengan disertai mata
merah yang terasa perih. Kemudian pasien berobat ke puskesmas, diberi obat
CTM baru diminum satu kali, namun keluhan tidak berkurang, bibir menjadi
kering dan perih. Bibir semakin merah kemudian pasien berobat ke RSUD Painan
lalu dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil. Riwayat nyeri BAK disangkal. Riwayat
Sindroma nefrotik sejak 2 tahun yang lalu dan mendapatkan obat furosemid,
tidak ada keluhan kulit. Kejang terakhir dialami 10 minggu yang lalu.
bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tidak tegas, ukuran plakat,
dibibir. Terdapat injeksi konjungtiva pada kedua mata pasien, terdapat makula
eritem, papul eritem di wajah, dada, punggung dan kemaluan. Terdapat erosi
pada labia minora, terdapat sekret pada kedua mata , nikolsky +. Pada
terdapat erosi dan ekskoriasi di bibir, terdapat injeksi konjungtiva pada mata
pasien
Sindroma Steven Johnson e.c. alergi obat ec. Suspek Karbamazepin dan
Topiramate
Hb : 13, 8 g/dl
Leukosit : 5.450mm3
K : 8,6 mg/dl
Anjuran
3.7 DIAGNOSIS
4 Sindroma Steven Johnson e.c. alergi obat ec. Suspek Karbamazepin dan
Topiramate
3.8 PENATALAKSANAAN
Terapi Umum :
Sistemik :
Injeksi Gentamisin 2 x 80 mg IV
Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg IV
Topikal :
RESEP
3.9 PROGNOSIS
Nilai SKORTEN
DISKUSI
RSUP DR. M DJamil Padang pada tanggal 18 November 2017 dengan diagnosis
Dari anamne dengan keluhan utama Bercak merah yang terasa gatal pada
wajah, leher, dada, punggung dan kedua lengan disertai mata merah dan perih
mengalami kejang seluruh tubuh karena pasien mempunyai riwayat epilepsi, lalu
pertama kali minum obat tersebut biasanya pasien meminum luminal namun tidak
tersedia lagi di daerah pasien. Tiga hari yang lalu muncul bercak merah yang
terasa gatal pada wajah leher, dada, punggung dan kedua lengan disertai mata
merah yang terasa perih mengeluarkan kotoran dan lecet pada kemaluan yang
terasa nyeri. Kemudian pasien berobat ke puskesmas, diberi obat CTM baru
diminum satu kali, namun keluhan tidak berkurang, bibir menjadi kering dan
perih. Bibir semakin merah kemudian pasien berobat ke RSUD Painan lalu
Sindroma nefrotik sejak 2 tahun yang lalu dan mendapatkan obat furosemid,
epilepsi sejak 25 tahun yang lalu. Rutin minum luminal selama minum luminal,
tidak ada keluhan kulit. Kejang terakhir dialami 10 minggu yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologikus lokasi tersebar
pada wajah, leher, Badan, kedua lengan dan kedua tungkai,dengan distribusi
regional, bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tidak tegas, ukuran plakat,
Terdapat injeksi konjungtiva pada kedua mata pasien, terdapat makula eritem,
papul eritem di wajah, dada, punggung dan kemaluan. Terdapat erosi pada labia
minora, terdapat sekret pada kedua mata , nikolsky sign +. Pada pemeriksaan
mukosa didapatkan terdapat plak eritem disekitar kemaluan terdapat erosi dan
orificium , dan kulit. Pada pasien ini ketiga organ tersebut terkena. Pasien ini tidak
sebelumnya. Sebagian besar SSJ disebabkan oleh konsumsi obat seperti derivat
pada pasien ini untuk menilai prognosis pasien melalui SKORTEN. Pemeriksaan
darah berupa urea serum dan kadar bikarbonat serum serta pemeriksaan gula
darah sewaktu.
Tatalaksana umum pada pasien ini berupa edukasi pada pasien untuk
menghentikan obat tersangka dan menerapkan diet tinggi protein. Diet tinggi
protein berguna untuk membangun kembali jaringan jaringan kulit, mukosa dan
mata yang rusak. Konsultasikan ke bagian lain seperti THT , Mata dan Penyakit
Dalam karena pada SSJ seiring terjadi komplikasi ke mata dan bagian yang
reaksi inflamasi yang terjadi pada SSJ. Injeksi Gentamicin untuk menghindari
infeksi sekunder pada kulit yang mengalami kerusakan, karena sawar kulit yang
rusak rentan untuk menjadi port d entree mikroba patogenik. Injeksi ranitidin
DAFTAR PUSTAKA
johnson-syndrome/ds0094
Steven-Johnson
http://hajaddb.co.cc/sindrom-stevens-johnson-ssj
http://en.wikipedia.org/wiki/Stevens%E2%80%93Johnson_syndrome
5. Mansjoer, A. Suprohaita. Wardhani, WI. Setiowulan, W. Erupsi Alergi
http://www.dermis.net/dermisroot/en/30254/diagnose.htm
overview
http://arekkardiounair.blogspot.com/2008/09/penatalaksanaan-
seorang-penderita.html
http://www.ebmedicine.net/topics.php?paction=showTopicSeg&topic_i
d=54&seg id=1021
johnson/#more-34
http://www.merck.com/mmhe/sec18/ch203/ch203e.html
dari :
http://dermatology.cdlib.org/DOJvol8num1/reviews/drugrxn/ghislain.ht
ml