Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOSARKOMA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK XVII
1. FEIBY KRISTANTI SUKOTJO PUTRI
2. EFLIN PRODIANSYAH
3. FEIBY RISKY SIOMBO
4. INDRIYATNO I. AYUBA
5. I PUTU HANDIKA WARA NUGRAHA

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2017
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma ) merupakan tumor tulang maligna primer
yang paling sering dan yang fatal,tumor ini ditandai dengan metastasis hematogen awal
ke paru. Tumor ini menyebab kan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pertama kali klien berobat (Muttaqin, 2008).
Menurut badan kesehatan dunia ( World Heard Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker +6,25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita
kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa
terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker pertahun. Di Jakarta dan sekitarnya
dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, di perkirakan terdapat 650 anak yang menderita
kanker pertahun. Menurut Errol untung hutagaluh seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Ortopedy Universitas, kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 dan kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor
tulang jinak (28%).
Jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati
yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31% dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka
harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke
paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah
lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika segera tidak ditangani maka
tumor akan menyebar ke organ lain sementara penyembuhannya sangat menyakitkan
karena memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy (Nadianus, 2012).
TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian
Osteosarkoma merupakan kanker tulang primer yang paling sering terjadi pada
individu muda sampai usia 30 tahun dan sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-laki
dan pria dari pada anak perempuan dan wanita, dengan rasio 1,5 : 1 ( Menurut Suhamo
& Tobias, 1986 Dalam Kneale, 2011 hal:317 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor tulang ganas yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang sering di temukan pada anak-anak, rata-rata penyakit ini
terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki ( Wijaya, 2013 ).
Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang merupakan salah satu keganasan
tersering pada anak-anak dan usia dewasa muda. Insidensi osteosarkoma memiliki sifat
bimodal yaitu dengan usia tersering pada anak-anak dan dewasa muda serta usia tua di
atas 65 tahun serta lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita dengan
perbandingan 1.2:1 (Kemenkes,).
2. Etiologi
Meskipun tidak ada penyebab keganasan tulang yang pasti, ada beberapa faktor yang
berhubungan yang kemungkinan menjadi faktor penyebab terjadinya keganasan tulang.
Faktor tersebut menurut Muttaqin (2008) adalah :
a. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarkoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STT).
b. Radiasi
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi
seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat
radioterapi.
c. Bahan kimia
Senyawa antrasiklin dan senyawa pengalkil, beryllium dan methylcholanthrene
merupakan senyawa yang dapat menyebabkan perubahan genetik
d. Trauma.
Sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma timbul pada jaringan sikatrik lama, luka bakar, dan riwayat
trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
e. Virus
Rous sarcoma virus yang mengandung gen V-Src yang merupakan proto-
onkogen, virus FBJ yang mengandung protoonkogen c-Fos yang menyebabkan
kurang responsif terhadap kemoterapi. menyebabkan perubahan genetik
f. Infeksi
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang juga dapat di sebabkan oleh tulang
infeksi parasit, yaitu filariasis
g. Penyakit lain
Pagets disease, osteomielitis kronis, osteochondroma, poliostotik displasia
fibrosis, eksostosis herediter multipel dll.

3. Anatomi Fisiologi
Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk gerak pasif, proteksi alat-alat di
dalamtubuh, pemben Ruang ditengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan
hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat.Ruang ditengah tulang-tulang tertentu
berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah dan tempat primer
untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan posfat.
Sebagaimana jaringan pengikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.
Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen.Sedangkan sel
tulang terdiri dari osteoblas, oisteosit, dan osteoklas.
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yang disebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka
kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker
ke tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak
yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.Sel-sel ini menghasilkan enzim
proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral
tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

4. Patofisologi
Menurut Nadianus, (2012) Sarkoma osteogenik (osteosarkoma) merupakan neoplasma
tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang terutama
lutut. Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan
menjadi satu predisposisi. Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan
osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab
langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor supresor gene yang
berperan secara signifikan terhadap tumor ginesis pada osteosarkoma. Lokasi tumor
dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan perkiraan ada
pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa di dalam tulang atau
pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis
dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan metastase secara hematogen paling sering ke paru atau
pada tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metatase pada
saat diagnosis ditegakkan. Adanya tumor ditulang menyebabkan reaksi tulang normal
dengan respon osteolitik (destruksi tulang) atau respon osteblastik (permukaan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah. Sementara lainnya ada yang sangat bermasalah dan sementara
lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh dibagian
metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas
humerus, dan ujung atas fibia. Timbul dari reaksi tulang normal dengan respon
osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosterum tulang yang baru dekat
tempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
5. Pathway

