Anda di halaman 1dari 16

Tugas 1

HUKUM DAGANG
Makalah Perseroan Terbatas (PT)

OLEH :

NAMA : MUJIARTO
NIM : H1A1 16 335
KELAS :F
DOSEN : Dr. ZAHRAWATI. SH. MH

FAKULTAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

1|HUKUM DAGANG
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan

rahmat berupa kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan

Makalah Tentang Perseroan Terbatas (PT). Shalawat dan salam tak lupa pula kita

kirimkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita semua

dari alam kebodohan hingga ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Makalah Tentang Perseroan Terbatas (PT) ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan pembaca serta dapat bermanfaat bagi kita semua. Kiranya Makalah

Tentang Perseroan Terbatas (PT) ini dapat dijadikan pegangan terkait dengan

materi bersangkutan. Dengan paparan materi, penyajian, dan dengan bahasa yang

sederhana diharapkan dapat membantu menguasai materi dengan mudah.

Kami menyadari bahwa Makalah Tentang Perseroan Terbatas (PT) ini

masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan masukan

dari pembaca sekalian untuk penyempurnaan makalah kami yang akan datang.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Kendari, 17 Oktober 2017

Mujiarto

2|HUKUM DAGANG
DAFTAR ISI

COVER MAKALAH .........................................................................................1


KATA PENGANTAR .......................................................................................2
DAFTAR ISI ......................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................5
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pendirian Perseroan Terbatas .............................................. 6
B. Struktur Dalam Perseroan Terbatas ................................................ 10
C. Permodalan Perseroan Terbatas ......................................................... 12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................14
B. Saran .......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................16

3|HUKUM DAGANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam masyarakat istilah Badan Hukum tidak asing lagi, yang sering
dilawankan dengan istilah Badan Pribadi atau manusia, namun keduanya
sama-sama sebagai subyek hukum. Dalam bahasa Belanda Badan Hukum
disebut rechtspersoon. Di dalam peraturan UnaangUndang tidak ada batasan
pengertian apa yang disebut badan hukum itu. Namun pengertian yang sudah
umum dikenal oleh beberapa ahli bahwa Badan Hukum adalah segala.
sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban, dapat melakukan
perbuatan hukum, dapat menjadi subyek hukum, dapat
dipertanggungjawabkan seperti halnya manusia. Badan Hukum mempunyai
hak dan kewajiban, harta kekayaan dan tanggung jawab yang terpisah dari
orang perseorangan.
Dari beberapa sumber ditemukan beberapa pengertian Badan Hukum
antara lain menurut Maijers Badan Hukum adalah meliputi segala sesuatu
yang menjadi pendukung hak dan kewajiban. Sedang menurut Logemann,
Badan hukum adalah suatu personifikatie (personifikaai) yaitu suatu
bestendigheid (perwujudan, penjelmaan) hak dan kewuihan, Sedang menurut
E. Utreht, menyatakan Badan Hukum (rechrtspersoon ), yaitu badan yang
menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak, selanjutnya
dijelaskan, bahwa badan hukum ialah setiap pendukun; hak yang tidak
berjiwa, atau lebih tepat yang bukan manusia.
Sedang menurut R. Subekti, Badan Hukum pada pokoknya adalah suatu
badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan
perbuatan seperti manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat
atau menggugat didepan hakim. R. Rochmat Soemitro mengemukakan
bahwa badan hukum (rechtspersoon) ialah suatu badan yang dapat
mempunyai harta, hak serta kewajiban seperti orang pribadi. Sri Soedewi
Maschun Sofwan menjelaskan bahwa manusia adalah badan pribadi, itu

4|HUKUM DAGANG
adalah manusia tunggal. Selain dari manusia tunggal, dapat juga oleh
hukum diberikan kedudukan sebagai badan pribadi kepada wujud lain,
disebut badan hukum yaitu kumpulan dari orang-orang bersama-sama
mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan,
yang tersendirikan untuk tujuan tertentu.
Dalam ha1 badan hukum melaksanakan hak dan kewajibannya tersebut
diwakili oleh para pengurusnya yang ditunjuk sesuai dengan anggaran
dasarnya. Sehingga perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan
pengurusnya itu mengikat badan hukum itu sendiri, tidak mengikat
pengurusnya secara pribadi, dan yang bertanggunhjawab adalah badan
hukumnya bukan pengurusnya secara pribadi, sepanjang hal itu dilakukan
sesuai dengan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada pengurus
dalam anggaran dasarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pendirian sebuah Perseron Terbatas?
2. Bagaimana struktur dalam Perseroan Terbatas?
3. Bagaimana permodalan Perseroan Terbatas?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses pendirian perseroan terbatas
2. Mengetahui struktur dalam perseroan terbatas
3. Mengetahui permodalan perseroan terbatas

D. Manfaat
Agar pembaca mengetahui perseroan terbatas (PT) dari segi
substansialnya yang dimulai dari proses pendirian PT, struktur dalam PT
dan permodalan PT.

