Anda di halaman 1dari 3

SPOROZOA PARASIT

Dyan Listiana/150342602064/GHI-K

1. Mengapa penyakit malaria sulit diberantas terutama untuk penyakit malaria yang
disebabkan oleh Plasmodium falciparum?
Jawab:

Hal tersebut dikarenakan vektor dari penyakit malaria tersebut telah kebal atau
resisten terhadap obat antimalaria yang digunakan. Parasit dinyatakan telah kebal
(resisten) terhadap obat, jika parasit mampu tetap hidup dan berkembang biak
meskipun telah diobati dengan dosis yang dianjurkan atau dengan dosis yang lebih
tinggi yang masih dapat ditoleransi oleh penderita. Spesies Plasmodium yang paling
sering dilaporkan telah resisten terhadap obat anti malaria adalah Plasmodium
falciparum yang telah kebal terhadap proguanil dan sikloguanil pamoat di berbagai
daerah di Asia dan Afrika, dan terhadap pirimetamin di Asia, Pasifik, Afrika dan
Amerika Selatan. Plasmodium falciparum juga dilaporkan telah resisten terhadap
klorokuin yang banyak digunakan untuk mengendalikan malaria di Asia Tenggara,
termasuk Indonesia, dan di Amerika Selatan.
2. Bagaimana perbedaan tingkat kekebalan dari parasit penyakit malaria terhadap obat
antimalaria?
Jawab:
Plasmodium dinyatakan sensitif terhadap obat anti malaria tertentu, jika dalam
waktu 7 hari pengobatan, parasitemi bentuk aseksual telah menghilang tanpa diikuti
kekambuhan (rekrudesensi). Plasmodium yang masih sensitif ini dinyatakan Sensitif
(S). Tingkat kekebalan parasit malaria terhadap obat anti malaria dapat digolongkan
atas derajat kekebalan R-I dan R-II. Pada kekebalan derajat R-I parasitemi bentuk
aseksual menghilang dalam waktu 7 hari pengobatan, tetapi kemudian diikuti
kekambuhan, sedangkan pada kekebalan derajat II, sesudah pengobatan 7 hari
parasitemi bentuk aseksual menurun tetapi tidak menghilang seluruhnya. Untuk
memberantas malaria jika telah terjadi resistensi parasit terhadap obat anti malaria,
maka obat malaria harus segera diganti dengan obat anti malaria lainnya.
Pengendalian malaria juga dilakukan dengan meningkatkan pemberantasan nyamuk
Anopheles yang menjadi vektor penularnya.
3. Bagaimana proses terjadinya anemia pada penderita malaria ?
Jawab:
Anemia pada penderita malaria disebabkan akibat adanya hemolisisnya sel
darah merah baik sel darah merah yang terinfeksi parasit malaria ataupun yang tidak
terinfeksi. Hemolisisnya sel darah merah yang tidak terinfeksi oleh parasit malaria
disebabkan akibat adanya meningkatnya fragilitas osmotik sehingga menyebabkan
autohemolisis pada sel darah merah yang tidak terinfeksi oleh parasit tersebut. Untuk
infeksi plasmodium falciparum, anemia yang terjadi dapat tergolong dalam anemia
yang berat sebab semua umur sel darah merah dapat diinfeksi oleh parasit tersebut.
4. Bagaimana ibu hamil yang menderita malaria dapat menyebabkan janin yang
dikandungnya memiliki berat badan yang rendah?
Jawab:

Ibu hamil yang menderita malaria dapat berakibat buruk pada janin yang
dikandungnya. Pengaruh pada janin yang paling sering terjadi adalah Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR). Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dapat disebabkan
oleh kelahiran prematur dan gangguan pertumbuhan janin. Kondisi ini dapat terjadi
akibat malaria di masa kehamilan karena adanya gangguan suplai nutrisi dan oksigen
dari ibu ke janin yang dikandungnya. Gangguan sirkulasi uteroplasenta terjadi akibat
adanya sekuestrasi eritrosit terinfeksi yang terus mengkonsumsi glukosa dan oksigen
eritrosit, terjadinya penebalan membran sitotropoblas dan kondisi anemia pada ibu.
Selain itu, proses inflamasi yang diperantarai oleh sitokin Th1 akibat infeksi parasit
malaria ini juga mempengaruhi secara langsung proses tumbuh kembang janin.
Apabila infeksi yang terjadi cukup berat, malaria di masa kehamilan dapat
mengakibatkan abortus atau stillbirth.(6,12)

Anda mungkin juga menyukai