Genetik Virus Okogenik Terpapar Radiasi Infeksi

OSTEOSARCOMA

Sel tumor menginvasi jaringan lunak

Respon Osteolitik Respon Osteoblastik

Destruksi tulang Penimbunan periosteum tulang


yg baru pada tempat lesi

Penghancuran tulang lokal


Pertumbuhan tulang abnormal

Penghancuran tulang lokal


Penatalaksanaan Medis Terdapat masa
pada ektremitas
Spasme otot dan kekakuan tulang
serta kerapuhan pada tulang Kurang Informasi
Masa mengalami
edema, menekan
Penurunan kemampan gerak pembuluh darah
Kurang Ansietas
Pengetahuan

Hambatan Defisit Menekan saraf


Mobilitas Fisik Perawatan Diri
Pembedahan
Pengeluaran
mediator nyeri
Tirah baring lama Terputusnya
kontinuitas jaringan
Merangsang
O2 ke bagian posterior hypothalamus
Invasi kuman,
Bakteri patogen
Kerusakan Integritas Kulit
Nyeri dipersepsikan
Resiko Infeksi
Nyeri Akut
6. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan kriteria hitologis, jenis diferensiasi
sel-sel tumor yang diperlihatkan, dan jenis interseluler matriks yang diproduksi. Dalam
hal ini, dipertimbangkan sifat-sifat tumor, asal usur sel, serta pemeriksaan histologis
yang menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas. Beberapa hal yang penting
sehubungan dengan penetapan klasifikasi, Menurut muttaqin, ( 2008 ) hal : 117
a. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan asal.
b. Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus.
c. Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan unsur-unsur
jaringannya, misalnya osteoma dan osteosarkoma.

7. Manifestasi Klinis
Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah tumor tulang yang sangat
bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga nyeri (ringan dan kadang-kadang sampai
konstan dan berat), kecacatan yang bervariasi, dan pada suatu saat adanya pertumbuhan
tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malaise, dan demam dapat terjadi. Tumor
kadang baru terdiagnosis saat terjadinya patah tulang patologik.
Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang lambat atau cepat. Defisit
neurologi (misalnya nyeri, progresif, kelemahan, parestesia, parepeglia, retensi urin)
harus diidentifikasi awal dan ditangani dengan raninektomi dekompresi untuk
mencegah cedera korda spinalis permanen (Smeltzer & Bare, 2012).

8. Penatalaksanaan
Penanganan osteosarkoma yang optimum adalah kombinasi kemoterapi dan
pembedahan radikal, baik mempertahan kan ekstremitas maupun amputasi. Pendekatan
ini telah meningat penatalaksanaan osteosarkoma selama 30 terakhir ini, dengan angka
individu dengan sintas sekitar 55% untuk tumor tanpa metatasis pada saat muncul.
Respon yang baik pada kemoterapi merupakan faktor prognosis yang penting; jika 90%
nekrosis tumor tercapai pada saat reseksi,sintas pasien meningkat secara signifiakan (
Osullivan & Saxon, 1997 ). Protokol kemotrapi percobaan dengan menggunakan
kombinasi obat terus ditinjau, baik secara nasional maupun internasional, untuk
mencari penanganan yang optimum (Dalam kneale, 2011 hal : 318 ).
Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas
bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika
memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan
tergantung dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara
individual.Batas radikal, didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen
yang terlibat (tulang, sendi, otot) biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi
kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan amputasi
radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year survival rates sebesar 50-70% dan
sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal amputasi. Fraktur patologis,
dengan kontaminasi semua kompartemen dapat mengeksklusikan penggunaan terapi
pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan pembedahan dengan reseksi
batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat dilakukan. Pada beberapa
keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih dari 80% pasien
dengan osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan pembedahan limb
salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan, maka dapat dilakukan
rekonstruksi limb-salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi individual,
sebagai berikut :
a. Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi.
Penolakan tidak muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada
pasien yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang imatur mempunyai
pilihan yang terbatas untuk fiksasi tulang yang stabil (osteosynthesis).
b. Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan,
terutama selama kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
c. Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter
atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas
merupakan permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien
remaja.
d. Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang
berada pada distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang
besar sehingga alternatif pembedahan hanya amputasi.
9. Komplikasi
Menurut Nadianus, (2012) beberapa komplikasi Osteosarkoma terdiri dari :
a. Akibat langsung mengakibatkan Patah Tulang.
b. Akibat tidak langsung mengakibatkan Penurunan berat badan, anemia, penurunan
kekebalan tubuh.
c. Akibat pengobatan mengakibatkan gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah,
kebotakan pada kemotrapi

10. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan yang biasa dilakukan Menurut Nadianus, (2012) pada klien Osteosarkoma
adalah :
a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga kodman dan dekstrusi tulang.
b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignasi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,
eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicuirigai
d. Skrining tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukan adanya peningkatan lkalin fostafase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan pernyebaran
pada jaringan lunak sekitarnya.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS OSTEOSARCOMA

I. Pengkajian
1) Identitas
Identitas merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan
data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang
ada :
a) Identitas klien : nama, umur,jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk RS, tanggal operasi, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa
medis, alamat.
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien, alamat.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga mendorong
pasien untuk mencari pertolongan medis. Keluhan utama pada pasien
Osteosarkoma adalah nyeri.
Menurut Baredero, M (2008) rasa nyeri merupakan salah satu akibat dari penyakit
kanker yang paling ditakuti pasien. Sebenarnya, nyeri adalah gejala kanker yang
paling akhir. Nyeri dirasakan pada tahap awal karena kanker masih terlokalisasi.
Sekitar 5-10% pasien tumor padat merasa nyeri yang mengganggu kegiatan
sehari-hari. Lebih dari 90% pasien mengalami nyeri jika pasien mengalami nyeri
jika kanker sudah berkembang dan bermetatasis.
b) Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting bagi petugas
kesehatan dalam menegakan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien dengan
menggunakan konsep PQRST (Smeltzer & Bere, 2012)
P : (Paliatif / provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan memperingan
serta memberatkan keluhan.
Q : (Quality / Kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta
berapa sering keluhan itu muncul.
R : (Region / Radiation), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran
keluhan sejauh mana.
S : (Scala / Severity), intensitas keluhan dirasakan, apakah sampai mengganggu
atau tidak.
T : (Timming), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang,
dimana hal ini menentukan waktu dan durasi.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu diketahui apakah ada penyakit dahulu yang pernah dialami klien yang
memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi,
diabetes melitus, asma.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa
dengan klien atau penyakit keturunan lain, karena klien Osteosarkoma
penyebabnya bisa dari riwayat keturunan (genetik).
3) Pola Aktivitas
Pada klien Osteosarkoma biasanya aktivitas sehari-harinya terganggu begitu juga
pada status personal hygiene akan mengalami perubahan sehingga personal hygiene
klien dibantu oleh keluarga atau perawat di ruangan.
4) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a) Penampilan
Meliputi kemampuan fisik klien secara umum biasanya terlihat lemah dan lesu
ketika banyak bergerak dan beraktivitas.
b) Kesadaran
Tingkat kesadaran klien apakah compos mentis (sadar sepenuhnya) dengan
GCS 15-14, apatis (acuh tak acuh) dengan GCS 13-12, samnolen (keadaan
keasadaran yang mau tidur saja) dengan GCS 11-10, delirium (keadaan kacau
motorik) dengan GCS 9-7, sopor (keadaan kesadaran yang menyerupai koma)
dengan GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang hilang sama sekali) dengan
GCS <7).
c) Berat badan dan tinggi badan
Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudah sakit.
d) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi
2. Data Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan di
dokumentasikan secara persistem yang meliputi:
a) Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret pada lubang
hidung, pergerakan cuping hidung waktu bernapas, auskultasi bunyi napas
apakah bersih atau ronchi, serta frekuensi napas.