5|HUKUM DAGANG
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pendirian Perseroan Terbatas


Mengenai prosedur pendirian Perseroan Terbatas menurut KUHD
dengan UUPT tahap-tahap yang harus ditempuh pada prinsipnya sama.
Yaitu ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk pendirian Perseroan
Terbatas antara lain, tahap pembuatan akta, pengesahan, pendaftaran dan
pengumuman.
1. Tahap pembuatan akta,
Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 (1) UUPT dinyatakan bahwa
Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris
yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
Seperti halnya disebutkan dalam pengertian Perseroan Terbatas,
bahwa PT didirikan berdasarkan perjanjian, juga menunjukkan PT
harus didirikan setidaknya oleh 2 (dua) orang atau lebih, karena
perjanjian setidaknya diadakan oieh minimal 2 (dua) orang.
Disamping itu PT harus didirikan dengan akta otentik dalam hal ini
oleh dan dihadapan pejabat yang berwenang yaitu notaris, yang di
dalamnya memuat Anggaran Dasar dan keterangan lainnya. Pada saat
pendirian dipersyaratkan para pendiri wajib mengambil bagian saham
atau modal.

2. Tahap pengesahan
Setelah dibuat akta pendirian yang di dalamnya memuat Anggaran
Dasar dan keterangan lainnya, kemudian dimintakan pengesahannya.
Pengesahan yang dimaksudkan disini adalah pengesahan pemerintah
yang dalam hal ini oleh Menteri.
Pengesahan ini mengandung arti penting bagi pendirian Perseroan
Terbatas, karena menentukan kapan Perseroan itu memperoleh status

6|HUKUM DAGANG
Badan. Hukum. Dalam hal ini berdasarkan pasal 7 (6) UUPT,
disebutkan bahwa Perseroan memperolah status Badan Hukum setelah
Akta Pendiriannya disahkan oleh Menteri, yang dalam hal ini adalah
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Dengan demikian menurut UUPT disamping ada penegasan bahwa
PT adalah Badan Hukum, juga ada penegasan kapan PT itu memperoleh
status Badan Hukum, yaitu sejak akta pendiriannya disahkan oleh
Menteri. Sedangkan di dalam KUHD penegasan ini tidak ada.
Di dalam KUHD berdasarkan pasal 36 hanya disebutkan bahwa
sebelum Perseroan Terbatas didirikan, maka akta pendiriannya harus
dimintakan pembenaran kepada Gubernur Jenderal atau Pejabat yang
ditunjuk untuk itu. Dari ketentuan ini masalah pengesahan pada
dasarnya sama dengan pembenaran, sehingga dilihat dari persyaratan
itu baik KUHD maupun UUPT sama-sama bahwa akta pendirian
Perseroan Terbatas harus dimintakan pengesahan/ pembenaran. Hanya
masalah kapan Perseroan terbatas itu memperoleh status Badan Hukum
dalam KUHD tidak ditegaskan, sedang dalam UUPT ditegaskan yaitu
sejak diberikannya pengesahan akta pendiriannya oleh Menteri.
Mengenai prosedur pengesahan dijelaskan dalam UUPT pasal 9
yang menyatakan bahwa, untuk memperoleh pengesahan Menteri, para
pendiri bersarna-sama atau kuasanya, mengajukan permohonan tertulis
dengan melampirkan Akta pendirian PT. Biasanya permohonan
pengesahan ini sekaligus ditangani dan diajukan oleh notarisnya yang
rnembuat akta. Karena pada umumnya para pendiri tidak mau repot
mengurus sendiri pengesahan ini, sehingga biasanya notaris yang
membuatkan akta pendirian sekaligus diminta menguruskan
pengesahannya. Pengesahan tersebut sesuai pasal 9 ayat (2) harus
diberikan paling lama dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah
permohonan diterima.
Dibandingkan dengan KUHD yang tidak mengatur mengenai jangka
waktu kapan pengesahan harus diberikan sehingga pada waktu itu orang

