Anda di halaman 1dari 20

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Oleh:

Kelompok 2

Ni Luh Ketut Mega Windari (1415644006)

Putu Eka Suprapta Wibhawa (1415644048)

Nur Shabrina Yulianti (1415644092)

D4 AKUNTANSI MANAJERIAL

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BALI

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang
berjudul Pancasila sebagai Etika Politik dengan baik dan lancar.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan
datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami selaku penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, serta bisa menjadi tambahan referensi
pada penyusunan makalah di masa yang akan datang dibidang Pendidikan Pancasila
terutama mengenai Pancasila sebagai Etika Politik.

Jimbaran, 21 Oktober 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.1 Pengertian Etika Politik.......................................................................................4
2.1.1 Pengertian Etika............................................................................................4
2.1.2 Pengertian Politik.........................................................................................4
2.1.3 Pengertian Etika Politik................................................................................5
2.2 Nilai Nilai Etika yang Terkandung dalam Pancasila........................................6
2.3 Pancasila dalam Kedudukannya sebagai Etika Politik........................................8
2.4 Penerapan Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum............................11
2.4.1 Pengertian Nilai..........................................................................................12
2.4.2 Pengertian Norma.......................................................................................12
2.4.3 Pengertian Moral........................................................................................13
2.4.4 Hubungan antara Nilai, Norma, dan Moral................................................13
BAB III PENUTUP....................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................15
3.2 Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai ideologi bangsa sangat berperan penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Keberadaan Pancasila adalah salah satu alasan
bangsa Indonesia tetap mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Semangat jiwa Pancasila meyakini bahwa keutuhan bangsa merupakan
harga mati. Pancasila juga memiliki makna yang sangat luas jika kita kaji dengan
mendalam dan komprehensif.
Pancasila juga merupakan suatu filsafat yang pada hakikatnya adalah sumber
nilai dari penjabaran norma, baik norma moral , norma hukum maupun norma
kenegaraan lainnya. Norma moral adalah norma atau aturan yang berkaitan dengan
tingkah laku seseorang yang dapat diukur dari sudut pandang baik maupun buruk,
sopan ataupun tidak sopan, susila atau tidak susila. Dalam kapasitas inilah nilai-nilai
pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas atau norma-norma
etika, sehingga pancasila merupakan sistem etika dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Norma hukum adalah norma atau aturan yang terdapat dalam sistem
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dari pengertian inilah, maka dapat
dikatakan bahwa pancasila merupakan sumber dari segala hukum yang berlaku di
Indonesia. Sebagai sumber dari segala sumber hukum nilai-nilai pancasila sejak
dahulu merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara.
Selain itu, pancasila juga dapat diartikan sebagai etika politik. Masalah etika
sekarang ini semakin mendapat perhatian dunia. Indonesia mulai kehilangan jati diri
nya karena nilai-nilai pancasila yang semakin pudar. Citra bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang ramah dengan budaya ketimuran dengan cepat berubah mengikuti
budaya barat. Pergeseran budaya inilah yang menyebabkan Indonesia berada
diambang kehancuran. Banyak nilai-nilai yang tidak sesuai dengan pancasila
diterapkan oleh masyarakat.

1
Etika dalam berpolitikpun demikian, semakin bergeser dari waktu kewaktu.
Etika dalam berpolitik telah ada dalam pancasila. Setiap sila-sila dalam pancasila
memiliki nilai-nilai etika masing-masing yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai wujud etika politik yang sesungguhnya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pancasila memiliki peranan penting
dalam pembangunan bangsa dan pembangunan jiwa serta moral bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyusun makalah yang berjudul Pancasila
sebagai Etika Politik. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka kami
merumuskan beberapa pokok masalah, yaitu :
1. Apakah yang di maksud etika politik?
2. Nilai nilai etika apa sajakah yang terkandung dalam pancasila ?
3. Bagaimana pancasila dalam kedudukannya sebagai etika politik?
4. Bagaimana penerapan etika dalam kehidupan kenegaraan dan hukum ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


a) Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan etika politik,
2. Untuk mengetahui nilai-nilai etika yang terkandung dalam pancasila,
3. Untuk mengetahui bagaimana pancasila dalam kedudukannya sebagai etika
politik,
4. Untuk mengetahui penerapan etika dalam kehidupan kenegaraan dan hukum.

b) Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kedudukan pancasila
sebagai etika politik.

