Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan
orang tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa
nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis,
teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolaktindakan keperawatan yang
diberikan. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan, tanpa
ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai (Suhendi et al, 2001).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi
pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan
yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain
merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan
merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang
dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya
adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia toddler
(1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia toddler dapat
memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu
bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak
dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar
dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat
perkembangan anak.

Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan


sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu
anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya.
Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan
untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain
pada anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar

B. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.

2. TUJUAN KHUSUS

Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.


Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena penyakit dan
dirawat
Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.
Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.

C. EVALUASI

Identitas pasien

1. Nama : An. R
2. Umur : 3 tahun
3. Alamat : Pandak 03/03 Lebak Grabag Magelang
4. Diagnose medis : Febris
BAB II

LAMPIRAN TEORI

A. PENGERTIAN BERMAIN

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh


kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa
anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh.
Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa
permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk


memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Erlita,
2006). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi
kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif
dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).

Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan


ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang
memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif (Anonim,
2010).
B. KATEGORI BERMAIN
Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas
(hanya melihat)
Contoh: Memberikan support.

C. TUJUAN BERMAIN
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selam anak dirawat di rumah sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan dan
perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit

D. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
E. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI
1. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara
anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari
hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain. Permainan
yang biasa dilakukan adalah Cilukba, berbicara sambil tersenyum/tertawa, atau
sekadar memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya , tetapi dengan diiringi
berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap
tingkah laku orang tuanya dan/atau orang dewasa tersebut/misalnya dengan tersenyum,
tertawa, dan/atau mengoceh .
2. Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak
akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.

3. Dramatika play role play

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

F. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL


1. Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.

2. Paralel play

Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai


mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.

Contoh : bermain balok


3. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.

4. Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana
dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

G. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorik Motorik

Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih


pensil.

2. Perkembangan Kognitif

Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).

3. Kreativitas

Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.

4. Perkembangan Sosial

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam
kelompok.

5. Kesadaran Diri (Self Awareness)

Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap
orang lain.
6. Perkembangan Moral

Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan
aturan kelompok.

Contoh : dapat menerapkan kejujuran

7. Terapi

Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
misalnya : marah, takut, benci.

8. Komunikasi

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.

H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan atau lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

I. ALAT PERMAINAN EDUKATIF


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :
1) Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
2) Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong,
tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3) Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape,
TV, dll.
4) Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
5) Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat
6) Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak
pasir, bola, tali, dll.

J. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN


1. Tahap eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

2. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan

3. Tahap bermain sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan

4. Tahap melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

K. TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK USIA


TOODLER (1-3 TAHUN)
1. Tahap Pertumbuhan

Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 8 : 2


Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm

: Umur 2 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77

2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :

Fase anal (1 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi


sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik
(cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.

Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa


meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat
terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.

b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :

Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt

Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan


keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi,
menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.

c. Stimulasi dan perkembangan anak


a. Anak umur 12 18 bulan :
Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil
dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum
sendiri dari gelas tidak tumpah.
Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak
melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil, melatih anak
menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi kesempatan
anak melepas pakaian sendiri.
b. Anak umur 18-24 bulan:
Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan alat
tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru
melakukan pekerjaan rumah tangga.
Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak
menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak
mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya
sementara waktu.

Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak


bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan,
anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan
maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang
besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di bongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan
cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.

Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah sollitary
play dan parallel play. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak
melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia
lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara
parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum
begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat
permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-
warni yang dapat dibentuk benda macam-macam.

J. BENTUK- BENTUK PERMAINAN


1.Usia 0 12 bulan
a. Tujuannya adalah :
Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
Melatih kerjasama mata dan tangan.
Melatih kerjasama mata dan telinga.
Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
Melatih mengenal sumber asal suara.
Melatih kepekaan perabaan.
Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
b. Alat permainan yang dianjurkan :
Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 24 bulan
a. Tujuannya adalah :
Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
Memperkenalkan sumber suara.
Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
Melatih imajinasinya.
Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan
yang menarik
b. Alat permainan yang dianjurkan:
Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
berwarna.
3. Usia 25 36 bulan
a. Tujuannya adalah ;
Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
Mengembangkan keterampilan berbahasa.
Melatih motorik halus dan kasar.
Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
Melatih kerjasama mata dan tangan.
Melatih daya imajinansi.
Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
b. Alat permainan yang dianjurkan :
Alat-alat untuk menggambar.
Lilin yang dapat dibentuk
Pasel (puzzel) sederhana.
Manik-manik ukuran besar.
Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
Bola.
4. Usia 32 72 bulan
a. Tujuannya adalah :
Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
Mengembangkan kemampuan berbahasa.
Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
Membedakan benda dengan permukaan.
Menumbuhkan sportivitas.
Mengembangkan kepercayaan diri.
Mengembangkan kreativitas.
Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian
mengenai terapung dan tenggelam.
Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
b. Alat permainan yang dianjurkan :
Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat
gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
5. Usia Prasekolah
a. Alat permainan yang dianjurkan :
Alat olah raga.
Alat masak
Alat menghitung
Sepeda roda tiga
Benda berbagai macam ukuran.
Boneka tangan.
Mobil.
Kapal terbang.
Kapal laut dsb
6. Usia sekolah
a. Jenis permainan yang dianjurkan :
Pada anak laki-laki : mekanik.
Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
7. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni, mengarang,
hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
8. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.