7|HUKUM DAGANG
mendirikan PT dapat memakan waktu yang cukup lama, maka
pengesahan menurut UUPT ini lebih tegas dan relatif cepat sepanjang
dilaksanakan dengan benar. Hanya persoalannya apakah waktu 60
(enam puluh) hari itu benar-benar dapat dipenuhi atau tidak.
Proses pemberian pengesahan yang cukup lama akan menimbulkan
persoalan tersendiri, manakala Perseroan Terbatas itu sudah
melaksanakan kegiatannya, sedangkan status hukumnya belum jelas.
Persoalan ini akan timbul berkaitan dengan tanggungjawab terutama
terhadap pihak ketiga. Dalam hal ini siapakah yang harus
bertanggungjawab.
Persoalan lain yang menjadi pertanyaan apabila ternyata dalam
waktu 60 hari itu ternyata pengesahan tidak dapat diberikan, atau
ditolak, sedang semua persyaratan telah terpenuhi sehingga tidak ada
alasan untuk menolak memberikan pengesahan, maka apakah bagi
pendiri dapat mengajukan Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) bagi Pejabat yang harusnya memberikan ke f..lutusan
pengesahan.
Dalam hal permohonan ditolak maka penolakan itu harus disam-
paikan secara tertulis kepada pemohon beserta alasannya, juga dalam
waktu 60 (enam puluh) hari.
Dengan ketentuan batas waktu 60 hari itu memang akan memper-
mudah dan mempercepat dan yang lebih penting lebih efisien, sehingga
batas waktu ini benar-benar dapat dipenuhi.

3. Pendaftaran dan Pengumuman


Di dalam UUPT pendaftaran dan pengumuman dijadikan satu dalam
satu bagian ketentuan yaitu bagian ketiga pasal 21, 22, dan 23. Yang
perlu diperhatikan mengenai pendaftaran dan pengumuman menurut
UUPT ini adalah bahwa yang dimaksud pendaftaran disini adalah,
pendaftaran dalam Daftar Perusahaan, yang di dalam penjelasannya
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Daftar Perusahaan adalah

8|HUKUM DAGANG
daftar perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Sehingga
dengan demikian pendaftarannya dilakukan di Kantor pendaftaran
perusahaan yaitu di Kantor Perdagangan dan Perindustrian, yang harus
dilakukan untuk memenuhi kewajiban pendaftaran perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 3 Tahun 1982. Pendaftaran ini
harus dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pengesahan
atau persetujuan diberikan atau setelah tanggal penerimaan laporan.
Kemudian ketentuan lebih lanjut setelah pendirian Perseroan
Terbatas tersebut didaftarkan, kemudian diumumkan ke dalam Tam-
bahan Berita Negara Republik Indonesia. Pengumuman ini dilakukan
paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran.
Dibandingkan dengan KUHD yang juga mengatur tentang pen-
daftaran dan pengumuman, namun terdapat perbedaan yaitu bahwa di
dalam KUHD pendaftaran yang dimaksudkan adalah pendaftaran di
Kepaniteraan Raad van Justitie (sekarang Pengadilan Negeri) dalam
wilayah hukumnya, sedang pengumumannya di Majalah Resmi.
Sehingga khususnya berkaitan dengan pendaftaran, maka berdasarkan
UUPT lebih sederhana karena dengan pendaftaran ke dalam Daftar
Perusahaan sebagaimana dimaksudkan dalam UUPT yaitu di Kantor
Pendaftaran Perusahaan, berarti disamping memenuhi kewajiban
pendaftaran dalam kaitannya proses pendirian PT juga sekaligus
memenuhi kewajiban pendaftaran perusahaan sebagaimana diwajibkan
dalam UU nomor 3 Tahun 1982. Sedang dalam KUHD pendaftaran di
Kepaniteraan Pengadilan negeri berarti masih harus memenuhi
kewajiban pendaftaran perusahaan sebagaimana diwajibkan dalam UU
nomor 3 Tahun 1982 seperti halnya kewajiban pendaftaran perusahaan
pada umumnya.