b) Sistem kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tetapi keadaan
tersebut tergantung dari nyeri yang dirasakan individu.
c) Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk mengetahui peristaltik
usus.
d) Sistem persyarafan
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsi kranial, dan
fungsi sensori mengkaji : Nyeri superfisial, sensasi suhu, sensasi posisi
(Fransisca, 2008)
e) Sistem penginderaan
Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguan pada klien
Osteosarkoma.
f) Sistem muskuloskeletal
Rentang sendi yang menunjukan ketidakmampuan luas gerak
persendian tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah,
ketidaknyamanan dan nyeri yang dikatakan klien waktu bergerak,
adanya luka, adanya kelemahan dan penurunan toleransi terhadap
aktifitas. Pengkajian sistem motorik keseimbangan koordinasi gerakan
adalah, cepat, berselang-selang, dan ataksia (Fransisca, 2008)
g) Sistem integumen
Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, dan fungsi perabaan.
Kaji keadaan luka. Pada klien Osteosarkoma terdapat luka dengan
panjang tergantung dari luas luka, terdapat kemerahan dan terjadi
pembesaran pada daerah luka.
h) Sistem endokrin
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak pada kelenjar
getah bening, ada riwayat alergi atau tidak. Biasanya tidak ada masalah
pada sistem endokrin.
i) Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan dan benjolan.
5) Data Psiko-Sosial-Spiritual
1. Data psikologis
Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaan oleh perawat.
Menurut Smeltzer (2012) Koping Efektif. Pasien dan keluarganya didorong untuk
mengungkapkan rasa takut, keprihatian dan perasaan mereka. Mereka
membutuhkan dukungan dan perasaan diterima agar mereka mampu dampak
tumor maligna. Perasaan terkejut, putus asa, dan sedih pasti akan terjadi,
maka rujukan ke perawat psikiatri, ahli psikologi, konselor atau rohaniawan perlu
diindikasikan untuk bantuan psikologik khusus.
2. Data sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya baik ketika dirumah
atau dirumah sakit. Biasanya ada perubahan tingkah laku karena menahan nyeri
luka operasi yang dirasakan klien.
3. Data spiritual
Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama sakit. Perlu pula
dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan agama yang
dianut klien dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya. Aktivitas ibadah
klien Osteosarkoma biasanya terganggu.
6) Data Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga kodman dan dekstrusi
tulang.
2. CT scan menginterpretasikan perubahan periosteal pada tulang pipih
3. Skrining tulang adanya penyebaran tumor.
4. Pemeriksaan darah menunjukan adanya peningkatan lkalin fostafase.
5. MRI terlihat distribusi tumor pada tulang dan pernyebaran pada jaringan lunak
sekitarnya.
7) Terapi
Kemoterapi dan pembedahan
II. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Osteosarkoma Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri
pada daerah ektremitas Sel tubuh menginvasi
- Klien mengatakan nyeri jaringan lemak
dengan skala > 5
Respon osteoblastik
Do :
- Klien tampak meringis Penimbunan periosteum
- Klien tampak melindungi tulang yang baru dekat
area nyeri tempat lesi terjadi
- TTV abnormal
Pertumbuhan tulang
abnormal

Terdapat massa pada


ekstremitas yang tertekan

Edema menekan pembuluh


darah

Menekan saraf

Pengeluaran mediator nyeri

Merangsang hypothalamus

nyeri depersepsikan

Nyeri akut

2. Ds : Osteosarkoma Hambatan mobilitas


- Klien mengatakan tidak fisik
bisa menggerakkan Sel tumor menginvasi
ektremitasnya jaringan lemak

Do : Respon osteolitik
- Tampak klien kesulitan
membolak balik posisi Destruksi tulang
tubuh
- Tampak klien susah Penghancuran tulang local
berjalan
- Tampak keterbatasan Spasme otot dan kekakuan
pergerakan sendi tulang serta kerapuhan pada
tulang

Penurunan kemampuan
gerak
Defisit perawatan diri

3. Do : Respon osteolitik Kerusakan interitas


- Tampak kerusakan pada kulit
lapisan kulit (dermis) Destruksi tulang
- Tampak kerusakan
permukaan kulit (dermis) Penghancuran tulang local

