Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur.


Dosen Pengampu : Desy Lusiyana, M.Pd
Mata Kuliah : Kapita Selekta 1

Kelompok 13
Tadris Matematika D / IV

Muhammad Wildan H. F.
(1414153134)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam juga tak lupa pula kami limpahkan
kepada baginda nabiullah Muhammad SAW selaku tokoh reformasi bagi kita
sekalian yang mengajarkan kepada kebenaran khususnya bagi umat muslim yang
telah menunjukan kepada kita jalan kebenaran dan kebaikan terutama yang masih
tetap teguh pendirian sampai hari ini.
Makalah ini dibuat guna memenuhi kewajiban kami selaku mahasiswa
dalam rangka memenuhi tugas yang telah diberikan dan merupakan pra-syarat
dalam memperoleh nilai pada mata kuliah Kapita Selekta 1. Makalah ini
disusun berdasarkan referensi yang ada, serta merupakan gabungan dari teman-
teman serta dari Dosen pengampu, yang inti dari makalah ini adalah membahas
masalah Kesebangunan dan Kekongruenan.
Dalam penyusunan materi ini, kami sadar sepenuhnya atas segala
kekurangan dan kesempurnaan sehingga di butuhkan masukan dari berbagai pihak
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga Allah SWT. selalu menyertai dan meridhoi kita bersama dalam
upaya ikut mencerdaskan kehidupan yang berbudi pekerti luhur. Amin Ya
RabbalAlamin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Cirebon, Mei 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 1

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN


A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Ahli (Jigsaw) .................... 2
1. Pengertian Tim Ahli (Jigsaw) ...................................................... 2
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Ahli
(Jigsaw) ........................................................................................ 3
3. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Ahli (Jigsaw) ...... 4
4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Ahli (Jigsaw) .... 5
B. Evaluasi Pembelajaran Media Jigsaw Puzzle ...................................... 5
1. Langkah-langkah menerapkan jigsaw puzzle .............................. 5
2. Kelebihan evaluasi media jigsaw puzzle ...................................... 6
3. Kelemahan evaluasi media jigsaw puzzle .................................... 6

BAB III PEMBAHASAN


A. Kekongruenan Bangun Datar .............................................................. 7
B. Kekongruenan Dua Segitiga ............................................................... 11
C. Kesebangunan Bangun Datar .............................................................. 13
D. Kesebangunan Dua Segitiga ............................................................... 14

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membandingkan dua benda secara geometris dapat dilihat dari dua aspek,
yaitu bentuk dan ukurannya. Satu benda yang memiliki bentuk yang sama tapi
dengan ukuran berbeda banyak dijumpai atau digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, miniatur bangunan dan bangunan itu sendiri. Peta suatu
daerah dengan daerah sesungguhnya dan lain-lain.
Dua benda yang memiliki bentuk yang sama tetapi ukurannya berbeda
disebut sebangun. Adanya kesebangunan antara dua benda akan berguna
untuk mengungkapkan informasi berkaitan dengan benda kedua dengan
memanfaatkan informasi pada benda pertama atau sebaliknya.
Kesebangunan atau kekongruenan bangun datar merupakan bagian dari
materi matematika yang dinilai relatif sulit bagi siswa terutama pada sub bab
pokok bahasan kesebangunan segitiga. Siswa masih kesulitan untuk
menentukan kesebangunan segitiga. Salah satu kompetensi dasar adalah
mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekongruenan bangun datar?
2. Apa yang dimaksud dengan kekongruenan dua segitiga?
3. Apa yang dimaksud dengan kesebangunan bangun datar?
4. Apa yang dimaksud dengan kesebangunan dua segitiga?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui kekongruenan bangun datar.
2. Untuk mengetahui kekongruenan dua segitiga.
3. Untuk mengetahui dengan kesebangunan bangun datar.
4. Untuk mengetahui dengan kesebangunan dua segitiga.

