Anda di halaman 1dari 52

TUGAS SISTEM REPRODUKSI II

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN PREMATURE

DISUSUN OLEH KELOMPOK 15 :


1. AYU FITRIA SIYAMTI (201401057)
2. ANISAH NUR JARIYAH (201401079)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2017 - 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Sistem Reproduksi II BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN PREMATURE
dengan tepat waktu. Shalawat beserta salam kami sanjungkan kepangkuan Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, terutama dosen pembimbing.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan baik dari
segi isi, maupn dari segi penulisan, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini.

Mojokerto,

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
1.3 Sistematika ............................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1 DEFINISI BBLR .................................................................................... 3
2.2 ETIOLOGI.............................................................................................. 3
2.3 PENATALAKSANAN ............................................................................ 6
2.4 PROGNOSA ........................................................................................... 8
2.5 Komplikasi ............................................................................................. 8
2.6 Pemantauan (Monitoring) ...................................................................... 9
2.7 Pencegahan ............................................................................................ 10
2.8 Pengertian Prematur................................................................................ 11
2.9 Faktor Risiko Prematur ........................................................................... 11
2.10 PATHWAY ............................................................................................ 17
2.11 Klasifikasi pada bayi premature ............................................................. 18
2.12 Karakteristik Bayi Premature ................................................................. 19
2.13 Problematik : bayi premature.................................................................. 21
2.14 Komplikasi umum pada Bayi Premature ................................................ 23
2.15 Penatalaksanaan ...................................................................................... 23
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN BBLR DAN PREMATUR .............. 26
3.1 uhan Keperawatan Pada Neonatus dengan BBLR .................................... 26
3.1.1 Pengkajian ............................................................................................... 26
3.3.2 Analisa Data dan Perumusan Masalah ................................................... 31
3.3.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 33
3.3.4 Tahap Pelaksanaan Tindakan ................................................................ 41

iii
3.3.5 Tahap Evaluasi ...................................................................................... 41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 46
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 46
4.2 Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Periode segera setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak


menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya ( intra uterus ) dengan lingkungan kehidupan sekarang ( ekstra
uterus ) yang sangat berbeda.

Di dalam uterus, janin hidup dan tumbuh dengan segala kenyamanan karena
ia tumbuh dari hari dari hari ke hari tanpa upaya dari dirinya. Hal ini berarti, janin
tumbuh dan hidup bergantung pada ibunya.

Di Indonesia data yang menunjukkan bahwa IMR ( Inflant Mortality Rate )


masih tinggi. Pada tahun 1995, IMR di Indonesia bervariasi di berbagai propibsi,
yang terendah 55/100 kelahiran hidup. ( Jakarta ) dan tertinggi 1001/100 kelahiran
hidup ( Mataram ) yang penting diketahui adalah kenyataan penyumbang terbesar
dari IMR tersebut berasal dari kelompok bayi resikio tinggi.

Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia kesehatan
supaya kasus-kaus tersebut dapat teratasi atau paling tidak memperkecil
kemungkinan segala komplikasi.

Untuk dapat mencapai target dan tujuan diatas serta untuk mewujudkan
Indonesia sehat 2010 dalam dunia kesehatan dan masyarakat diperlukan
kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan yang berkualitas, baik dokter, bidan,
perawat maupun tenaga kesehatan yang lain yang berkecimpung di dalamnya

1
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan pada bayu dan


neonatus dapat memperluas, memperbanyak pengetahuan ketrampilan mengenai
tindakan kegawat daruratan

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah pembuatan asuhan keperawatan pada By NyS dengan premature


diharapkan mahasiswa dapat:

Melakukan pengkajian
Mengidentifikasi masalah
Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
Melaksanakan tindakan
Melaksanakan evaluasi

1.3 Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Landasan Teori
3. Bab III Tinjauan kasus
4. Bab IV Pembahasan
5. Bab V penutup
Daftar pustaka

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). (Sarwono
Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2004)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). (Pelatihan PONED Komponen
Neonatal, 2004)
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir
rendah di bedakan:

Bayi berat lahir rendah , berat lahir 1500 2500 gram


Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram
2.2 ETIOLOGI

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu


yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR (Mitayani,2009)

1. Faktor ibu

A. Gizi saat hamil yang kurang


B. Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
C. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
D. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah
E. Faktor pekerja yang terlalu berat

3
2. Faktor kehamilan

A. Hamil dengan hidramnion


B. Hamil ganda
C. Perdarahan anterpatum
D. Komplikasi hamil : pre-eklamsi atau eklamsia, ketuban pecah dini

3. Faktor Janin

A. Cacat bawaan
B. Infeksi dalam rahim

4
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
2. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
3. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4. Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5. Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
9. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan
pelipis dahi dan lengan
10. Lemak subkutan kurang
11. Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora
12. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

2.2.1 DISMATUR
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan .
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu

1. Proportionate IUGR

Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga

5
berat,panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya.

2. Disporpotionate IUGR

Trejadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai


beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted
dengan tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering
keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang

Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur


1. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit
diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah
pegunungan , hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse,
peminum alkohol

1. Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi


tali pusat yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari
kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas
3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis)
4. Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui
2.3 PENATALAKSANAN
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan
yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan
ditujukan pada pengaturan suhu , pemebrian makanan bayi, Ikterus , pernapasan,
hipoglikemi dan menghindari infeksi
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.

Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi karena pusat pengaturasn panas belum berfungsi dengan baik
metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi
prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya

6
mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus
dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas
badannya dapat dipertahhankan.
2. Makanan bayi premtur.

Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencrnaan belum
matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB
sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minumbayi sekitar 3 jam
setelahn lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih
lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sesikit dengan
frekwensi yang lebih sering. Asi merupakan makanan yasng paling utama
sehingga ASI lah ynag paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan lahan
atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60
cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kfBB/hari
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa.
4. pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan
5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur

7
6. Menghindari Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

2.4 PROGNOSA
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal misalnya masa gestasi ( makin muda masa gestasi / makin rendah berat
bayi , makin tinggi angka kematian ) , asfiksia/iskemia otak , sindroma gangguan
pernapasan , perdarahan interafentrikuler , displasia bronkopulmonal, retrolental
fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi,
hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan persalinan dan pos natal
(pengaturan suhun lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi
gangguan pernapasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain lain )

Pengamatan Lebih Lanjut


Bila bayi berat lahir rendah dapat mengatasi problematik yang dideritanya
perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami
gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat
dan penyakit penyakit seperti Hidrosefalus, Cerebral palsy dan sebagainya

2.5 komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara
lain :
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus

8
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
2.6 Pemantauan (Monitoring)
2.6.1 Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodik
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10% untuk bayi dengan berat lair 1500 gram dan 15% untuk bayi
dengan berat lahir <1500>
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari

9
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
2.6.2 Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
Hitung umur koreksi
Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
Awasi adanya kelainan bawaan
2.7 Pencegahan
Pada kaaus bayu berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah
langkah yang penting. Hal - hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali
selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin
yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur
reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hami

10
2.8 Pengertian Prematur
Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur,
yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat,
serta dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge,
2008).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat
hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000 - 2500 gram
atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
2.9 Faktor Risiko Prematur
a. Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/ Janin)
Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini dengan seksio sesarea karena
alasan bahwa bayi lebih baik dirawat di bangsal anak daripada dibiarkan
dalam rahim. Hal ini dilakukan dengan alasan ibu atau janin dalam
keadaan seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam kehamilan
dan terjadi gangguan pertumbuhan intrauterin (Oxorn,2003).
b. Faktor Maternal
1) Umur ibu
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 - 35 tahun.
Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis
masih kurang, misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan
zat - zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia 10 lebih dari
35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya tahan
tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini
(Widyastuti, dkk, 2009).
Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi
mengalami penyulit obstetri serta morbiditas dan mortalitas perinatal.
Wanita berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan dalam
masalah hipertensi, diabetes, solusio plasenta, persalinan prematur,
lahir mati dan plasenta previa (Cunningham, 2006).

11
2) Paritas ibu
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (Saifuddin, 2007).
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram
yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak
diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu
(Sumarah,2008).
Macam paritas menurut Varney (2008) dibagi menjadi:
a. Primiparitas
Seorang wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk
pertama kali.
b. Multiparitas
Wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali
(sampai 5 kali atau lebih).
3) Trauma
Terjatuh, setelah berhubungan badan, terpukul pada perut atau
mempunyai luka bekas operasi/ pembedahan seperti bekas luka SC
merupakan trauma fisik pada ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.
Sedangkan trauma psikis yang dapat mempengaruhi kehamilan ibu
adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga kehamilan ibu
terganggu. Ibu yang mengalami jatuh, terpukul pada perut atau riwayat
pembedahan seperti riwayat SC sebelumnya (Oxorn, 2003).
Melakukan hubungan seksual dapat terjadi trauma kerena
menimbulkan rangsangan pada uterus sehingga terjadi kontraksi uterus
(Bobak, 2004). Sperma yang mengandung hormon prostaglandin
merupakan hormon yang dapat merangsang kontraksi uterus.
4) Riwayat prematur sebelumnya
Persalinan prematur dapat terjadi pada ibu dengan riwayat
prematur sebelumnya (Rayburn, 2001). Menurut Oxorn (2003) risiko
persalinan prematur berulang bagi wanita yang persalinan pertamanya

