PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Management
Pemasaran dan ingin lebih mengetahui tentang Penyusutan dan Pajak (Amortisasi).
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan menurut Pasal 11 UU No.36 Tahun 2008, harta yang dapat disusutkan adalah
semua harta yang berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk
memperoleh penghasilan, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, kecuali tanah. Dengan
demikian menurut pajak harta yang dapat disusutkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Harta berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan untuk memperoleh
penghasilan.
2) Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Dalam penjelasan UU juga dinyatakan bahwa harta berwujud berupa tanah tidak boleh
disusutkan, kecuali apabila tanah yang digunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk
memperoleh penghasilan berkurang nilanya karena penggunaan, misalnya tanah digunakan untuk
membuat genteng, keramik atau batu bata.
Sedangkan golongan harta berwujud berupa bangunan terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu :
1) Kelompok bangunan permanen yang mempunyai masa manfaat 20 (dua puluh) tahun.
2) Kelompok bangunan tidak permanen yang mempunyai masa manfaat 10 (sepuluh) tahun.
Pemilihan metode yang digunakan untuk menyusutkan harta harus dilakukan secara
konsisten.
Gambar dibawah ini adalah sebagai metode penyusutan aktiva tetap kecuali tanah seperti
yang dinyatakan dalam Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17:
1. Berdasarkan waktu:
1) Metode garis lurus (straight-line)
2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining
balance)
2. Berdasarkan penggunaan:
Metode jam-jasa (service-hours)
Metode jumlah unit produksi (productive-output)
Sedangkan metode penyusutan yang boleh digunakan menurut Undang-undang pajak adalah
metode garis lurus dan metode saldo menurun. Berikut penjelasan kedua metode yang boleh
digunakan dan tarif penyusutan yang ditetapkan.
II. BANGUNAN
* PERMANEN 20 TAHUN 5%
*TIDAK PERMANEN 10 TAHUN 10%
Perhitungan penyusutan dengan metode saldo menurun pada saat pertama kali disusutkan,
dasar pengenaan tarif penyusutan adalah dari Harga Perolehan, sedangkan dasar untuk tahun-
tahun berikutnya adalah dari Nilai Sisa Buku.
Sedangkan perlakuan pencatatan terhadap harta tak berwujud sama dengan perlakuan
akuntansi terhadap harta berwujud:
1) Harta tak berwujud dicatat sebesar harga perolehan pada tanggal diperoleh.
2) Harga peroleh harta tak berwujud sama dengan jumlah yang dibayarkan atau nilai wajar
dari harta yang diperoleh.
3) Metode amortisasi adalah garis lurus kecuali kalau ada yang lebih sesuai.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa harga tetap tak berwujud dapat diamortisasi
dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun ganda, dan beberapa jenis harta tak
berwujud diamortisasi dengan metode satuan produksi. Metode satuan hasil produksi dilakukan
dengan menerapkan presntase amortisasi yang besarnya tiap tahun sama dengan presentase
perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan
dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi tersebut dapat
diproduksi. Jika jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga
masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa
pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan.
3.2 Saran
Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting, karena
mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode
penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan
tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. Yang
perlu diingat bahwa manajemen dapat memilih satu atau lebih metode yang dianggap paling
sesuai. Dan bila sudah menetapkan satu metode, harus ditetapkan secara konsisten, sepanjang masa
penggunaan aktiva yang bersangkutan, sehingga laporan keuangan dari periode ke periode dapat
diperbandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hery, S.E., M.Si. 2011. Akuntansi Aktiva, Utang, dan Modal. Jakarta: Penerbit Gava Media.
2. Ahmad Syafii Syakur. April 2015. Intermediate Accounting Dalam Perspektif Lebih Luas
Edisi Revisi. Jakarta: Pembuka Cakrawala.
3. Trihastuti. 2009. Metode Penyusutan Aktiva Tetap.
https://trihastutie.wordpress.com/2009/07/20/metode-penyusutan-aktiva-tetap/. 20 Juli 2009.
4. Dae Uchu. 2016. Makalah Perencanaan Pajak Untuk Penyusutan Aset Tetap.
http://daeuchu.blogspot.co.id/2016/03/makalah-perencanaan-pajak-untuk.html. 25 Maret 2016.