Oleh:
Kelompok 2
D4 AKUNTANSI MANAJERIAL
JURUSAN AKUNTANSI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang
berjudul Pancasila sebagai Etika Politik dengan baik dan lancar.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan
datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami selaku penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, serta bisa menjadi tambahan referensi
pada penyusunan makalah di masa yang akan datang dibidang Pendidikan Pancasila
terutama mengenai Pancasila sebagai Etika Politik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.1 Pengertian Etika Politik.......................................................................................4
2.1.1 Pengertian Etika............................................................................................4
2.1.2 Pengertian Politik.........................................................................................4
2.1.3 Pengertian Etika Politik................................................................................5
2.2 Nilai Nilai Etika yang Terkandung dalam Pancasila........................................6
2.3 Pancasila dalam Kedudukannya sebagai Etika Politik........................................8
2.4 Penerapan Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum............................11
2.4.1 Pengertian Nilai..........................................................................................12
2.4.2 Pengertian Norma.......................................................................................12
2.4.3 Pengertian Moral........................................................................................13
2.4.4 Hubungan antara Nilai, Norma, dan Moral................................................13
BAB III PENUTUP....................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................15
3.2 Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Etika dalam berpolitikpun demikian, semakin bergeser dari waktu kewaktu.
Etika dalam berpolitik telah ada dalam pancasila. Setiap sila-sila dalam pancasila
memiliki nilai-nilai etika masing-masing yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai wujud etika politik yang sesungguhnya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pancasila memiliki peranan penting
dalam pembangunan bangsa dan pembangunan jiwa serta moral bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyusun makalah yang berjudul Pancasila
sebagai Etika Politik. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
b) Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kedudukan pancasila
sebagai etika politik.
2
2. Bagi Dosen
Sebagai tambahan bahan ajar serta sebagai objek penilaian terhadap
mahasiswa Politeknik Negeri Bali.
3. Bagi Politeknik Negeri Bali
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
referensi bacaan di perpustakaan sebagai pedoman atau bahan pertimbangan oleh
pihak lain dalam membahas hal yang sejenis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
tujuan-tujuan tersebut. Pengambilan keputusan atau decisionmaking mengenai
apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu yang menyangkut seleksi antara
beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang dipilih.
Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-
kebijaksanaan umum atau public policies , yang menyangkut pengaturan dan
pembagian atau distributions dari sumber-sumber yang ada. Untuk melakukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu diperlukan suatu kekuasaan (power), dan
kewenangan (authority) yang akan dipakai baik untuk membina kerjasama maupun
menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang
dipakai dapat bersifat persuasi dan jika perlu dilakukan suatu pemaksaan (coercion).
Tanpa adanya suatu paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan
keinginan belaka (statement of intents) yang tidak akan pernah terwujud.
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public
goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga
masyarakat maupun perseorangan.
Berdasarkan pengertian pokok tentang politik, maka secara operasional
bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan negara
(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decisionmaking), kebijaksanaan
(policy), pembagian (distribution), serta alokasi (allocation) (Budiardjo, 1981 : 8,9).
Dalam hubungan dengan etika politik, maka pengertian politik harus dipahami dalam
arti yang lebih luas, yaitu menyangkut seluruh yang membentuk suatu persekutuan
hidup yang disebut masyarakat negara. (Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila,
Yogyakarta, Paradigma, halaman 95,96 )
5
norma moral, yaitu norma untuk mengukur benar salahnya tindakan manusia sebagai
manusia. Dengan demikian, etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan
kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga negara terhadap
negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya. (diambil dari
http://ardianputrags.blogspot.com/2013/12/pancasila-sebagai-etika.html?m=1 ,
tanggal 14 November 2014)
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat
teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan
secara rasional objektif dan argumentatif. Etika politik tidak langsung mencampuri
politik praktis, karena tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-
masalah ideologis dapat dijalankan secara obyektif.
Hukum dan kekuasaan negara merupakan pembahasan utama etika politik.
Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan negara
sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda
kemampuan manusia (makhluk individu dan sosial). Jadi, etika politik membahas
hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi
moral bagi suatu negara adalah adanya cita-cita The Rule Of Law, partisipasi
demokratis masyarakat, jaminan HAM menurut kekhasan paham kemanusiaan dan
sturktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan sosial.