12
preterm, dapat meningkat tiga kali lipat dibanding dengan wanita yang
persalinan pertamanya mencapai aterm.
Riwayat prematur sebelumnya merupakan ibu yang pernah
mengalami persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan yang
terdahulu (Hacker, 2001) . Ibu yang tidak dapat melahirkan bayi
sampai usia aterm dapat disebabkan karena kandungan/ rahim ibu yang
lemah atau faktor lain yang belum diketahui jelas penyebabnya.
Wanita yang telah mengalami kelahiran prematur pada kehamilan
terdahulu memiliki risiko 20 % sampai 40 % untuk terulang kembali
(Varney, 2007).
Persalinan prematur dapat terulang kembali pada ibu yang
persalinan pertamanya terjadi persalinan prematur dan risikonya
meningkat pada ibu yang kehamilan pertama dan kedua juga
mengalami persalinan prematur.
Pemeriksaan dan perawatan antenatal yang ketat pada ibu hamil
yang pernah mengalami prematur sebelumnya merupakan cara untuk
meminimalkan risiko terjadinya persalinan premature kembali. Selain
itu kesehatan ibu dan janin dapat dijaga semaksimal mungkin untuk
menghindari besarnya persalinan prematur dapat terulang dan
membahayakan kelangsungan bayi yang dilahirkan.
5) Plasenta previa
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen
bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan
plasenta yang sempurna menutupi os serviks (Varney, 2007). Plasenta
yang menutupi jalan lahir dapat menutupi seluruh osteum uteri
internum, sebagian atau tepi plasenta berada sekitar pinggir osteum
uteri internum (Wiknjosastro, 2007).
6) Inkompetensi serviks
Inkompetensi serviks merupakan kondisi ketidakmampuan serviks
untuk mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba karena
efek fungsional serviks. Inkompetensi serviks ditandai dengan

13
terjadinya pembukaan serviks tanpa nyeri dan berakhir dengan ketuban
pecah dini saat preterm, sehingga terjadi kelahiran preterm, bahkan
lahirnya bayi sebelum mampu bertahan hidup di luar rahim. Gejala
yang terjadi dapat berupa pengeluaran cairan vagina yang encer,
tekanan pada panggul, perdarahan per vaginam, dan ketuban pecah
dini preterm, namun pada sebagian besar wanita tidak terjadi gejala
apapun (Norwitz & Schorge, 2008).
7) Infeksi intra amnion
Infesi intra - amnion merupakan infeksi yang terjadi akibat ketuban
pecah lebih dari 18 jam. Agar tidak terjadi infeksi ini harus
menghindari ketuban pecah lebih dari 18 jam dalam persalinan
(Norwitz & Schorge, 2008).
8) Hidramnion
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih
dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan
sebalum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) pada bayi (Cunningham, 2006).
9) Hipertensi
Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab
terjadinya kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai dengan
protein urin yang meningkat dapat menyebabkan preeclampsia/
eklampsia.
Preeklampsia - eklampsia dapat mengakibatkan ibu mengalami
komplikasi yang lebih parah, seperti solusio plasenta, perdarahan otak,
dan gagal otak akut. Janin dari ibu yang mengalami preeclampsia -
eklampsia meningkatkan risiko terjadinya kelahiran prematur,
terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR), dan hipoksia
(Bobak, 2004).

14
10) Malnutrisi
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin
seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati
maupun kematian neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu
dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat
badanselama hamil (Varney, 2007).
c. Faktor Janin
1) Gemelli
Proses persalinan pada kehamilan ganda bukan multiplikasi proses
kelahiran bayi, melainkan multiplikasi dari risiko kehamilan dan
persalinan (Saifuddin, 2009). Persalinan pada kehamilan kembar
besar kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi neunatus,
prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi kembar kedua,
atau perlunya seksio sesaria (Varney,2007).
Berat badan kedua janin pada kehamila kembar tidak sama, dapat
berbeda 50 1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada
plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar
distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas
toleransi dan sering terjadi persalinan prematur. Kematian bayi pada
anak kembar lebih tinggi dari pada anak kehamilan tunggal dan
prematuritas merupaan penyebab utama (Wiknjosastro, 2007).
Persalinan pada kehamilan kembar meningkat sesuai dengan
bertambahnya jumlah janin, yaitu lama kehamilan rata-rata adalah 40
minggu pada kehamilan tunggal, 37 minggu pada kehamilan kembar
dua, 33 minggu pada kehamilan kembar tiga, dan 29 minggu pada
kehamilan kembar empat (Norwitz & Schorge, 2008).
2) Janin Mati Dalam Rahim (IUFD)
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam
uterus yang beratnya 500 gram atau lebih dan usia kehamilan telah
mencapai 20 minggu atau lebih (Saifuddin, 2006).

15
3) Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelainan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil. BBLR
dengan kelainan kongenital diperkirakan 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya (Saifuddin,2009)
d. Faktor Perilaku
1) Merokok
Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat
mengganggu pertumbuhan janin dan risiko terjadinya prematuritas
sangat tinggi (Sujiyatini, 2009).
2) Minum alcohol
Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak
baik sehingga kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu
yang mengkonsumsi minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).

16
2.10 PATHWAY

17
2.11 Klasifikasi pada bayi premature
a. Bayi premature digaris batas
1. 37 mg, masa gestasi
2. 2500 gr, 3250 gr
3. 16% seluruh kelahiran hidup
4. Biasanya normal
Masalah:
a. Ketidak stabilan
b. Kesulitan menyusu
c. Ikterik
Penampilan :
a. Lipatan pada kaki sedikit
b. Payudara lebih kecil
c. Lanugo banyak
d. Genitalia kurang berkembang.
b. Bayi premature sedang
1. 31 mg 36 gestasi.
2. 1500 gr 2500 gram.
3. 6% - 7% seluruh kelahiran hidup.
Masalah :
a. Ketidak stabilan
b. Pengaturan glukosa
c. Ikterik
d. Anemia
e. Infeksi kesulitan menyusu
Penampilan :
a. Seperti pada bayi premature di garis tetapi lebih parah
b. Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
c. Bayi sangat premature
1. 24 mg 30 mg gestasi.
2. 500 gr 1400 gr.