Spasme otot dan kekakuan


tulang serta kerapuhan pada
tulang

Penurunan kemampuan
gerak

Tirah baring lama

O2 menurun kebagian
posterior

Kerusakan integritas kulit

4. Do : Osteosarkoma Defisit perawatan


- Tampak klien tidak diri (mandi)
mampu mengakses kamar Sel tumor menginvasi
mandi jaringan lunak
- Tampak klien tidak
mampu mengeringkan Respon osteolitik
badan sendiri
- Tampak klien tidak Destruksi tulang
mampu membersihkan
diri Penghancuran tulang local

Spasme otot dan kekakuan


tulang serta kerapuhan ada
tulang

Penurunan kemampuan
gerak

Defisit perawatan diri


(mandi)
5. Ds : Osteosarkoma Kurang pengetahuan
- Klien mangatakan
bingung dengan Sel tumor menginvasi
penyakitnya jarngan lunak
- Klien mengatakan
bingung dengan program Respon osteoblastik
pengobatan
Do : Penimbunan periosteum
- Klien tampak bertanya tulang yang baru dekat
tentang penyakitnya tempat lesi terjadi
- Klien tampak cemas
Pertumbuhan tulang
abnormal

Penatalaksanaan medis

Kurang informasi
6. Do : Osteosarcoma
- Klien tampak gelisah Ansietas
- Klien tampak bertanya Sel tumor menginvasi
tentang penyakitnya jaringan lunak
- Tampak wajah tegang
Penimbunan periosteum
tulang yang baru dekat
tempat lesi terjadi

Pertumbuhan tulang
abnormal

Penatalaksanann medis

Ansietas
7. Do : Respon osteoblastik Resiko infeksi
- Tampak peningkatan
leukosit Penimbunan periosteum
- Tampak penurunan tulang yang baru dekat
hemoglobin tempat lesi terjadi
- Tampak penurunan berat
badan Pertumbuhan tulang
abnormal

Penatalaksanaan medis

Pembedahan/radiasi

Luka/invasi kuman,bakteri
pathogen

Resiko infeksi
III. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau
inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan ke jaringan sekitarnya.
3. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau gangguan
gerak.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang penyakit) berhubungan dengan
kurang informasi.
6. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker), ancaman/perubahan pada
status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian
perpisahan dari keluarga.
7. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis.
IV. Nursing Care Planning

Tujuan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Jangka Panjang Jangka Pendek
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Informasi memberikan data
dengan tindakan keperawatan tindakan keperawatan perhatikan lokasi, dasar untuk mengevaluasi
kompresi/dekstrusi selama 7x24 jam selama 1x24 jam frekuensi, durasi, kebutuhan atau keefektifan
jaringan saraf,obstruksi diharapkan nyeri diharapkan nyeri intensitas (skala 1-10) intervensi
atau inflamasi, serta efek hilang. berkurang sampai dan faktor pemberat
samping berbagai agen hilang. Dengan 2. Untuk mengetahui
terapi saraf kriteria hasil : 2. Kaji vital sign perubahan pada tekanan
1. Klien darah, nadi dan pernafasan
mengatakan yang berhubungan dengan
nyeri berkurang penghilang rasa nyeri
2. Klien tampak memerlukan
tenang
3. Skala nyeri 3. Ciptakan lingkungan 3. Atur posisi senyaman
berkurang aman dan nyaman mungkin, dan posisi semi
4. Tanda-tanda fowller
vital normal
4. Ajarkan tehnik 4. Memberikan dukungan
distraksi dan relaksasi relaksasi dan juga
memfokuskan ulang
perhatian meningkatkan
rasa kontrol dan
kemampuan koping