2
2. Bagi Dosen
Sebagai tambahan bahan ajar serta sebagai objek penilaian terhadap
mahasiswa Politeknik Negeri Bali.
3. Bagi Politeknik Negeri Bali
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
referensi bacaan di perpustakaan sebagai pedoman atau bahan pertimbangan oleh
pihak lain dalam membahas hal yang sejenis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Politik


2.1.1 Pengertian Etika
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). (Kaelan, 2010,
Pendidikan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma, halaman 86)
Etika dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika umum membahas prinsip-prinsip dasar segenap tindakan manusia, sedangkan
etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan kewajiban
manusia dalam berbagai lingkup kehidupannya. (diambil dari
http://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2012/10/bab-04-pancasila-sebagai-etika-
politik.pdf , tanggal. 14 November 2014)
Etika khusus dibedakan menjadi, pertama etika individu, yaitu membahas
tentang kewajiban manusia sebagai individu terhadap dirinya sendiri, serta melalui
suara hati terhadap Tuhannya, dan kedua etika sosial, yaitu membahas tentang
kewajiban serta norma-norma moral yang seharusnya dipatuhi dalam hubungan
dengan sesama manusia, masyarakat bangsa dan negara. Etika sosial banyak memuat
etika yang khusus mengenai wilayah-wilayah kehidupan manusia tertentu, misal
etika keluarga, etika profesi, etika lingkungan, etika pendidikan, etika seksual, dan
termasuk juga etika politik yang menyangkut dimensi politik manusia. (Kaelan,
2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma, halaman 94).

2.1.2 Pengertian Politik


Pengertian Politik berasal dari kosa kata Politics yang memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan

4
tujuan-tujuan tersebut. Pengambilan keputusan atau decisionmaking mengenai
apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu yang menyangkut seleksi antara
beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang dipilih.
Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-
kebijaksanaan umum atau public policies , yang menyangkut pengaturan dan
pembagian atau distributions dari sumber-sumber yang ada. Untuk melakukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu diperlukan suatu kekuasaan (power), dan
kewenangan (authority) yang akan dipakai baik untuk membina kerjasama maupun
menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang
dipakai dapat bersifat persuasi dan jika perlu dilakukan suatu pemaksaan (coercion).
Tanpa adanya suatu paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan
keinginan belaka (statement of intents) yang tidak akan pernah terwujud.
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public
goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga
masyarakat maupun perseorangan.
Berdasarkan pengertian pokok tentang politik, maka secara operasional
bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara
(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decisionmaking), kebijaksanaan
(policy), pembagian (distribution), serta alokasi (allocation) (Budiardjo, 1981 : 8,9).
Dalam hubungan dengan etika politik, maka pengertian politik harus dipahami dalam
arti yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh yang membentuk suatu persekutuan
hidup yang disebut masyarakat negara. (Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila,
Yogyakarta, Paradigma, halaman 95,96 )

2.1.3 Pengertian Etika Politik


Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika politik adalah suatu
pemikiran tentang pandangan-pandangan moral dalam melaksanakan bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem negara yang menyangkut proses penentuan
tujuan dari sistem itu yang melibatkan seluruh masyarakat negara. Sebagai salah satu
cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan filsafat. Etika
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Etika berkaitan dengan

5
norma moral, yaitu norma untuk mengukur benar salahnya tindakan manusia sebagai
manusia. Dengan demikian, etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan
kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga negara terhadap
negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya. (diambil dari
http://ardianputrags.blogspot.com/2013/12/pancasila-sebagai-etika.html?m=1 ,
tanggal 14 November 2014)
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat
teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan
secara rasional objektif dan argumentatif. Etika politik tidak langsung mencampuri
politik praktis, karena tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-
masalah ideologis dapat dijalankan secara obyektif.
Hukum dan kekuasaan negara merupakan pembahasan utama etika politik.
Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan negara
sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda
kemampuan manusia (makhluk individu dan sosial). Jadi, etika politik membahas
hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi
moral bagi suatu negara adalah adanya cita-cita The Rule Of Law, partisipasi
demokratis masyarakat, jaminan HAM menurut kekhasan paham kemanusiaan dan
sturktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan sosial.