1
BAB II
STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Ahli (Jigsaw)


1. Pengertian Tim Ahli (jigsaw)
Pengertian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikan rupa sehingga tingkah laku siswa menjadi
kearah yang lebih baik. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dan
bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan
kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok
lain.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas (Ibrahim dkk., 2000 dan
Ratumanan, 2002), kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan temen-teman
di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al. sebagai
model Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis,berbicara, ataupun mendengarkan. Dalam
Teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan
untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997 dalam http://matamatika-ipa.com ). Model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupaka tipe model pembelajaran kooperatif
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang
secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan

2
bertanggung jawab atas ketuntasanbagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kapada kelompok yang lain
(Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan (Lie,A., 1994).
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli.Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang
keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli.Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Ahli


(Jigsaw)
Selanjutnya menurut Arends, (1997: 45) menggambarkan tentang
langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi satu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam
kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi
perkuliahan yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
b. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah
satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan

3
materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok
yang disebut kelompok ahli. Misal suatu kelas dengan jumlah 40
siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5
siswa.
c. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau yang dipelajari
dalam kelompok ahli. Guru /dosen memfasilitasi diskusi kelompok
baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
d. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok
asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok
atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.

3. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Ahli (Jigsaw)


a. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
b. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
c. Menerapkan bimbingan sesama teman
d. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
e. Memperbaiki kehadiran
f. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
g. Sikap apatis berkurang
h. Pemahaman materi lebih mendalam
i. Meningkatkan motivasi belajar
j. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
k. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
l. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama
dengan kelompok lain

4
m. Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.

4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Ahli (Jigsaw)


a. Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa bingung
dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran
baru;
b. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan
ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing
maka dikhawatirksn kelompok akan macet
c. Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang
pandai
d. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan
masalah,misal jika ada anggota yang hanya memboncengdalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
e. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan
ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah
posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan
persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.

B. Evaluasi Pembelajaran Media Jigsaw Puzzle


Jigsaw puzzle merupakan jenis permainan teka-teki menyusun potongan-
potongan gambar agar menjadi gambar yang sempurna. Dalam pembelajaran
matematika kita akan mencoba menyatukan materi atau soal-soal dalam
kepingan gambar yang akan disusun untuk menjadikan gambar tersebut
sempurna, agar membuat siswa merasa nyaman dan menyenangkan saat
mengerjakan soal-soal matematika.

1. Langkah-langkah menerapkan jigsaw puzzle


a) Siswa diberi alas puzzle dan soal-soal untuk dikerjakan.

5
b) Apabila siswa sudah mengerjakan dan mendapatkan jawaban, maka
siswa harus mencari kepingan gambar yang sesuai dengn jawabannya.
Begitupun seterusnya sampai soal selesai.
c) Demikian sehingga gambar tersusun dengan sempurna.

2. Kelebihan evaluasi media jigsaw puzzle


a) Siswa tertarik dengan kegiatan permainan sehingga membuat keadaan
kelas menjadi menyenangkan saat mengerjakan soal latihan.
b) Di dalam kelas terjadi interaksi antar siswa dengan kelompoknya dan
juga melatih kekompakan kerjasama di dalam kelompoknya.
c) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan daripada guru.
d) Siswa kreatif dalam melakukan kegiatan.

3. Kekurangan evaluasi media jigsaw puzzle


a) Membuat siswa hanya ingin bermain saat evaluasi berjalan.
b) Siswa asik dengan susun-menyusun.
c) Suasana kelas menjadi ramai dan terkadang tidak kondusif.
d) Waktu yang digunakan kurang efektif dan efesien.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kekongruenan Bangun Datar

Dua bangun yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama


dinamakan kongruen. Dua bangun segi banyak (poligon) dikatakan kongruen
jika memenuhi dua syarat, yaitu:

(i) Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang.


(ii)Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.