9|HUKUM DAGANG
B. Struktur Dalam Perseroan Terbatas
Sebagai badan hukum maka dalam melaksanakan kepengurusan
Perseroan Terbatas mempunyai organ, yang terdiri Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Direksi (Pengurus), dan Komisaris, sebagaimana
disebutkan dalam pasal 1 (2) UUPT.
Dibandingkan dengan ketentuan dalam KUHD terdapat perbedaan
khususnya yang berkaitan dengan pengurus, sebagaimana dijelaskan dalam
pasal 44 KUHD bahwa Perseroan diurus oleh pengurus, dengan atau tidak
dengan komisaris atau pengawas. Dari ketentuan tersebut menurut KUHD,
Komisaris/pengawas bukan merupakan suatu keharusan, hal ini dapat
dilihat dari kalimat dengan atau tidak dengan komisaris, yang mengandung
makna tidak harus.
Sedangkan menurut UUPT komisaris merupakan salah satu organ
perseroan yang harus ada, bahkan di dalam ketentuan selanjutnya bagi
Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat,
menerbitkan surat pengakuan utang atau Perseroan Terbuka wajib
mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang Pengurus dan 2 (dua) orang
Komisaris. Masing-masing organ PT tersebut mempunyai tugas dan
kewenangan sendiri-sendiri, yaitu :
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan
yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan dan me-
megang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi
atau komisaris. Dengan demikian RUPS merupakan organ yang
tertinggi di dalam Perseroan. RUPS terdiri dari rapat Tahunan dan
rapat-rapat lainnya. Di dalam RUPS ini setiap saham yang dike-
luarkan mempunyai satu hak suara, kecuali Anggaran Dasar
menentukan lain.
Direksi atau pengurus adalah organ Perseroan yang bertangggung
jawab penuh atas kepengurusan perseroan untuk kepentingan .dan
tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di
luar Pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Dengan

10 | H U K U M DAGANG
demikian kepengurusan Perseroan dilakukan oleh Direksi yang
diangkat oleh RUPS sesuai dengan Anggaran Dasarnya.
Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 82 UUPT bahwa Direksi ber-
tanggung jawab penuh atas kepengurusan perseroan untuk kepen-
tingan dan tujuan perseroan serta mewakiti perseroan baik di dalam
maupun di luar Pengadilan. Dalam hal ini terlihat adanya dua sisi
tanggungjawab, yaitu :
Pertama, Tanggungjawab intern/kedalam, yaitu berkaitan dengan
kepengurusan jalannya dan maju mundurnya perseroan maka direksi
bertanggungjawab penuh. Artinya apabila Perseroan mengalami
kerugian akibat dari kesalahan direksi dalam menjalankan
kepengurusannya, maka pengurus bertanggungjawab. Dalam
menyampaikan pertanggungjawaban intern ini direksi dapat melalui
RUPS, sebagai organ tertinggi dalam Perseroan. Dengan demikian
tanggungjawab intern ini lebih kepada tanggungjawab Direksi dalam
mencapai tujuan perseroan, sehingga ia harus bertanggungjawab
kepada pemilik perseroan yaitu pemegang saham.
Kedua, Tanggungjawab keluar, yaitu tanggungjawab terhadap pihak
ketiga, atau kepada siapa Perseroan itu melakukan perbuatan atau
perjanjian. Dalam hal ini kedudukan pengurus menjalankan tugas
kepengurusannya adalah sebagai wakil yang bertindak untuk dan atas
nama Perseroan. Sehingga tanggung jawab terhadap pihak ketiga,
yang terikat adalah PT, bukan pengurus secara pribadi, sepanjang
dilakukan berdasarkan etikad baik, sesuai dengan tugas dan
kewenangannya, untuk kepentingan dan tujuan perseroan berdasarkan
Anggaran dasar. Namun apabila direksi melakukan kesalahan dan
lalai dalam menjalankan tugasnya direksi dapat dipertanggung
jawabkan secara pribadi. Tanggungjawab ini baik secara pidana
maupun secara perdata. Hal ini ditentukan dalam pasal 85 UUPT
yang antara lain menyebutkan, bahwa setiap direksi wajib dengan
etikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugas untuk

11 | H U K U M DAGANG
kepentingan dan usaha perseroan. Setiap anggota Direksi
bertanggungjawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan
bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasehat
kepada Direksi dalam menjalankan Perseroan. Wewenang dan
kewajiban Komisaris ditetapkan dalam Anggaran dasar. Seperti
hallnya Pengurus, maka Komisaris dalam menjalankan tugasnya
wajib dengan etikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan
tugasnya untuk kepentingan dan usaha perseroan. Dengan demikian
apabila Komisaris dalam menjalankan tugasnya dengan etikad baik,
dan menimbulkan kerugian maka Komisaris dapat diper-
tangungjawabkan secara pribadi.