2.2 Nilai Nilai Etika yang Terkandung dalam Pancasila


Sebagaimana dipahami bahwa sila-sila pancasila adalah suatu sistem nilai,
artinya setiap sila memang memiliki nilai akan tetapi masing-masing sila saling
berhubungan, saling ketergantungan secara sistemik dan diantara nilai satu sila
dengan sila lainnya memiliki tingkatan. Nilai-nilai tersebut berupa nilai-nilai religius,
nilai adat istiadat kebudayaan dan setelah disahkan menjadi dasar negara terkandung
di dalamnya nilai kenegaraan. (Kaelan, 2009, Filsafat Pancasila, Yogyakarta,
Paradigma, halaman 140).
Dalam sila sila Pancasila nilai nilai yang terkandung sebagai berikut:
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung
makna bahwa negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama

6
diakui di Indonesia) untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran
agamanya tanpa ada paksaan dari siapa pun untuk memeluk agama, bukan
mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya
kepada orang lain, menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama, dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa
setiap warga negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena
Indonesia berdasarkan atas negara hukum. Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia,
menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bertingkah laku sesuai dengan adab dan
norma yang berlaku di masyarakat.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh
penduduk yang mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan
saudara, tanpa pernah membedakan suku, agama, dan ras bahkan adat istiadat
atau kebudayaan. Penduduk Indonesia adalah satu yakni satu bangsa Indonesia,
cinta terhadap bangsa dan tanah air, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, rela berkorban demi bangsa dan negara, menumbuhkan rasa senasib
dan sepenanggungan.
d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan
keputusan hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat,
bukan hanya mementingkan segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya
akan menimbulkan anarkisme, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,
melakukan musyawarah, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat,
baru sesudah itu diadakan tindakan bersama dengan mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.
e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Mengandung
maksud bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan
yang layak sesuai dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan,

7
mengandung arti bersikap adil terhadap sesama, menghormati dan menghargai
hak-hak orang lain, kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat, seluruh
kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama menurut
potensi masing-masing, segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat,
memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan
tercapai secara merata. Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup, akan
tetapi juga kesetaraan dalam hal mengenyam pendidikan. (diambil dari
http://rohimzoom.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sistem-etika.html ,
tanggal 14 November 2014)

2.3 Pancasila dalam Kedudukannya sebagai Etika Politik


Sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar
kekuasaan dalam negeri di jalankan sesuai dengan:
a) Asas legalitas (legitimasi hukum).
b) Di sahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis)
c) Dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip moral / tidak bertentangan
dengannya (legitimasi moral).
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, baik menyangkut kekuasan, kebijaksanaan
yang menyangkut publik, pembagian serta kewenangan harus berdasarkan legitimasi
moral religius (sila 1) serta moral kemanusiaan (sila 2). Negara Indonesia adalah
negara hukum, oleh karena itu keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial)
sebagaimana terkandung dalam sila 5, merupakan tujuan dalam kehidupan negara.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan dan penyelenggraan negara, segala kebijakan,
kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa harus berdasarkan atas hukum
yang berlaku.
Negara berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang
dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila 4). Oleh karena itu, rakyat merupakan asal
mula kekuasan negara. Pelaksanaan dan penyelenggraan negara segala