A B J K

D C M J

Sudut-sudut yang bersesuain:

A dan J mA = mJ

B dan K mB =mK

C dan L mC = mL

D dan M mD = mM

Sisi-sisi yang bersesuaian:

AB dan JK AB = JK

BC dan KL BC = KL

CD dan LM CD = LM

DA dan MJ DA dan MJ

7
Jika bangun ABCD dan JKLM memenuhi kedua syarat tersebut, maka
bangun ABCD dan JKLM kongruen, dinotasikan dengan ABCD JKLM.

Contoh 1: menentukan sisi-sisi dan sudut-sudut yang bersesuaian:

Segi empat ABCD dan WXYZ pada gambar di bawah kongruen. Sebutkan sisi-
sisi dan sudut-sudut yang bersesuaian.
D C Z Y

A B W X

Alternatif Penyelesaian:

Sisi-sisi yang bersesuaian:

AB dan WX

BC dan XY

CD dan YZ

DA dan ZW

Sudut-sudut yang bersesuaian:

A danW

B danX

C danY

D danZ

8
Contoh 2: Mengidentifikasi dua bangun kongruen

Manakah persegi di samping yang kongruen? Jelaskan.


8 9
8 8
8 8 9 9
8 8
8
9
Alternatif Penyelesaian:

Dua bangun dikatakan kongruen jika memenuhi dua syarat, yaitu:

(i) Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar


Setiap persegi mempunyai empat sudut siku-siku, sehingga sudut-
sudut yang bersesuaian pada persegi (a), (b), dan (c) besarnya pasti
sama.
(ii)Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang

Persegi (a) dan pesrsegi (b)

Panjang setiap persegi (a) adalah 8 cm. Panjang setiap sisi


persegi (b) adalah 9 cm. Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian persegi
(a) dan (b) tidak sama panjang.

Persegi (b) dan persegi (c)

Panjang setiap sisi persegi (b) adalah 9 cm. Panjang setiap sisi
persegi (c) adalah 8 cm. Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian persegi
(b) dan (c) tidak sama panjang.

Persegi (a) dan persegi (b)

Panjang setiap sisi persegi (a) adalah 8 cm. Panjang setiap sisi
persegi (c) adalah 8 cm. Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian persegi
(a) dan (c) sama panjang.

Berdasarkan (i) dan (ii) di atas, maka persegi yang kongruen adalah
persegi (a) dan (c).

9
Contoh 3: menentukan panjang sisi dan besar sudut yang belum
diketahui

Perhatikan gambar trapesium ABCD dan PQRS yang kongruen di


bawah ini.

40 cm 16 cm S
A B R
15 cm
21 cm
D C Q P

a. Jika panjang sisi AB = 40 cm, BC = 21 cm, RS = 16 cm, dan PS =


15 cm, tentukan panjang sisi AD, DC, PQ, dan QR.
b. Jika besar A = 600, B = 400. Berapakah besar R dan S?
(Selanjutnya, besar A ditulis dengan m A, seperti yang sudah kamu
kenal di kelas 7 dan 8)

Alternatif Penyelesaian:

Diketahui: bangun ABCD PQRS, berarti

Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang


Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar
a. Untuk menentukan panjang sisi AD, DC, PQ, dan QR, tentukan
terlebih dulu sisi-sisi yang bersesuaian yaitu:
AB dengan PQ AB = PQ
BC dengan QR BC = QR
DC dengan SR DC = SR
AD dengan PS AD = PS
(Mengapa bukan AB = SR? Jelaskan)
Dengan demikian, jika AB = 40 cm, BC = 21 cm, RS = 16 cm, dan
PS = 15 cm maka:
AD = PS = 15 cm
DC = SR = 16 cm

10
QR = BC = 21 cm
PQ = AB = 40 cm
b. Untuk menentukan mR dan mS, tentukan terlebih dulu sudut-
sudut yang bersesuaian yaitu:

A =P mA = mP

B=Q mB =mQ

C =R mC = mR

D =S mD = mS

B. Kekongruenan Dua Segitiga

Dua bangun yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dinamakan
kongruen. Dua segitiga dikatakan kongruen jika memnuhi syarat berikut ini:

(i) Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang


(ii) Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar

<B dan <E adalah sudut yang


bersesuaian

B
E

A C
D F

Sisi AC dan DF adalah sisi yang


bersesuaian

11
Sisi-sisi yang bersesuaian:
AB dan DE AB = DE
BC dan EF BC = EF
CA dan FD CA = FD
Sudut-sudut yang bersesuaian:

A dan D mA = mD

B dan E mB =mE

C dan F mC = mF
Atau dengan kata lain


= = = 1

Untuk menguji apakah dua segitiga kongruen atau tidak, tidak perlu
menguji semua pasangan sisi dan sudut yang bersesuaian. Dua segitiga
dikatakan kongruen jika memenuhi salah satu kondisi berikut ini:

1. Ketiga pasangan sisi yang bersesuaian sama panjang. Biasa disebut dengan
kriteria sisi-sisi-sisi.

2. Dua pasang sisi yang bersesuaian sama panjang dan sudut yang diapitnya
sama besar. Biasa disebut dengan kriteria sisi-sudut-sisi.

12
3. Dua pasang sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi yang
menghubungkan kedua sudut tersebut sama panjang. Biasa disebut dengan
kriteria sudut-sisi-sudut.

4. Dua pasang sudut yang bersesuaian sama besar dan sepasang sisi yang
bersesuaian sama panjang. Biasa disebut dengan kriteria sudut-sudut-sisi.

5. Khusus untuk segitiga siku-siku, sisi miring dan satu sisi siku yang
bersesuaian sama panjang.

C. Kesebangunan Bangun Datar


Dua bangun datar yang mempunyai bentuk yang sama disebut sebangun.
Tidak perlu ukurannya sama, tetapi sisi-sisi yang bersesuaian sebanding
(proportional) dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. Perubahan
bangun satu menjadi bangun lain yang sebangun melibatkan perbesaran atau
pengecilan.
Dengan kata lain dua bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syarat:
(i) Perbandingan panjang sisi yang bersesuaian senilai

= = =

(ii) Sudut ang bersesuaian besarnya sama

mA =mE

13
mB =mF

mC =mG

mD =mH

D. Kesebangunan Dua Segitiga


Dua segitiga dikatakan sebangun jika hanya jika memenuhi syarat berikut
ini:

C C

A B

A B

(i) Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian senilai


= = =a

(ii) Besar sudut-sudut yang bersesuaian sama

mA =mA

mB =mB

mC =mC

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, penulis menyimpulkan.
1. Dua bangun datar bukan lingkaran dikatakan sebangun jika pasangan
sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama dan besar
sudut-sudut yang bersesuaian adalah sama.
2. Kesebangunan pada segitiga:
Dua segitiga dikatakan sebangun jika memenuhi salah satu syarat
berikut :
a. Perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian senilai.
b. Dua pasang sudut yang bersesuaian yang sama besar.
3. Bangun-bangun geometri dikatakan kongruen (sama sebangun) jika dan
hanya jika bangun-bangun itu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama.
4. Kekongruenan pada segitiga.
Dua buah segitiga dikatakan kongruen jika dan hanya jika memenuhi
sifat-sifat berikut.
a. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang.
b. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas, penulis memberikan saran atau
rekomendasi untuk menyempurnakan penulisan makalah ini yaitu :
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil
penulisan makalah ini guna menjawab beberapa pertanyaan atau
permasalahan yang muncul ketika penulisan makalah ini berlangsung.
2. Untuk lebih memahami materi kesebangunan dan kekongruenan harus
lebih banyak berlatih mengerjakan soal sejenis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Arends. 1997. Model Pembelajaran Kooperatif Learning. [online]

Ibrahim, M dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University


Press.

. 2015. Matematika. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

http://rhum4hnd3soq.blogspot.com/2010/10/contoh-model-
pembelajaran/snowball/html

16

Anda mungkin juga menyukai