18
3. 0,8 % seluruh kelahiran hidup.
Masalah : semua
Penampilan :
a. Kecil tidak memiliki lemak
b. Kulit sangat tipis
c. Kedua mata mungkin berdempetan
( Bobak. Ed 4.2005 )
Menurut (Krisnadi, 2009) usia kehamilannya maka prematur dibedakan
menjadi beberapa, yaitu:
a. Usia kehamilan 32 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 28 32 minggu disebut persalinan sangat prematur
(very preterm)
c. Usia kehamilan 20 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur
(extremely preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok :
a. Berat badan bayi 1500 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR).
b. Berat badan bayi 1000 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Sangat Rendah (BBLSR).
c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER).
2.12 Karakteristik Bayi Premature
1. Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak subkutan.
2. Kepala dan badan disporposional.
3. Kulit tipis dan keriput.
4. Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
5. Lanugo pada ektremitas, punggung dan bahu.
6. Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat .
7. Labia dan clitoris tampak menonjol.
8. Sedikit lipatan pada telapak tangan dan kaki

19
Kondisi yang menimbulkan masalah bayi premature :
a. Sistem Pernapasan
1. Otot- otot pernapasan susah berkembang.
2. Dinding dada tidak stabil.
3. Produksi surfaktan penurunan.
4. Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan ajanosis.
5. Gangguan reflek dan batuk
b. Sistem Pencernaan
1. Ukuran lambung kecil.
2. Enzim penurunan.
3. Garam empedu kurang.
4. Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen.
5. Keterbatasan melepas insulin.
6. Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan
c. Kestabilan suhu
1. Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipit sedikit
2. Kemampuan menggigil menurun
3. Aktivitas kurang
d. Sistem Ginjal
1. Ekstremitas sodium meningkat
2. Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
3. Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, asam
amino & sodium.
e. Sistem Syaraf
1. Respon untuk stimulasi lambat
2. Reflek gangguan menghisap & menelan kurang
3. Reflek batuk lemah
4. Pusat control pernafasan, suhu & vital lain belum bergabung
f. Infeksi
1. Pembentukan antibody kurang
2. Tidak ada monoglobulin M

20
3. Kemotaksis terbatas
g. Fungsi Liver
1. Kemampuan mengkonyugasi bill
2. Penurunan Hb setelah lahir
2.13 Problematik : bayi premature
Alat tubuh bayi premature belum berfungsi seperti bayi matur,oleh sebab
itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.
Makin pendek masa kehamilannya makin kurang pertumbuhan alat-alat
dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan
makin tinggi angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar
kematian perinatal terjadi pada bayi premature.
Berdasarkan dengan kurang sempurnannya alat-alat dalam tubuhnya baik
anatomic maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan
diantaranya :
a. Suhu tubuh
1. Pusat mengatur nafas badan masih belum sempurna
2. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah
3. Otot bayi masih lemah
4. Lemah kulit dan lemah coklat kurang, sehingga cepat kehilangan
panas badan
5. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi
dengan berat badan lahir perlu diperhatikan agar tidak terjadi atau
banyak kehilangan panas badan dan dapat di pertahankan sekitar
38oC sampai 37oC
b. Gangguan pernafasan
1. Di sebabkan oleh kurangnya surfaktan (rasio lesitin /sfingo myelin
kurang dari 2)
2. Pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna
3. Otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang muka
melengkung

21
4. Penyakit gangguan pernafasan yang serin diderita bayi premature
adalah penyakit membrane hialin dan aspirasi pheumonia
c. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
1. Distensi abdomen akibat dari motalitas usus berkurang
2. Volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung
bertambah
3. Daya untuk mencernakan dan mengabserbi lemak,laktosa, vitamin
yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang
d. Hepar yang belum matang (immature)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin,sehingga mudah
terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai kern icterus
e. Ginjal masih belum matang (immature)
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih
belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema
f. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh (fragile),
kekurangan faktor pembukuan seperti protrombin,faktor vitamin, dan
faktor Christmas
g. Gangguan monologik
h. Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar
19E gamma glubolin. Bayi premature relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik
i. Perdarahan intraventrikuler
Lebih dari 50% bayi premature menderita perdarahan intraventrikuler.
Hal ini disebabkan oleh karena bayi premature sering menderita apnea,
asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan.
j. Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi
perdarahan dan nekrosis.