8
kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan pada rakyat sebagai
pendukung pokok negara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut
agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas (legitimasi
hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku, disahkan dan
dijalankan secara demokratis (legitimasi demokrasi), dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip moral (legitimasi moral). Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara, baik itu
yang berhubungan dengan kekuasaan, kebijakan umum, pembagian serta
kewenangan harus berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam pancasila.
Dengan demikian, pancasila merupakan sumber moralitas dalam proses
penyelenggaraan negara, terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan
dan hukum. Pelaksanaan kekuasaan dan penegakan hukum dinilai bermoral jika
selalu berdasarkan pancasila, bukan berdasarkan kepentingan penguasa belaka. Jadi
pancasila merupakan tolok ukur moralitas suatu penggunaan kekuasaan dan
penegakan hukum.
Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernyataan
tersebut secara normatif merupakan artikulasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi harus diingat, pernyataan tersebut
bukan sebuah penegasan bahwa Indonesia adalah negara teokrasi yang mendasarkan
kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara berdasarkan legitimasi religious,
dimana kekuasaan kepala negara bersifat absolute atau mutlak. Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa lebih berkaitan legitimasi moral. Artinya, proses penyelenggaraan negara
dan kehidupan negara tidak boleh diarahkan pada paham anti Tuhan dan anti agama,
akan tetapi kehidupan dan penyelenggaraan negara harus selalu berdasarkan nilai-
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian sila pertama merupakan
legitimasi.
Selain berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, negara Indonesia juga harus
berkemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan kata lain, kemanusiaan yang adil dan
beradab memberikan legitimasi moral kemanusiaan dalam penyelenggaraan negara.
Negara pada prinsipnya adalah persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Manusia merupakan dasar kehidupan serta pelaksanaan dan

9
penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, asas-asas kemanusiaan mempunyai
kedudukan mutlak dalam kehidupan negara dan hukum, sehingga jaminan hak asasi
manusia harus diberikan kepada setiap warga negara. Sila Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa. Kedua sila tersebut memberikan legitimasi moral religius (sila Ketuhanan
Yang Maha Esa) dan legitimasi moral kemanusiaan (sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab) dalam kehidupan dan proses penyelenggaraan negara, sehingga negara
Indonesia tidak terjerumus ke dalam negara kekuasaan.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan juga merupakan sumber etika politik bagi bangsa
Indonesia. Sila ini menegaskan bahwa negara berasal dari rakyat dan segala
kebijakan dan kekuasaan diarahkan senantiasa untuk rakyat. Sila ini memberikan
legitimasi demokrasi bagi penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, dalam proses
penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kewenangan, dan kekuasaan harus
dikembalikan kepada rakyat. Dengan demikian, aktivitas politik praktis yang
menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif serta konsep pengambilan
keputusan, pengawasan dan partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari rakyat.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberikan legitimasi
hukum (legalitas) dalam kehidupan dan penyelenggaraan negara. Indonesia
merupakan negara hukum yang selalu menjunjung tinggi aspek keadilan sosial.
Keadilan sosial merupakan tujuan dalam kehidupan negara, yang menunjukkan
setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan adil dalam bidang hukum,
politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Oleh karena itu, untuk mencapai aspek
keadilan tersebut, kehidupan dan penyelenggaraan negara harus senantiasa
berdasarkan hukum yang berlaku. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip keadilan
dalam kehidupan negara, yang bisa mengakibatkan hancurnya tatanan hidup
kenegaraan serta terpecahnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila harus dijadikan
patokan bagi setiap penyelenggara negara dan rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut
harus diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga pada akhirnya
akan terbentuk suatu pemerintahan yang etis serta rakyat yang bermoral pula.

10
(diambil dari http://listonforindonesia.blogspot.com/2013/05/pancasila-sebagai-etika-
politik.html , tanggal 14 November 2014)

