Kelompok 13
Tadris Matematika D / IV
Muhammad Wildan H. F.
(1414153134)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 1
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membandingkan dua benda secara geometris dapat dilihat dari dua aspek,
yaitu bentuk dan ukurannya. Satu benda yang memiliki bentuk yang sama tapi
dengan ukuran berbeda banyak dijumpai atau digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, miniatur bangunan dan bangunan itu sendiri. Peta suatu
daerah dengan daerah sesungguhnya dan lain-lain.
Dua benda yang memiliki bentuk yang sama tetapi ukurannya berbeda
disebut sebangun. Adanya kesebangunan antara dua benda akan berguna
untuk mengungkapkan informasi berkaitan dengan benda kedua dengan
memanfaatkan informasi pada benda pertama atau sebaliknya.
Kesebangunan atau kekongruenan bangun datar merupakan bagian dari
materi matematika yang dinilai relatif sulit bagi siswa terutama pada sub bab
pokok bahasan kesebangunan segitiga. Siswa masih kesulitan untuk
menentukan kesebangunan segitiga. Salah satu kompetensi dasar adalah
mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekongruenan bangun datar?
2. Apa yang dimaksud dengan kekongruenan dua segitiga?
3. Apa yang dimaksud dengan kesebangunan bangun datar?
4. Apa yang dimaksud dengan kesebangunan dua segitiga?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui kekongruenan bangun datar.
2. Untuk mengetahui kekongruenan dua segitiga.
3. Untuk mengetahui dengan kesebangunan bangun datar.
4. Untuk mengetahui dengan kesebangunan dua segitiga.
1
BAB II
STRATEGI PEMBELAJARAN
2
bertanggung jawab atas ketuntasanbagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kapada kelompok yang lain
(Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan (Lie,A., 1994).
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli.Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang
keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli.Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
3
materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok
yang disebut kelompok ahli. Misal suatu kelas dengan jumlah 40
siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5
siswa.
c. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau yang dipelajari
dalam kelompok ahli. Guru /dosen memfasilitasi diskusi kelompok
baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
d. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok
asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok
atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.
4
m. Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.
5
b) Apabila siswa sudah mengerjakan dan mendapatkan jawaban, maka
siswa harus mencari kepingan gambar yang sesuai dengn jawabannya.
Begitupun seterusnya sampai soal selesai.
c) Demikian sehingga gambar tersusun dengan sempurna.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A B J K
D C M J
A dan J mA = mJ
B dan K mB =mK
C dan L mC = mL
D dan M mD = mM
AB dan JK AB = JK
BC dan KL BC = KL
CD dan LM CD = LM
DA dan MJ DA dan MJ
7
Jika bangun ABCD dan JKLM memenuhi kedua syarat tersebut, maka
bangun ABCD dan JKLM kongruen, dinotasikan dengan ABCD JKLM.
Segi empat ABCD dan WXYZ pada gambar di bawah kongruen. Sebutkan sisi-
sisi dan sudut-sudut yang bersesuaian.
D C Z Y
A B W X
Alternatif Penyelesaian:
AB dan WX
BC dan XY
CD dan YZ
DA dan ZW
A danW
B danX
C danY
D danZ
8
Contoh 2: Mengidentifikasi dua bangun kongruen
Panjang setiap sisi persegi (b) adalah 9 cm. Panjang setiap sisi
persegi (c) adalah 8 cm. Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian persegi
(b) dan (c) tidak sama panjang.
Panjang setiap sisi persegi (a) adalah 8 cm. Panjang setiap sisi
persegi (c) adalah 8 cm. Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian persegi
(a) dan (c) sama panjang.
Berdasarkan (i) dan (ii) di atas, maka persegi yang kongruen adalah
persegi (a) dan (c).
9
Contoh 3: menentukan panjang sisi dan besar sudut yang belum
diketahui
40 cm 16 cm S
A B R
15 cm
21 cm
D C Q P
Alternatif Penyelesaian:
10
QR = BC = 21 cm
PQ = AB = 40 cm
b. Untuk menentukan mR dan mS, tentukan terlebih dulu sudut-
sudut yang bersesuaian yaitu:
A =P mA = mP
B=Q mB =mQ
C =R mC = mR
D =S mD = mS
Dua bangun yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dinamakan
kongruen. Dua segitiga dikatakan kongruen jika memnuhi syarat berikut ini:
B
E
A C
D F
11
Sisi-sisi yang bersesuaian:
AB dan DE AB = DE
BC dan EF BC = EF
CA dan FD CA = FD
Sudut-sudut yang bersesuaian:
A dan D mA = mD
B dan E mB =mE
C dan F mC = mF
Atau dengan kata lain
= = = 1
Untuk menguji apakah dua segitiga kongruen atau tidak, tidak perlu
menguji semua pasangan sisi dan sudut yang bersesuaian. Dua segitiga
dikatakan kongruen jika memenuhi salah satu kondisi berikut ini:
1. Ketiga pasangan sisi yang bersesuaian sama panjang. Biasa disebut dengan
kriteria sisi-sisi-sisi.
2. Dua pasang sisi yang bersesuaian sama panjang dan sudut yang diapitnya
sama besar. Biasa disebut dengan kriteria sisi-sudut-sisi.
12
3. Dua pasang sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi yang
menghubungkan kedua sudut tersebut sama panjang. Biasa disebut dengan
kriteria sudut-sisi-sudut.
4. Dua pasang sudut yang bersesuaian sama besar dan sepasang sisi yang
bersesuaian sama panjang. Biasa disebut dengan kriteria sudut-sudut-sisi.
5. Khusus untuk segitiga siku-siku, sisi miring dan satu sisi siku yang
bersesuaian sama panjang.
mA =mE
13
mB =mF
mC =mG
mD =mH
C C
A B
A B
= = =a
mA =mA
mB =mB
mC =mC
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, penulis menyimpulkan.
1. Dua bangun datar bukan lingkaran dikatakan sebangun jika pasangan
sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama dan besar
sudut-sudut yang bersesuaian adalah sama.
2. Kesebangunan pada segitiga:
Dua segitiga dikatakan sebangun jika memenuhi salah satu syarat
berikut :
a. Perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian senilai.
b. Dua pasang sudut yang bersesuaian yang sama besar.
3. Bangun-bangun geometri dikatakan kongruen (sama sebangun) jika dan
hanya jika bangun-bangun itu mempunyai ukuran dan bentuk yang sama.
4. Kekongruenan pada segitiga.
Dua buah segitiga dikatakan kongruen jika dan hanya jika memenuhi
sifat-sifat berikut.
a. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang.
b. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas, penulis memberikan saran atau
rekomendasi untuk menyempurnakan penulisan makalah ini yaitu :
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan hasil
penulisan makalah ini guna menjawab beberapa pertanyaan atau
permasalahan yang muncul ketika penulisan makalah ini berlangsung.
2. Untuk lebih memahami materi kesebangunan dan kekongruenan harus
lebih banyak berlatih mengerjakan soal sejenis.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://rhum4hnd3soq.blogspot.com/2010/10/contoh-model-
pembelajaran/snowball/html
16