6
diakui di Indonesia) untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran
agamanya tanpa ada paksaan dari siapa pun untuk memeluk agama, bukan
mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya
kepada orang lain, menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama, dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa
setiap warga negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena
Indonesia berdasarkan atas negara hukum. Mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia,
menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bertingkah laku sesuai dengan adab dan
norma yang berlaku di masyarakat.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh
penduduk yang mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan
saudara, tanpa pernah membedakan suku, agama, dan ras bahkan adat istiadat
atau kebudayaan. Penduduk Indonesia adalah satu yakni satu bangsa Indonesia,
cinta terhadap bangsa dan tanah air, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, rela berkorban demi bangsa dan negara, menumbuhkan rasa senasib
dan sepenanggungan.
d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan
keputusan hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat,
bukan hanya mementingkan segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya
akan menimbulkan anarkisme, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,
melakukan musyawarah, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat,
baru sesudah itu diadakan tindakan bersama dengan mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.
e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Mengandung
maksud bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan
yang layak sesuai dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan,
7
mengandung arti bersikap adil terhadap sesama, menghormati dan menghargai
hak-hak orang lain, kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat, seluruh
kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama menurut
potensi masing-masing, segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat,
memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan
tercapai secara merata. Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup, akan
tetapi juga kesetaraan dalam hal mengenyam pendidikan. (diambil dari
http://rohimzoom.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sistem-etika.html ,
tanggal 14 November 2014)
8
kebijaksanaan, kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan pada rakyat sebagai
pendukung pokok negara.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, etika politik menuntut
agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan asas legalitas (legitimasi
hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku, disahkan dan
dijalankan secara demokratis (legitimasi demokrasi), dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip moral (legitimasi moral). Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara, baik itu
yang berhubungan dengan kekuasaan, kebijakan umum, pembagian serta
kewenangan harus berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam pancasila.
Dengan demikian, pancasila merupakan sumber moralitas dalam proses
penyelenggaraan negara, terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan
dan hukum. Pelaksanaan kekuasaan dan penegakan hukum dinilai bermoral jika
selalu berdasarkan pancasila, bukan berdasarkan kepentingan penguasa belaka. Jadi
pancasila merupakan tolok ukur moralitas suatu penggunaan kekuasaan dan
penegakan hukum.
Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernyataan
tersebut secara normatif merupakan artikulasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Akan tetapi harus diingat, pernyataan tersebut
bukan sebuah penegasan bahwa Indonesia adalah negara teokrasi yang mendasarkan
kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara berdasarkan legitimasi religious,
dimana kekuasaan kepala negara bersifat absolute atau mutlak. Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa lebih berkaitan legitimasi moral. Artinya, proses penyelenggaraan negara
dan kehidupan negara tidak boleh diarahkan pada paham anti Tuhan dan anti agama,
akan tetapi kehidupan dan penyelenggaraan negara harus selalu berdasarkan nilai-
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian sila pertama merupakan
legitimasi.
Selain berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, negara Indonesia juga harus
berkemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan kata lain, kemanusiaan yang adil dan
beradab memberikan legitimasi moral kemanusiaan dalam penyelenggaraan negara.
Negara pada prinsipnya adalah persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Manusia merupakan dasar kehidupan serta pelaksanaan dan
9
penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, asas-asas kemanusiaan mempunyai
kedudukan mutlak dalam kehidupan negara dan hukum, sehingga jaminan hak asasi
manusia harus diberikan kepada setiap warga negara. Sila Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa. Kedua sila tersebut memberikan legitimasi moral religius (sila Ketuhanan
Yang Maha Esa) dan legitimasi moral kemanusiaan (sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab) dalam kehidupan dan proses penyelenggaraan negara, sehingga negara
Indonesia tidak terjerumus ke dalam negara kekuasaan.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan juga merupakan sumber etika politik bagi bangsa
Indonesia. Sila ini menegaskan bahwa negara berasal dari rakyat dan segala
kebijakan dan kekuasaan diarahkan senantiasa untuk rakyat. Sila ini memberikan
legitimasi demokrasi bagi penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, dalam proses
penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kewenangan, dan kekuasaan harus
dikembalikan kepada rakyat. Dengan demikian, aktivitas politik praktis yang
menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif serta konsep pengambilan
keputusan, pengawasan dan partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari rakyat.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberikan legitimasi
hukum (legalitas) dalam kehidupan dan penyelenggaraan negara. Indonesia
merupakan negara hukum yang selalu menjunjung tinggi aspek keadilan sosial.