C. Permodalan Perseroan Terbatas


Sebagaimana dijelaskan dalam UUPT bahwa modal Perseroan Ter -
batas terbagi dalam saham-saham, yang masing-masing saham mem-
punyai nominal tertentu. Keikutsertaan modal bagi pendiri menurut
UUPT merupakan suatu keharusan, sebagaimana ditentukan dalam pasal
7 (2) bahwa setiap pendiri PT wajib mengambil bagian saham pada saat
perseroan didirikan. Untuk mendirikan Perseroan Terbatas harus ada
modal dasar paling sedikit Rp. 20.000.000,-- (duapuluh juta rupiah),
sebagaimana ditentukan dalam pasal 25 (1) UIJPT.
Dibandingkan dengan KUHD mengenai batas minimal modal dasar
tidak ditentukan. Dengan ketentuan batas minimal modal dasar ini
memang dalam perkembangannya harus ada penyesuaian, karena nilai
rupiah yang selalu tidak stabil dan mengalami perubahan, sehingga batas
minimal ini untuk beberapa tahun yang akan datang sudah tidak sesuai
lagi.
Disamping batas minimal modal dasar juga ditentukan bahwa, pada
saat pendirian Perseroan, paling sedikit 25% (dua puluh lima p ersen)

12 | H U K U M DAGANG
dari modal dasar harus sudah ditempatkan, dan setiap penempatan modal
tersebut harus sudah disetor paling sedikit 50% (lima puluh persen) dan
nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan, dan seluruh saham yang
telah dikeluarkan harus sudah disetor penuh pada saat pengesahan
perseroan dengan bukti penyetoran yang sah. Sedangkan pengeluaran
saham selanjutnya setiap kali harus disetor penuh.
Dari ketentuan permodalan ini menggambarkan bahwa para pendiri
perseroan tidak hanya sekedar mendirikan perseroan saja, tapi ia juga
harus henar-benar turut serta dalam permodalan perseroan yang dengan
sendirinya turut bertanggungjawab atas jalannya perseroan.

13 | H U K U M DAGANG
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan:
1. Mengenai prosedur pendirian Perseroan Terbatas menurut KUHD
dengan UUPT tahap-tahap yang harus ditempuh pada prinsipnya sama.
Yaitu ada beberapa tahap yang harus dilakukan untuk pendirian
Perseroan Terbatas antara lain, tahap pembuatan akta, pengesahan, pen-
daftaran dan pengumuman.
2. Sebagai badan hukum maka dalam melaksanakan kepengurusan
Perseroan Terbatas mempunyai organ, yang terdiri Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Direksi (Pengurus), dan Komisaris,
sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 (2) UUPT.
3. Untuk mendirikan Perseroan Terbatas harus ada modal dasar paling
sedikit Rp. 20.000.000,-- (dua puluh juta rupiah), sebagaimana
ditentukan dalam pasal 25 (1) UIJPT.
Disamping batas minimal modal dasar juga ditentukan bahwa, pada
saat pendirian Perseroan, paling sedikit 25% (dua puluh lima persen)
dari modal dasar harus sudah ditempatkan, dan setiap penempatan modal
tersebut harus sudah disetor paling sedikit 50% (lima puluh persen) dan
nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan, dan seluruh s aham yang
telah dikeluarkan harus sudah disetor penuh pada saat pengesahan
perseroan dengan bukti penyetoran yang sah. Sedangkan pengeluaran
saham selanjutnya setiap kali harus disetor penuh.

14 | H U K U M DAGANG
B. Saran
Adapun saran penulis yaitu bahwa dalam mendirikan suatu perusahaan
yang dalam hal ini adalah Perseroan Terbatas, harus sesuai dengan tahap-tahap
yang telah ditentukan dan pertimbangan yang akurat, agar berjalan dengan
lancar

15 | H U K U M DAGANG
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra


Aditya Bakti, 2006

Chidir Ali, SH, Badan Hukum, Bandung: Alumni, 1987, Paramita, 2002.

Pieter Tedu Bataona, SH, Mengenal Pasar Modal Dan Tata Urutan
Perdagangan Efek Serta Bentuk-Bentuk Preusan Di Indonesia, Nusa Indah ,
Flores-NTT, 1994

Purwosutjipto, H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2,


Jakarta: Djambatan, 1988

R. Murjiyanto, SH, Pengantar Hukum Dagang , Yoyakarta: Liberty, 2002

R. Soebekti dan R. Tjitrosubio, Kutab Undang-Undang Hukum Perdata,


Jakarta: Pradnya

Undang Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

16 | H U K U M DAGANG

Anda mungkin juga menyukai