22
2.14 Komplikasi umum pada Bayi Premature
a. Sindrom Gawat Napas ( RDS )
Tanda klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, peningkatan usaha
nafas, hipotensi dan syok.
b. Displasin Bronco Pulmaner ( BPD ) dan Retinopati Prematuritas ( ROP )
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan
faring.
c. Duktus Arteriosus Paten ( PDA )
d. Necrotizing Enterocolitas (NEC)
(Bobak, 2005)
2.15 Penatalaksanaan
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan siap sedia dengan tabungan O2. Pada bayi premature makin
pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan
dihadapi dan makin tinggi angka kematian disebabkan gangguan pernafasan,
infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak.
1. Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu yang diatur
a. Bayi berat badan dibawah 2 kg 35oC
b. Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 34oC
Suhu incubator diturunkan 1oC setiap minggu bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27oC
2. Makanan bayi premature
Umumnya bayi premature belum sempurna refleks mengisap dan
batuk, kapasitas lambung masih kurang. Maka makan diberikan dengan
pipet sedikit-sedikit namun lebih sering.sedangkan pada bayi small for
date sebaiknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan
makan yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya
pneumonia aspirasi.
Kemungkinan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau
100-120 call/kg/hari pemberian dilakukan secara bertahap sesuai

23
kemampuan bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan
/kalori.
Oleh karena mudahnya terjadi reglugitasi dan pnemoni aspirasi pada
bayi premature,maka hal-hal berikut harus diperhatikan pada pemberian
minum bayi:
a. Bayi diletakkan pada posisi kanan untuk membantu
menggosongkan lambung atau dalam posisi setengah duduk di
pangkuan perawat dengan meninggikan kepala dan bahu 30oC di
tempat tidur bayi atau bayi tengkurap.
b. Sebelum susu diberikan, diteteskan dahulu di punggu tangan untuk
merasakan apakah susu cukup hangat dan apakah keluar satu tetes
dalam setiap detik.
c. Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah dia menjadi
biru, ada gangguan pernafasan atau perut kembung pengamatan
dilakukan terus sampai kira-kira setengah jam sesudah minum.
Gumpalan susu dimulut harus dibersihkan dengan memberikan 3-4
sendok air yang sudah dimasak.
d. Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit-sedikit
dengan perlahan-lahan dan hati-hati penambahan susu setiap kali
minum tidak boleh lebih dari 30 ml sehari atau tidak boleh dari 5
ml tiap hari.
e. Sesudah minum bayi didudukan atau diletakkan diatas pundak
selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara dilambung dan
kemudian ditidurkan pada sisi kanan /tidur dalam posisi tengkurap.
Hal dilakukan dengan maksud agar terjadi regusgitasi atau muntah
oleh karena dalam posisi tengkurap ini susu berada di atrium
politikom yang letaknya agak jauh dari esophagus, udara bergeser
kearah kardia dan terjadilah pengeluaran udara tanpa makanan.
f. Bila bayi biru/ mengalami kesukaran dalam bernafas pada waktu
minum kepala bayi harus segera direndahkan 30o, cairan di mulut
dan difaring dihisap. Bila ia masih tetap biru dan tidak Bernafas

24
harus segera diberi O2 dan pernafasan buatan kalau perlu
melakukan resusitasi dan memasang endotrakeal intubasi.
g. Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateler
sebaiknya dipakai kateler dari pelietiken yang dapat ditinggalkan
dilambung selama 4-5 hari tanpairitasi .Kateter dari karet mudah
menyebabkan iritasi dan infeksi:
1. Yang dipakai kateler no.8 untuk bayi kurang dari 1500 gram
dan no.10 untuk bayi diatas 1500 gram.
2. Panjang kateler yang dimasukkan bila melalui mulut ialah
sama dengan ukuran pangkal hidung processus xypoideus
bila melalui hidung ditambah dengan jarak dan pangkal
hidung keliang telinga.
3. Mula-mula dicoba dahulu dengan air yang sudah masak
apakah kateler dapat dilalui.
4. Setelah kateler dimasukkan dilihat apakah bayi menjadi sesak
nafas atau tidak, bila sesak nafas, mungkin kateler masuk
trakea.
5. Kemudian cairan lambung dihisap dan periksa keasamannya
dengan kertas lakmus. Bila cairan berwarna hijau, kateler
ditarik kira-kira 2 cm, kemudian dihisap lagi.
6. Sebuah corong berukuran (misalnya tabung suntikan 10-20
ml) diletakkan pada ujung kateler setelah luar cairan susu
dimasukkan kedalam corong lalu dibiarkan mengalir
kelambung.
7. Setelah minum, bayi didudukan atau diletakkan kepalannya
dipundak si pemberi minum selama 10-15 menit dan
kemudian ditidurkan pada posisi kanan / tengkurap

25
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR DAN PREMATUR

3.1 Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan BBLR


3.1.1 Pengkajian

1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan
(Allen Carol V. 1993 : 28).

Data subyektif terdiri dari

Biodata atau identitas pasien :

Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin

Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).

Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus BBLR yaitu:

Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.

Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,


kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.

Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak


teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).

26
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.

Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat


penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :

Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.

Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan
parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi,
asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.

Kebutuhan parenteral

1. Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%


2. Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%

Kebutuhan nutrisi enteral

1. BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam


2. BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
3. BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

27
Kebutuhan minum pada neonatus :

1. Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari


2. Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
3. Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
4. Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
5. untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)

Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah

BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.

BAK : frekwensi, jumlah

Latar belakang sosial budaya


Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika

Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan


diet ketat atau pantang makanan tertentu.

Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu
jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena
memerlukan perawatan yang intensif

2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi
Nasrul, 1995)

28
Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi
bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37
C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara
120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering
pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A,
1996 : 87).

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk


menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).

Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi

preterm terdapat lanugo dan verniks.

Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.

Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

29
Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.

Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan

Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae pada
garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2
jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.

Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda
infeksi pada tali pusat.

Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari faeses.

30
Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter
Patricia A, 1996 : 109-356).

3. Data Penunjang

Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan


diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang
tepat pula.

Pemeriksaan yang diperlukan adalah :

Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : > 10
mg/dl

3.3.2 Analisa Data dan Perumusan Masalah


Kemungkinan
Sign / Symptorn Penyebab Masalah

1. Pernafasan tidak Produksi surfactan yang Gangguan pertukaran gas


teratur, pernafasan belum optimal
cuping hidung,
cyanosis, ada lendir
pada hidung dan mulut,
tarikan inter-costal,
abnormalitas gas darah
arteri.

2. Akral dingin, cyanosis - lapisan lemak dalam Resiko terjadinya

31
pada ekstremmitas, kulit tipis hipotermia
keadaan umum lemah,
suhu tubuh dibawah
normal

3. Keadaan umum lemah, - Reflek menghisap Resiko gangguan


reflek menghisap lemah, lemah pemenuhan kebutuhan
masih terdapat retensi nutrisi.
pada sonde

4. Suhu tubuh diatas - Sistem Imunitas yang Resiko terjadinya infeksi


normal, tali pusat layu, belum sempurna
ada tanda-tanda infeksi, - Ketuban mekonial
abnormal kadar leukosit,
- Adanya tali pusat yang
kulit kuning, riwayat
belum kering
persalinan dengan
ketuban mekoncal

5. Akral dingin - Metabolisme Resiko terjadinya


meningkat hipoglikemia
Ekstremitas pucat,
cyanosis, hipotermi, - Intake yang kurang.
distrostik rendah atau
dibawah harga normal.

6.Bayi dirawat di dalam Perawatan intensif Gangguan hubungan


inkubator di ruang interpersonal antara ibu
intensif, belum ada dan bayi.
kontak antara ibu dan
bayi

32
3.3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara
lain:
1. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang
belum optimal.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek
menghisap lemah.
3. Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh
neonatus
4. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
5. Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang
belum sempurna, ketuban meconial
6. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan
rawat terpisah.

33
4 Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan BBLR

No Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

1 Gangguan pertukaran Tujuan: 1. Letakkan bayi terlentang dengan alas 1. Memberi rasa nyaman dan
gasb/d produksi Kebutuhan O2 bayi terpenuhi yang data, kepala lurus, dan leher mengantisipasi flexi leher yang
surfactan yang belum Kriteria: sedikit tengadah/ekstensi dengan dapat mengurangi kelancaran
optimal - Pernafasan normal 40-60 meletakkan bantal atau selimut diatas jalan nafas.
kali permenit. bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3
- Pernafasan teratur. cm
- Tidak cyanosis.
- Wajah dan seluruh tubuh
Berwarna kemerahan (pink 2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung 2. Jalan nafas harus tetap
variable). bila perlu. dipertahankan bebas dari lendir
- Gas darah normal untuk menjamin pertukaran
PH = 7,35 7,45 gas yang sempurna.
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal dan tanda- 3. Deteksi dini adanya kelainan.
tanda cyanosis tiap 4 jam

34
4. Kolaborasi dengan team medis dalam 4. Mencegah terjadinya
pemberian O2 dan pemeriksaan kadar hipoglikemia
gas darah arteri

2. Resiko terjadinya Tujuan 1. Letakkan bayi terlentang diatas 1. Mengurangi kehilangan panas
hipotermi b/d lapisan Tidak terjadi hipotermia pemancar panas (infant warmer pada suhu lingkungan sehingga
lemak pada kulit yang Kriteria meletakkan bayi menjadi
masih tipis Suhu tubuh 36,5 37,5C hangat
Akral hangat
Warna seluruh tubuh
kemerahan
2. Singkirkan kain yang sudah dipakai 2. Mencegah kehilangan tubuh
untuk mengeringkan tubuh, letakkan melalui konduksi.
bayi diatas tubuh, letakkan bayi diatas
handuk / kain yang kering dan hangat.
3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam. 3. Perubahan suhu tubuh bayi
dapat menentukan tingkat

35
hipotermia
4. Kolaborasi dengan team medis untuk 4. Mencegah terjadinya
pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI hipoglikemia
tidak mungkin diberikan.
3. Resiko gangguan Tujuan:Kebutuhan nutrisi 1. Lakukan observasi BAB dan BAK 1. Deteksi adanya kelainan pada
penemuan kebutuhan terpenuhi jumlah dan frekuensi serta konsistensi. eliminasi bayi dan segera
nutrisi sehubungan Kriteria mendapat tindakan / perawatan
dengan reflek - Bayi dapat minum pespeen yang tepat.
menghisap lemah. / personde dengan baik.
- Berat badan tidak turun 2. Monitor turgor dan mukosa mulut. 2. Menentukan derajat dehidrasi
lebih dari 10%. dari turgor dan mukosa mulut.
- Retensi tidak ada.
3. Monitor intake dan out put. 3. Mengetahui keseimbangan
cairan tubuh (balance)
4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. 4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
secara adekuat.
5. Lakukan control berat badan setiap 5. Penambahan dan penurunan
hari. berat badan dapat di monito
5. Lakukan control berat badan setiap 5. Penambahan dan penurunan