5. Berikan analgetic 5. Mengontrol atau


sesuai indikasidan mengurangi nyeri untuk
kolaborasi meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kerjasama
dengan cara teurapeutik
Tujuan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Jangka Panjang Jangka Pendek
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. untuk mengetahui
tindakan keperawatan tindakan keperawatan mobilitas pasien kemampuan aktivitas
yang berhubungan dengan
selama 3x24 jam selama 1x24 jam
penurunan rentang gerak, diharapkan tidak ada diharapkan 2. Latih rentang 2. memperbaiki kekuatan dan
gangguan mobilitas peningkatan peegerakan sendi aktif daya tahan otot
kelemahan otot nyeri
mobilitas pada klien. dan pasif
pada gerakan akibat Dengan kriteria hasil
: 3. Dampingi dan bantu 3. agar tidak terjadi cidera
ekspansi tumor yang
1. Melakukan rentang pasien saat mobilisasi
cepat dan penekanan ke pergerakan sendi dan bantu pemenuhi
2. Berbalik sendiri kebutuhan ADL
jaringan sekitarnya
ditempat tidur atau
memerlukan 4. Berikan alat bantu 4. Untuk mempermudah klien
bantuan pada mobilisasi
tingkat yg realistis
3. Menunjukan 5. ajarkan pasien 5. untuk mencegah agar tidak
penggunaan alat bagaimana merubah terjadi lesi
bantu yang benar posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

6. Gunakan ahli terapi 6. mempertahankan mobilitas


fisik/okupasi untuk
mempertahankan dan
meningkatkan
mobillitas
Tujuan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Jangka Panjang Jangka Pendek
3. Kerusakan intregitas kulit Setelah dilakukan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan tindakan keperawatan 1. Kaji kulit dengan 1. Efek samping kemerahan
berhubungan dengan
selama 3x24 jam selama 1x24 jam sering terhadap efek dapat terjadi pada area radiasi
diharapkan integritas diharapkan klien samping terapi
kulit terjaga menunjukan kanker; perhatikan
integritas kulit dan kerusakan/lambat nya
membran mukosa penyembuhan luka
tidak ada gangguan.
Dengan kriteria hasil 2. Perawatan luka 2. Mencegah komplikasi luka
: dan meningkatkan
1. tidak ada tanda penyembuhan luka
dan gejala infeksi
2. tidak ada lesi 3. Dorong klien untuk 3. Membantu mencegah trauma
3. tidak terjadi menghindari kulit
nekrosis menggaruk dan
menepuk kulit yang
kering

4. Ubah posisi dengan 4. Meningkatkan sirkulasi dan


sering mencegah tekanan pada kulit

5. Anjurkan klien untuk 5. Untuk mencegah iritasi pada


menghindari krim kulit
salep, dan bedak atas
izin dokter
Tujuan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Jangka Panjang Jangka Pendek
4. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat 1. Membantu menentukan
berhubungan dengan
selama 3x24 jam selama 1x24 jam kelemahan fisik dan tindakanyang akan
kontraktur, keletihan atau diharapkan klien diharapkan kemampuan klien diberikan sesui kondisi
dapat melakukan perawatan diri klien klien
gangguan gerak
perawatan secara terpenuhi. Dengan
mandiri kriteria hasil : 2. Kaji personal hygine 2. Mengetahui sejauhmana
1. Klien terbebas klien kebutuhanklien yang dapat
dari bau badan dilakukan sendiri
2. Meyatakan
kenyamanan
terhadap 3. Bantu klien dalam 3. Membantu klien dalam
kemampuan pemenuhan defisit pemenuhanpersonal
untuk melakukan perawatan diri hygiene
ADLs
3. Dapat melakukan 4. Ajarkan teknik 4. Memudahkan klien
ADL dengan personal hygine di untukpemenuhan perawatan
bantuan tempat tidur diri