Keadilan sosial merupakan tujuan dalam kehidupan negara, yang menunjukkan
setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan adil dalam bidang hukum,
politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Oleh karena itu, untuk mencapai aspek
keadilan tersebut, kehidupan dan penyelenggaraan negara harus senantiasa
berdasarkan hukum yang berlaku. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip keadilan
dalam kehidupan negara, yang bisa mengakibatkan hancurnya tatanan hidup
kenegaraan serta terpecahnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila harus dijadikan
patokan bagi setiap penyelenggara negara dan rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut
harus diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga pada akhirnya
akan terbentuk suatu pemerintahan yang etis serta rakyat yang bermoral pula.
10
(diambil dari http://listonforindonesia.blogspot.com/2013/05/pancasila-sebagai-etika-
politik.html , tanggal 14 November 2014)
11
persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat
nilai (Axiology, theory of value). Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang
nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda
abstrak yang artinya kebiasaan (wath) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja
yang artinya suatu tindakan kejiwaan tentu dalam menilai atau melakukan penilaian
(Frankena, 229). (Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma,
halaman 87).
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping
sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah
wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan
antarmanusia dan menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan
nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat maupun politik. Sifat dari suatu benda yang dapat menarik minat
seseorang atau kelompok, (he believed capacity of any object to statistfy a human
desire). Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek itu sendiri. Di mana dalam nilai itu terkandung cita-cita, harapan-
harapan, dambaan-dambaan dan keharusan.
12
d. Norma hukum, sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang
dipaksakan oleh alat negara.
(diambil dari http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/389/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-
19403-4-(pertemu-k.pdf , tanggal 14 November 2014)
13
dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada di tangan
pihak yang memberikan ajaran moral.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika politik adalah suatu pemikiran tentang pandangan moral dalam
melaksanakan bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem negara yang
menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem itu yang melibatkan seluruh
masyarakat negara. Dari arti kata etika dan politik (etika politik) kita dapat
menangkap bahwa etika berada pada ruang lingkup dunia filsafat yang tentunya
penuh dengan pandangan-pandangan yang bersifat absolut dan kemurnian,
sedangkan politik berada pada ruang lingkup dunia nyata yang tentunya penuh
dengan dunia pragmatisme. Oleh karena itu, tidak mudah untuk menangkap makna
etika politik, sebab kata etika berada dalam cita, sedangkan kata politik berada dalam
dunia nyata. (M.Syamsudin, dkk, 2009, Pendidikan Pancasila; Menempatkan
Pancasila dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan, Yogyakarta, Total Media,
halaman 139 ).
Nilai etika juga terkandung dalam pancasila, nilai nilai tersebut berupa nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
Seperti yang kita ketahui, sila-sila pancasila adalah suatu sistem nilai, artinya setiap
sila memang memiliki nilai akan tetapi masing-masing sila saling berhubungan,
saling ketergantungan secara sistemik dan diantara nilai satu sila dengan sila lainnya
memiliki tingkatan.
15
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan motivasi tertentu. Dan moral adalah ajaran tentang hal yang baik
dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. . Nilai, norma dan
moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.
Nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku manusia, dalam kaitannya
dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan menyebabkan
seseorang bertindak secara jujur dan memperoleh martabat.
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa yang berintelektual hendaknya kita memahami
makna yang terkandung dalam Pancasila, kita harus menanamkan nilai nilai
Pancasila di dalam diri kita. Karena dalam Pancasila terkandung nilai nilai luhur
yang harus kita laksanakan dalam kehidupan sehari hari . Etika harus diutamakan,
bukan hanya di rumah dan di kampus (di sekolah) kita harus beretika, dalam
menjalin hubungan dengan orang lain pun kita harus beretika lebih lebih dalam
membangun hubungan dibidang politik, karena etika akan menentukan sifat dan
kepribadian kita sebagai warga negara Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/388/jbptunikompp-gdl-tatikfidow-19377-5-
pertemuan-x.doc
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/389/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-19403-4-
pertemu-k.pdf
17