36
hari. berat badan dapat di monito
4. Resiko terjadinya Tujuan: 1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik 1. Pada bayi baru lahir daya tahan
infeksi Selama perawatan tidak terjadi dalam memberikan asuhan keperawatan tubuhnya kurang / rendah.
komplikasi (infeksi)
Kriteria
- Tidak ada tanda-tanda 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 2. Mencegah penyebaran infeksi
infeksi. melakukan tindakan. nosokomial.
- Tidak ada gangguan fungsi
tubuh.
3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk 3. Mencegah masuknya bakteri
ruang isolasi (kamar bayi) dari baju petugas ke bayi
4. Lakukan perawatan tali pusat dengan 4. Mencegah terjadinya infeksi
triple dye 2 kali sehari. dan memper-cepat
pengeringan tali pusat karena
mengan-dung anti biotik, anti
jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan 5. Mengurangi media untuk
lingkungan bayi. pertumbuhan kuman.
6. Observasi tanda-tanda infeksi dan 6. Deteksi dini adanya kelainan

37
gejala kardinal
7. Hindarkan bayi kontak dengan sakit. 7. Mencegah terjadinya
penularan infeksi.
8. Kolaborasi dengan team medis untuk 8. Mencegah infeksi dari
pemberian antibiotik. pneumonia
9. Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai 9. Sebagai pemeriksaan
advis dokter yaitu pemeriksaan DL, penunjang
CRP.
5. Resiko terjadinya Tujuan: 1. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat 1. Mencega pembakaran glikogen
hipoglikemia Tidak terjadi hipoglikemia serta monitor setiap pemberian nutrisi. dalam tubuh dan untuk
sehubungan dengan selama masa perawatan. pemantauan intake dan out put.
metabolisme yang Kriteria
meningkat - Akral hangat
- Tidak cyanosis
- Tidak apnea
- Suhu normal (36,5C -
37,5C)
- Distrostik normal 2. beri selimut dan bungkus bayi serta 2. Menjaga kehangatan agar tidak
(> 40 mg) perhatikan suhu lingkungan terjadi proses pengeluaran

38
suhu yang berlebihan
sedangkan suhu lingkungan
berpengaruh pada suhu bayi.
3. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, 3. Deteksi dini adanya kelainan.
respirasi)
4. Kolaborasi dengan team medis untuk 4. Untuk mencegah terjadinya
pemeriksaan laborat yaitu distrostik. hipoglikemia lebih lanjut dan
kompli-kasi yang ditimbulkan
pada organ - organ tubuh yang
lain.
6. Gangguan hubungan Tujuan : 1. Jelaskan para ibu / keluarga tentang 1. Ibu mengerti keadaan bayinya
interpersonal antara Terjadinya hubungan batin keadaan bayinya sekarang. dan mengura-ngi kecemasan
bayi dan ibu antara bayi dan ibu. serta untuk kooperatifan
sehubungan dengan ibu/keluarga.
perawatan intensif.
Kriteria: 2. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan 2. Membantu memecah-kan
- Ibu dapat segera perasaannya. permasalahan yang dihadapi.
menggendong dan
meneteki bayi.

39
- Bayi segera pulang dan ibu 3. Orientasi ibu pada lingkungan rumah 3. Ketidaktahuan memperbesar
dapat merawat bayinya sakit. stressor.
sendiri.
4. Tunjukkan bayi pada saat ibu 4. Menjalin kontak batin antara
berkunjung (batasi oleh kaca ibu dan bayi walaupun hanya
pembatas). melalui kaca pembatas.
5. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu 5. Rawat gabung merupakan
dan bayi jika keadaan bayi upaya mempererat hubungan
memungkinkan. ibu dan bayi/setelah bayi
diperbolehkan pulang.

40
3.3.4 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang


merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
(Santosa NI, 1995).

3.3.5 Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu


proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak
serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI, 1995). Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas
kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan
keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria
evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila
diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.

41
A. Kosep Dasar Asuhan Keperawatan Bayi Prematur
Pengkajian
1. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
2. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi ke dinginan atau suhu
tubuh rendah
3. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit,
0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6 kegawatan
sedang,dan 7-10 normal.
4. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru,
Tumor kandungan, Kista, Hipertensi
6. ADL
a. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.
b. Pola Istirahat tidur : terganggu oleh karena hipotermia.
c. Pola Personal hygiene : tahap awal tidak dimandikan.
d. PolaAktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas.
e. PolaEliminasi : BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
7. Pemeriksaan
Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran compos mentis
b. Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit

42
c. RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit
d. Suhu : kurang dari 36,5 C
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : linkar kepala 32-35 cm, rambut hitam atau merah, panjang
rambut 2 cm, kulit wajah kemerahan dan licin.
b. Panjang badan : kurangdari 48 cm.
c. Berat badan :kurang dari 2.500 gram, lapisan lemak subkutan
sedikit/tidak ada.
d. Thorax : lingkar dada 30-38 cm.
e. Abdomen :penonjolan abdomen,tali pusat layu, peristaltic usus
terdengar maksimal kurang dari 5 detik.
f. Genetalia : pada bayi laki-laki testis belum turun ke scrotum, pada
bayi perempuan labio perempuan labio mayora belum menutupi labia
minora.
g. Anus : keluar miconium
8. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
1. Resiko tinggi gawat pernafasan berhubungan dengan ketidak
matangan paru karena kurang produksi surfactant
2. Resiko tinggi hipotermia atau hypertermi berhubungan dengan lemak
subkutan tipis, luas permukaan tubuh lebih luas disbanding dengan
masa tubuh, termoregulasi belum sempurna
3. Nutisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reflek menelan
lemah akibat prematuritas
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan
kerentanan bayi terhadap system imun yang belum matang
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
disebabkan imaturitas, pengeluaran kulit atau paru
9. Intervensi
Diagnosa I
Tujuan :Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru

43
Intervensi:
1. Kumpulkan data yang berkaitan dengan kegawatan nafas
Rasional :Riwayat ibu atas penggunaan obat atau kondisi tidak normal
selama kehamilan dan proses persalinan.
2. Waspada episode apnea yang berlangsung lebih dari 20 detik
Rasional :deteksi dini dalam menentukan tindakan selanjutnya
3. Memberi bantuan pernafasan seperti oksigen
Rasional :membantu mencukupi supplai oksigen
4. Pantaukajian gas darah untuk mengetahui asidosis pernafasan
metabolic
Rasional : deteksi dini untuk mencegah hipoksia
5. Persiapkan dalam pemberian terapi farmakologis, spertiteofilin IV
Diagnosa II
Tujuan :tidak terjadi hipotermia/hypertermia
Intervensi
1. Jaga temperature ruang perawatan 25 o C
Rasional :ruangan yang terlalu panas menyebabkan perpindahan panas
secara infeksi
2. Ukur suhu rectal terlebih dulu, kemudian suhu aksila setiap 2
jam/setiap kali diperlukan
Rasional :deteksi dini dalam menentukan tindakan selanjutnya.
3. Lakukan prosedur penghangatan setelah bayi lahir
Rasional :mencegah pengeluaran suhu lewat evaporasi
Diagnosa III
Tujuan :Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan statusnya gizi bayi
Intervensi :
1. Awasi reflek menghisap bayi dan kemampuan menelan
Rasional :kemampuan menghisap dan menelan yang lemah dapat
menyebabkan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi
2. Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi
Rasional :mengetahui kebutuhan kalori yang dibutuhkan bayi.

44
3. Kebutuhan ASI 60/kg BB/24 jam dengan kenaikan 30 cc/hari,
dipertahankan pada hari ke-7 sampai 1 bulan
Rasional : ASI mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh.
4. Timbang bayi setiap hari,bandingkan berat badan dengan asupan
kalori yang diberikan.
Rasional :mengetahui perkembangan dan kemungkinan terjadinya
penurunan BB yang pathologis
Diagnosa IV
Tujuan :tidak terjadi infeksi
Intervensi :
1. Kajiadanya fluktuasi suhu tubuh,letargi,apnea,malas minum,gelisah
dan ikterus
Rasional :suhu tubuh meningkat dan nadi cepat merupakn awal
terjadinya infeksi
2. Kaji riwayat ibu,kondisi bayi selama kehamilan,dan epidemic infeksi
diruang perawatan
Rasional :mengetahui adanya riwayat infeksi selama kehamilan
3. Ambil sampel darah
Rasional :untuk sampel pemerisaan eritrosit, leukosit, diferensiasi,
Immunoglobulin
4. Pantau ulang hasil peneletian eritrosit, luekosit, diferensiasi,
immunoglobulin
Rasional : mengetahui terjadinya infeksi
5. Upayakan pencegahan infeksi dari lingkungan: cuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayi
Rasional :mencegah berpindahnya mikroorganisme dari jari tangan ke
tubuh bayi

45
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada neonatus dengan


BBLR, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan pengkajian pada neonatus dengan BBLR ditekankan
pada ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, interitas kulit, dan
resiko infeksi
2. Dalam perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang
digunakan dalam pelaksanan intervensi disesuaikan dengan keadaan
tempat praktek yakni di ruang neonatus sehingga kurang maksimal.
3. Dalam melakukan pengkajian dan implementasi keperawatan, perawat
harus benar-benar prosedural dan menciptakan lingkungan yang aman dan
nyaman bagi neonatus mengingat bayi BBLR terjadi imaturitas organ.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu,
nutrisi, interitas kulit, dan resiko infeksi

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan saran


sebagai berikut:

1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-bedakan


status klien.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan perlu adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin
hubungan saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan apa yang
dirasakan dan masalah keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
3. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus
Bronchitis alergia diruang neonatus hendaknya perawat meningkatkan

46
pengetahuan tentang masalah BBLR
4. Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan neonatus dengan BBLR
perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti, cermat, mempunyai
pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang memadai.

47
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal


.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Buku Acuan Pelatihan PONED Komponen Neonatal. 2004. DEPKES RI. Jakarta:
JNPK-KR

Bobak,L.2005.Keperawatan Maternitas,Edisi 4.Jakarta:EGC

48

Anda mungkin juga menyukai