2.4 Penerapan Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum


Manusia dalam hidupnya tidak lepas dari manusia lain. Untuk itu, manusia
perlu hidup berkelompok (zoon politicon) yang menampilkan insan berfikir sekaligus
sebagai insan usaha (homo economicus). Hal itu dilakukan selain sebagai kodratnya,
dimaksudkan untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Bangsa Indonesia memilih bentuk (organisasi) negara yang dinamakan
Republik yang merupakan suatu pola yang mengutamakan pencapaian kepentingan
umum (republica) dan bukan kepentingan perseorangan atau kepentingan golongan.
Pada umumnya, kegiatan kenegaraan kaitannya dengan hasil perjanjian
bermasyarakat, orang beranggapan bahwa kegiatan kenegaraan meliputi:
1. Membentuk hukum atau kewenangan legislatif.
2. Menerapkan hukum atau kewenangan eksekutif.
3. Menegakkan hukum atau kewenangan yudikatif.
Oleh karena itu, analisis kenegaraan tidak dapat dipisahkan dari analisis tata hukum.
Konstitusi adalah suatu pola hidup berkelompok dalam organisasi negara,
yang seringkali diperluas dalam organisasi apapun. Sebagai pola hidup berkelompok
dalam organisasi negara maka konstitusi pada umumnya memuat:
1. Hal-hal yang dianggap fundamental dalam berorganisasi.
2. Hal-hal yang dianggap penting dalam hidup berkelompok oleh suatu bangsa,
sekalipun oleh bangsa lain tidak dianggap demikian.
3. Hal-hal yang dicita-citakan, sekalipun hal itu seolah-olah sulit untuk dicapai
karena idealistik.
(diambil dari http://kanjengsenopatiawan.blogspot.com/2012/06/peranan-pancasila-
sebagai-etika-politik.html?m=1 , tanggal 14 November 2014)
Nilai nilai etika harus diterapkan atau diimplementasikan dalam kehidupan
kenegaraan dan hukum. Dalam menerapkan etika ini sikap masyarakat Indonesia
harus mengikuti nilai, norma dan moral yang berlaku. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai nilai, norma dan moral.

2.4.1 Pengertian Nilai


Menurut Dictionary of Sosiology and Related Sciences, nilai (value) adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia.
Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok.
Nilai atau value (bahas Inggris) termasuk bidang kajian filsafat, persoalan-

11
persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat
nilai (Axiology, theory of value). Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang
nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda
abstrak yang artinya kebiasaan (wath) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja
yang artinya suatu tindakan kejiwaan tentu dalam menilai atau melakukan penilaian
(Frankena, 229). (Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma,
halaman 87).

Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping
sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah
wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan
antarmanusia dan menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan
nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat maupun politik. Sifat dari suatu benda yang dapat menarik minat
seseorang atau kelompok, (he believed capacity of any object to statistfy a human
desire). Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek itu sendiri. Di mana dalam nilai itu terkandung cita-cita, harapan-
harapan, dambaan-dambaan dan keharusan.

2.4.2 Pengertian Norma


Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya perwujudkan
martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral, dan religi. Norma
merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk
dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Norma memiliki kekuatan
untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi, seperti :
a. Norma agama, sanksinya dari Tuhan
b. Norma kesusilaan, sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri.
c. Norma kesopanan, sanksinya berupa dikucilkan dalam pergaulan masyarakat.

12
d. Norma hukum, sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang
dipaksakan oleh alat negara.
(diambil dari http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/389/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-
19403-4-(pertemu-k.pdf , tanggal 14 November 2014)

2.4.3 Pengertian Moral


Moral berasal dari kata mos (moras) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku
dan perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah, dan
norma yang berlaku dalam masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar
secara moral. Jika sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral
dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik,
terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan
norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral
filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma dan
moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.
(diambil dari http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/388/jbptunikompp-gdl-tatikfidow-
19377-5-pertemua-x.doc , tanggal 14 November 20014 )

2.4.4 Hubungan antara Nilai, Norma, dan Moral


Keterkaitan nilai, norma, dan moral merupakan suatu kenyataan yang
seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.
Keterkaitan itu mutlak digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa, dan
negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan
tingkah laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan
memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat
ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu, hubungan antara moral
dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun
demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh

13
dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan
pihak yang memberikan ajaran moral.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika politik adalah suatu pemikiran tentang pandangan moral dalam
melaksanakan bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem itu yang melibatkan seluruh
masyarakat negara. Dari arti kata etika dan politik (etika politik) kita dapat
menangkap bahwa etika berada pada ruang lingkup dunia filsafat yang tentunya
penuh dengan pandangan-pandangan yang bersifat absolut dan kemurnian,
sedangkan politik berada pada ruang lingkup dunia nyata yang tentunya penuh
dengan dunia pragmatisme. Oleh karena itu, tidak mudah untuk menangkap makna
etika politik, sebab kata etika berada dalam cita, sedangkan kata politik berada dalam
dunia nyata. (M.Syamsudin, dkk, 2009, Pendidikan Pancasila; Menempatkan
Pancasila dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan, Yogyakarta, Total Media,
halaman 139 ).

Nilai etika juga terkandung dalam pancasila, nilai nilai tersebut berupa nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Seperti yang kita ketahui, sila-sila pancasila adalah suatu sistem nilai, artinya setiap
sila memang memiliki nilai akan tetapi masing-masing sila saling berhubungan,
saling ketergantungan secara sistemik dan diantara nilai satu sila dengan sila lainnya
memiliki tingkatan.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut agar


kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas (legitimasi hukum),
yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku, disahkan dan dijalankan secara
demokratis (legitimasi demokrasi), dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
moral (legitimasi moral).

Nilai-nilai etika harus diterapkan atau diimplementasikan dalam kehidupan


kenegaraan dan hukum. Dalam menerapkan etika ini sikap masyarakat Indonesia
harus mengikuti nilai, norma dan moral yang berlaku. Nilai (value) adalah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia.

15
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan motivasi tertentu. Dan moral adalah ajaran tentang hal yang baik
dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. . Nilai, norma dan
moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.
Nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku manusia, dalam kaitannya
dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan menyebabkan
seseorang bertindak secara jujur dan memperoleh martabat.

Dengan demikian, meskipun fokus perbincangan politik adalah masalah


kekuasaan, tetapi pada aspek etika politik tidak hanya berfokus pada masalah
legitimasi kekuasaan, namun juga menyangkut perilaku atau tindakan politik dari
seluruh partisipan kehidupan politik (rakyat). Suatu perilaku atau tindakan politik
yang etis tentulah mengacu pada nilai-nilai moral tertentu (nilai-nilai etik yang
terkandung dalam Pancasila), agar dipercaya akan adanya basis moral yang
semestinya menjadi dasar dari suatu tindakan atau perilaku politik tertentu.

3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa yang berintelektual hendaknya kita memahami
makna yang terkandung dalam Pancasila, kita harus menanamkan nilai nilai
Pancasila di dalam diri kita. Karena dalam Pancasila terkandung nilai nilai luhur
yang harus kita laksanakan dalam kehidupan sehari hari . Etika harus diutamakan,
bukan hanya di rumah dan di kampus (di sekolah) kita harus beretika, dalam
menjalin hubungan dengan orang lain pun kita harus beretika lebih lebih dalam
membangun hubungan dibidang politik, karena etika akan menentukan sifat dan
kepribadian kita sebagai warga negara Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2009. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

M.Syamsudin, dkk. 2009. Pendidikan Pancasila, Menempatkan Pancasila dalam


Konteks Keislaman dan Keindonesiaan. Yogyakarta : Total Media.

Putra, Ardian. 2013. Pancasila Sebagai Etika. From


http://ardianputrags.blogspot.com/2013/12/pancasila-sebagai-etika.html?m=1, 14
November 2014

Bismark Fernando, Rowland. 2013. Pancasila Sebagai Etika Politik. From


http://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2012/10/bab-04-pancasila-sebagai-
etika-politik.pdf, 14 November 2014

Rohim, Abdur. 2013. Solusi Pancasila Sebagai Etika. Form


http://rohimzoom.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sistem-etika.html, 14
November 2014

Rusdiawan,Hendra. 2012. Peranan Pancasila Sebagai Etika Politik Bangsa. From


http://kanjengsenopati.blogspot.com/2012/06/peranan-pancasila-sebagai-etika-
politik.html?m=1, 14 November 2014

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/388/jbptunikompp-gdl-tatikfidow-19377-5-
pertemuan-x.doc

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/389/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-19403-4-
pertemu-k.pdf

Panjaitan,Liston. 2013. Pancasila Sebagai Etika Politik Indonesia. From


http://listonforindonesia.blogspot.com/2013/05/pancasila-sebagai-etika-
politik.html, 14 November 2014

17

Anda mungkin juga menyukai