K. BERMAIN DI RUMAH SAKIT


1. TUJUAN
Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
2. PRINSIP
Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
Kelompok umur sama
Melibatkan keluarga/orangtua
3. UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN BERMAIN
Lakukan saat tindakan keperawatan
Sengaja mencari kesempatan khusus
4.BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Alat bermain
Tempat bermain
5. PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH
a. Faktor pendukung

Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga

b. Faktor penghambat

Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

L. BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

a. Definisi

Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar

diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar.

Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress

dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.

b. Manfaat

Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat

terapeutik (sebagai permainan penyembuh/therapeutic play).


Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,

mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik

halus.

Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan

media kertas gambar dan crayon.

Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu

cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.

Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses

hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat

dan negative.

Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan

ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan

benci.

Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode

penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah

sakit.
BAB III
SATUAN ACARA BERMAIN
PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN
DI RUANG KENANGA RSUP SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain anak usia 2-3 tahun

Tujuan : Mengoptimalkan perkembangan

Tempat : Ruang anak Menur RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten

Waktu : Jumat 10 maret 2017 (25 menit)

Sasaran : Anak usia 2-3 tahun

c. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapat terapi bermain selama 25 menit, anak diharapkan bisa merasa
tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga
anak bisa merasa nyaman selama dirawat di rumah sakit.

d. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan :

1) Anak merasa tenang selama dirawat


2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi anak tentang suatu
permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah
sebagai alat komunikasi antara perawat klien

e. RENCANA PELAKSANAAN

NO KEGIATAN WAKTU SUBYEK TERAPI


1 Persiapan : 5 menit Ruang, alat, anak dan keluarga
1. Menyiapkan ruangan siap
2. Menyiapkan alat alat
3. Menyiapkan anak dan keluarga

2 Proses : 15 menit Menjawab salam,


1. Membuka proses terapi dengan memperkenalkan diri,
mengucapkan salam, memperhatikan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada anak dan Bermain bersama dengan
keluarga tentang tujuan dan manfaat antusias dan mengungkapkan
bermain, menjelaskan cara perasaannya
permainan
3. Mengajak anak bermain
4. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga

3 Penutup 5 menit Memperhatikan dan menjawab


1. Menutup dan mengucapkan salam salam
Metode : bermain bersama

Media : buku mewarnai dan pensil warna

Materi : terlampir

Evaluasi

Peserta terapi mewarnai mampu :

1. Menyelesaikan gambar sesuai perintah

2. Membedakan warna

3. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi

Kesimpulan

Dengan adanya proses bermain anak akan senang sehingga akan mengurangi sterss
hospitalisasi. Dan dengan adanya proses bermain juga akan membantu kasus kesembuhan
penyakit dan membantu proses tumbuh kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ( 2010) Bermain melatih konseentrasi anak. [Online]. Tersedia :

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak.Terdapat


pada http://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2015

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Company, Philadelpia USA

Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta

L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC :


Jakarta Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan

Bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta

Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year
Book. Toronto Canada

http://glowingsintya.blogspot.co.id/2015/09/proposal-terapi-bermain-anak-mewarnai.html.
Diakses pada tanggal 01 Maret 2017

http://apriliakartikasari37.blogspot.co.id/2015/01/sab-puzzle.html. Diakses pada tanggal 01


Maret 2017

http://muhamadrezapahlevi.blogspot.co.id/2012/05/satuan-acara-penyuluhan-sap-terapi.html.
Diakses pada tanggal 01 Maret 2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI BERMAIN
DI RSUP SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Oleh:

ERRY YULIANDANI

(P1601018)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
2016/2017
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TERAPI BERMAIN
DI RSUP SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Satuan acara penyuluhan ini telah dibaca dan diperiksa pada Hari/tanggal

:.......................................

Mahasiswa Praktikan

(.........................................)

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(..........................................) (...........................................)

Anda mungkin juga menyukai