5. Anjurkan pada klien


agar selalu hidup 5. Hidup sehat dapat
sehat terpenuhi agarklien
memperoleh kenyamanan
danmembuat perasaan
menjadi nyaman
Tujuan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Jangka Panjang Jangka Pendek
5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Membantu penilaian
tindakan tindakan keperawatan yang jelas dan akurat diagnosis kanker,
(kebutuhan belajar
keperawatan selama 1x24 jam memberikan informasi yang
tentang penyakit ) selama 3x24 jam diharapkan klien di perlukan
diharapkan klien mengerti tentang 2. Berikan pedoman 2. Klien mempunyai hak
berhubungan dengan
dan keluarga penyakitnya. Dengan antisipasi pada untuk tahu dan
kurang informasi. mengerti tentang kriteria hasil : klien/orang terdekat berpartisipasi dalam
penyakit yang 1. Pasien dan keluarga mengenai pengobatan pengambilan keputusan
diderita menyatakan kemungkinan efek
pemahan tentang samping
penyakit, kondisi, 3. Beritahu kebutuhan 3. Memberikan informasi
prognosis dan perawatan khusus di mengenai perubahan yang
program rumah, misal diperlukan
pengobatan kemampuan untuk
2. Pasien dan keluarga hidup sendiri,
mampu melakukan
melaksanakan procedure/pengobatan
prosedur yang yang diperlukan.
dijalankan secara 4. Tinjau ulang bersama 4. Memudahkan pemulihan
benar klien/orang terdekat dan memungkinkan klien
3. Pasien dan keluarga tentang pentingnya menoleransi pengobatan
mampu mempertahankan
menjelaskan status nutrisi optimal
kembali apa yang 5. Lakukan evaluasi 5. Membantu dan transisi ke
dijelaskan sebelum pulang lingkungan rumah dengan
perawat/tiim medis kerumah sesuai memberikan informasi.
indikasi
Tujuan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Jangka Panjang Jangka Pendek
6. Cemas berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan tindakan keperawatan kecemasan kecemasan klien dan
dengan krisis situasi
selama 3x24 jam selama 1x24 jam keluarga
(Kanker), diharapkan cemas diharapkan klien dan
hilang keluarga tidak terlihat 2. Dorong klien untuk 2. Memberikan kesempatan
ancaman/perubahan pada
cemas. Dengan mengungkapkan untuk mengidentifikasirsa
status kesehatan/sosial kriteria hasil : pikiran dan takut, realisasi
1. Klien tidak perasaannya sertakesalahan tentang
ekonomi, fungsi peran,
mengeluh cemas diagnosis
pola interaksi, ancaman 2. Ekspresi tampak
tenang 3. Libatkan orang 3. Menjamin sistem
kematian perpisahan dari
3. Klien dan terdekat pendukung untuk klien dan
keluarga. keluarga sesuaiindikasi bila memungkinkan orang
memahami keputusan akan dibuat terdekat terlibat dengan
informasi yang tepat
diberikan 4. Beri penjelasan
tentang 4. Diharapkan menurunkan
proceduretentang tingkat kecemasan
perawatan
Tujuan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Jangka Panjang Jangka Pendek
7. Resiko tinggi terjadi Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. tingkatkan prosdure 1. lindungi klien dari sumber-
tindakan keperawatan tindakan keperawatan mencuci tangan yang sumber infeksi
infeksi berhubungan
selama 3x24 jam selama 1x24 jam baik dengan staf dan
dengan proses penyakit diharapkan tidak diharapkan tidak ada pengunjung sebelum
terjadi infeksi tanda-tanda infeksi, dan setelah
kronis
dengan kriteria hasil : bersentuhan dengan
1. tidak ada klien
kemerahan
2. nyeri berkurang 2. Pantau suhu 2. peningkatan suhu terjadi
karena berbagai faktor
misal .proses penyakit atau
infeksi

3. Tekankan hygien 3. mengurangi resiko sumber


personal infeksi

4. ubah posisi dengan 4. menurunkan tekanan dan


sering dan bebas iritasi pada jaringan dan
kerutan mencegah kerusakan kulit

5. tingkatkan istirahat 5. membatasi keletihan


yang cukup dengan mendorong gerakan yang
periode latihan cukup mencegah
komplikasi statis
DAFTAR PUSTAKA

Baredeo, M (2008). Seri Asuhan Keperawatan Kanker. Jakarta : EGC

Fransisca, B (2008). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta :


Selemba Medica
Kneale, Julia D (2011). Keperawatan ortopedik & trauma. Edisi 2. Jakarta : EGC

Muttaqin, A (2008). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem muskuloskeletal : buku


ajaran. Jakatra : EGC
Nursalam. (2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep Praktik. Jakarta : Salemba
Medika
Smeltzer & Bare (2012). Buku Ajaran Keperawatan Medical Bedah. Brunner & suddarth Vol
2. Edisi8. Jakarta : EGC
Wilkinson Judith (2016). Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA I, Intervensi NIC,
Hasil NOC edisi 10. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai