Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH KUALITAS KONSEP DIRI TERHADAP INTENSITAS BERINTERAKSI

DENGAN LINGKUNGAN SEKITAR

TUGAS PENELITIAN ILMIAH

Disusun oleh:

Nama: Novan Aziz Ridhwansyah

NIM: 153130227

Kelas: B

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

YOGYAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Fenomena yang sering terjadi adalah seseorang mempunyai berbagai masalah dan
hamatan yang membuat mereka susah bergaul dengan lingkungan sekitar karena tidak memiliki
rasa percaya diri yang cukup. Hal ini merupakan masalah komunikasi antar pribadi dimana
seseorang tidak bisa merubah tindakan dan kurangnya keterampilan dalam menjalin komunikasi
yang efektif. Self concept yaitu bagaimana kita melihat diri kita sendiri dari tiga sumber yang
bisa digunakan untuk mengetahui tentang diri kita sendiri. Self awareness yaitu, apa yang kita
ketahui mengenai apa yang ada pada diri kita. Self esteem yaitu bagaiman kita menempatkan diri
kita. Memiliki kepercayaan diri disebabkan karena kurangnya motivasi diri dari orang-orang
terdekat dan diharapkan mencari orang-orang yang bisa dipercaya untuk memberikan afirmasi
kepada seseorang guna mengembangkan rasa percaya diri dan pengembangan dirinya.

Penelitian ini meneliti apakah kualitas konsep diri bisa memberikan pengaruh besar bagi
mahasiswi UPN Veteran Yogyakarta. Peneliti ingin meneliti intensitas komunikasi dengan
cara berinteraksi yang dijalin. Dimana dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil bahwa
pada umumnya konsep diri positif dan konsep diri negative dapat menentukan cara intensitas
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Konsep diri positif terbentuk karena
adanya komunikasi yang efektif dan sebaliknya.

Perumusan masalah

Bagaimana pengaruh kualitas konsep diri terhadap intensitas berinteraksi dengan


lingkungan sekitar?
Tujuan penelitian

Penelitian ini dibuat untul mengetahui bagaimana kualitas konsep diri yang dimiliki tiap
individu manusia dapat mempengaruhi seseorang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Manfaat penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini dibuat untuk menambah khasanah pengetahuan ilmu komunikasi mengenai
konsep diri dan bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Manfaat Praktis
Penelitian ini dibuat agar dapat terjalin komunikasi yang baik antar sesama manusia
dengan latar belakang kehidupan dan lingkungan yang berbeda.

Kerangka teori
Setiap individu pasti pernah berfikir bahwa ia tidak mempunyai kemampuan. Padahal
segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas
kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan
yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang
sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan
yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai
seuatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah
karena interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Burns (1993) konsep diri adalah suat ugambaran campuran dari apa yang
kita pikirkan orang lain berpendapat mengenai diri kita dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu
bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain
pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58)
memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang
tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan daro keyakinan yang dimiliki
individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial,
emosional, aspirasi, dan prestasi. Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep
diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105).
Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self concept) tidak lain adalah
gagasan tentang diri kita sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri
sendiri sebagai probadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagimana kita harapkan.
Konsep diri berarti segala yang anda ketahui tentang diri anda, semua apa yang
anda percayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup anda terekan dalam mental hard-
drive kepribadian andan, yaitu di dalam self concept anda. Self-concept anda mendahului
dan memprediksi tingkat performa danefektivitas setiap tindakan anda. Tingkah laku nyat
aanda akan selalu konsisten dan self-concept yang terdapat di dalam diri anda. Oleh
karena itu, perbaikan di segala bidang kehidupan anda harus dimulai dari perbaikan di
dalam self-concept anda.

Tiga bagian utama konsep diri

Menurut Brian Tracy, konsep diri anda memiliki tiga bagian utama, yaitu:

1. Self-ideal (Diri Ideal)


Self-ideal terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling anda kagumi
dari diri anda maupun dari orang lain yang anda hormati. Self-ideal adalah sosok seperti
apa yang paling anda inginkan untuk bisa menjadi diri anda di segala bidang kehidupan
anda. Bentuk ideal ini akan menuntuk anda dalam membentuk perilaku anda.
2. Self image (Citra Diri)
Bagian kedua self-concept anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan bagaimana
anda membayangkan diri anda sendiri dan menentukan bagaimana anda akan bertinkah
laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-image. Semua perbaikan dalam
hidup anda akan dimulai dari perbaikan dalam self-image.
3. Self-esteem (Jati Diri)
Self-esteem adalah seberapa besar anda menyukasi diri anda sendiri. Semakin anda
menyukai diri anda, semakin baik anda akan bertindak dalam bidang apapun yang anda
tekuni. Dan semakin baik performansi anda, anda akan semakin menyukai diri anda.
Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian anda. Komponen-komponen
pentingnya:
Bagaimana anda berpikir
Bagaimana anda merasa
Bagaimana anda bertingkah laku

Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian anda,
menentukan apa yang biasa anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan menentukan segala
sesuatu yang terjadi kepada diri anda.

Pembentukan konsep diri


Sangat ditentukan oleh sikap diri anda sendiri. Sikap adalah kebiasaan berpikir dan oleh
karenanya dapat dibentuk dan dipelajari.
Sikap yang baik harus terus menerus dipupuk dan dikembangkan dari waktu ke waktu
dengan cara mengubah cara berpikir anda yang lama menjadi cara berpikir anda yang
baru dalam memandang semua hal.

Pengembangan pola pikir


Menentukan tujuan pengembangan diri secara jelas.
Mengenali potensi pola pikir diri, (pola pikir yang mendukung/pola pikir yang
menghambat).
Mengidentifikasi virus inrernal dan eksternal yang menghambat pengembangan diri.
Berani mencoba/mengambil risiko
Mencari feedback secara terus-menerus.
Belajar dari pengalaman.
Melaksanakan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.

Faktor-faktor pendorong interaksi sosial


Interaksi sosial umumnya terlihat sederhana. Orang bertemu lalu berbicara atau sekedar
bertatap muka. Padahal sebenarnya interaksi sosial merupakan proses yang cukup kompleks.
Interaksi ini dilandasi oleh beberapa faktor psikologi yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, simpati,
dan empati. Faktor-faktir itu dapat berdiri sendiri atau berfungsi bersama-sama sebagai dasar
terjadinya interaksi sosial. Hai itu tergantung pada situasi dan kondisi sebagai berikut:
A. Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan
dalam bermacam-macm bentuk, misalnya, gaya bicara, tingkah laku, adat dan
kebiasaan, pola pikir serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang. Namun
demikian, dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidak terjadi dengan sendirinya,
perlu ada sikap menerima, sikap mengagumi, dan sikap menjunjung tinggi apa yang
akan diimitasi.
Menurut Dr. A. M. J. Chorus, ada syarat yang harus dipenuhi dalam mengimitasi,
yaitu:
Adanya minat atau perhatian terhadap obyek atau subyek yang akan ditiru.
Adanya sikap menghargai, mengagumi, dan memahami sesuatu yang akan
ditiru.

B. Sugesti
Sugesti berlangsung ketika seseorang memberi pendangan atau pernyataan sikap yang
dianutnya dan diterima oleh orang lain. Biasanya, sugesti muncul ketika si penerima
sugesti sedang dalam kondisi tidak netral sehingga tidak dapat berpikir rasional. Segala
anjuran atau nasihat yang diberikan langsung diterima dan diyakini kebenarannya.
Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut:
Orang yang berwibawa, kharismatik atau memiliki pengaruh kuat terhadap
penerima sugesti, misalnya orangtua, cendekiawan, atau ulama.
Orang yang memiliki kedudukan yang tinggi dari penerima sugesti, misalnya
pejabat Negara atau direktur peerusahaan.
Kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Misalnya dalam suatu rapat
OSIS, ada seorang yang berpendapat berbeda terhadap satu masalah. Namun,
karena semua teman-temannya setuju, maka ia mengubah pendapatnya.
Reklame atau iklan di media massa. Contohnya, iklan yang menggambarkan
suatu produk deerjen yang mampu menghilangkan noda dalam hitungan detik
dapat mempengaruhi pendengar atau penonton untuk membeli produk tersebut.
Terjadinya sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti, tetapi karena beberapa
faktor di dalam diri orang yang diberi sugesti. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
Terhambatnya daya berpikir kritis. Semakin kurang kemampuan seseorang
mengkritisi sesuatu, semakin mudah orang itu menerima sugesti dari pihak
lain. Daya berpikir kritis mengalami hambatan jika individu yang menerima
sugesti sedang dalam keadaan emosional. Misalnya, orang yang sedang marah
besar pada tetangganya akan mudah terprovokasi untuk berkelahi.
Kemampuan berfikir terpecah-pecah (disosiasi). Disosiasi terjadi ketika
seseorang sedang mengalami kebingungan karena menghadapi berbagai
persoalan. Dalam suasana demikian, ia akan mudah menerima pandangan,
saran atau pendapat orang lian tanpa pikir panjang.
Orang yang ragu-ragu dan pendapat yang searah. Orang yang ragu-ragu
umumnya akan mudah ter-sugesti apalagi bila pendapat itu searah sehingga
orang itu tidak bisa berkomunikasi langsung dengan pihak pemberi pendapat.
Misalnya, pada kasus iklan kosmetik, sebenarnya kita meragukan kebenaran
iklan tersebut. Namun, karena kita melihat dan mendengar iklan tersebut setiap
hari tanpa bisa bertanya tentang kebenarannya, kita pun membelinya. Pada
kasus tersebut, sugestu berfungsi untuk lebih meyakinkan pendapat yang sudah
ada walaupun masih ada keraguan.

C. Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi bersifat lebih mendalam
dibandingkan imitasi karena kepribadian seseorang bisa terbentuk dalam proses
identifikasi. Orang melakukan proses identifikasi karena memerlukan tipe ideal tertentu
dalam hidup. Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja maupun tidak
sengaja. Meskipun tidak sengaja, pelaku identifikasi benar-benar mengenal orang yang
ia identifikasi sehinga sikap atau pandangan orang tersebut benar-benar meresap ke
dalam jiwanya. Contohnya, Adam Jackson yang sangat mengidolakan Michael Jackson.
Saking idolanya, Adam meniru cara berpakaian Michael Jackson. Misalnya kaos tangan
putih, topi, serta pernak-pernik lain.

D. Simpati
Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang merasa tertarik kepada pihak lain.
Melalui proses simpati, seseorang menempatkan dirinya dalam keadaan orang lian dan
merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain. Dalam proses ini,
perasaan berperan penting walaupun alasan utamanya adalah keinginan memahami dan
bekerja sama dengan orang lain. Contohnya, ketika ada tetangga yang tertimpa musibah,
kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha membantunya. Umumnya, simpati lebih
banyak terlihat pada hubungan teman sebaya, hubungan ketetanggaan, atau hubungan
pekerjaan.

E. Empati
Empati merupakan simpati mandalam yang dapat mempengaruhi fisik dan kejiwaan
seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya bersekolah di
luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya sehingga jatuh sakit. Contoh lain,
seorang pria jatuh sakit karena selalu membayangkan dan memikirkan kecelakaan yang
menimpa keluarganya.

F. Motivasi
Motivasi meupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan
seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi menuruti
atau melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa
tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok,
kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada individu. Wujud motivasi dapat
berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Penghargaan berupa pujian
guru kepada siswa berprestasi tinggi merupakan motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
giat lagi. Motivasi diberikan oleh orang-orang yang kedudukan atau statusnya lebih
tinggi dan berwibawa.
Ada beberapa aturan mengenai interaksi sosial yang berbeda dengan kelima faktor diatas. David
A. Karp dan William C. Yoels menyebutkan tiga jenis aturan dalam interaksi sosial, sebagai
berikut:
A. Aturan ruang
Karp dan Yoels mendasarkan teorinya pada karya Edward T. Hall mengenai konsep
jarak sosial atau proxemics. Menurut Hall, orang cenderung menggunakan empat
macam jarak dalam interaksi sosial, yaitu jarak intim (intimate distance), jarak pribadi
(personal distance), jarak sosial (social distance), dan jarak publik (public distance).
Pada jarak intim (sekitar 0-45 cm), terjadi keterlibatan intensif pancaindera
dengan tubuh orang lain. Contoh jarak intim adalah pada dua oramg yang
berolahraga sumo atau gulat. Apabila seseorang terpaksa berada dalam jarak
intim, seperti didalam bus atau kereta yang penuh sesak, ia akan berusaha untuk
menghindari kontak tubuh dan kontak pendangan mata dengan orang sekitarnya.
Jarak pribadi (sekitar 45 cm 1,22 m) cenderung dijumpai dalam interaksi
antara orang yang berhubungan dekat, seperti ibu dengan anak.
Jarak sosial (sekitar 1,22 m 3,66 m), orang yang berinteraksi dapat berbicara
secara wajar dan tidak saling menyentuh. Contohnya, pertemuan santai (dengan
teman, guru, dan sebagainya). Interaksi di dalam rapat formal juga termasuk
kedalam jarak ini.
Jarak publik (diatas 3,55 m), umumnya dilakukan oleh orang orang yang harus
tampil di depan umum, seperi polisi dan aktor. Emakin jauh jarak, semakin keras
pula suara yang harus dikeluarkan.

Pembagian jarak yang dikemukakan oleh Edward T. Hall tidak berlaku secara universal. Dalam
bukunya, The Silent Language, Hall melakukan pengamatan terhadap beberapa warga
masyarakat, seperti Jerman, Inggris, Perancis, Jepang, dan Timur Tengah. Dari pengamatan itu,
Hall menyimpulkan bahwa aturan jarak tersebut tidak dapat disamakan untuk setiap masyarakat.
Misalnya masyarakat Amerika Selatan dapat berbicara dan berinteraksi dalam jarak yang bagi
masyarakat lainnya termasuk jarak intim.
B. Aturan waktu
Waktu juga dapat mengatur interaksi. Misalnya, pada masyarakat yang kurang disiplin
sering dijumpai ketiadaan orientasi waktu atau dikenal dengan istilah jam karet.
Keterlambatan kedatangan bus, pesawat atau kereta menjadi hal biasa. Tapi jika kondisi
ini terjadi di negara maju, banyak aktivitas orang yang akan terganggu. Contoh lain,
dalam masyarakat indonesia, seorang pmbicar datang terlambat ke sebuah seminar
bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan. Sebaliknya, bagi masyarakat Inggris,
pembicara yang terlambat itu akan dianggap tidak bertanggung jawab dan menghina
majelis seminar.

C. Aturan Gerak tubuh


Komunikasi nonverbal (tanpa menggunakan bahasa lisan dan tulisan) merupakan bentuk
komunikasi pertama bagi manusia. Komunikasi nonverbal ini terkadang digunakan
seseorang untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Contoh gerak tubuh adalah
memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, menganggukkan kepala,
mengerutkan dahi, mengangkat ibu jari, dan membungkkan badan. Namun demikian,
makna komunikasi berupa gerak tubuh dapat memiliki makna yang berbeda antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Oleh karena itu, komunikasi
nonverbal hanya efektif dilakukan dalam interaksi antar anggota masyarakat yang
memiliki pemaknaan yang sama. Edward T. Hall dan Mildred Reed Hall menyatakan
bahwa komunikasi nonverbal atau bahasa tubuh merupakan bentuk komunikasi yang
pertama kali dipelajari oleh manusia sebelum adanya bahasa lisan. Komunikasi jenis ini,
secraa sadar ataupu tidak sadar, dipergunakan untuk menyampaikan perasaan kita
kepada orang lain. Menurut Karp dan Yoels, studi sosiologis terhadap gerakan tubuh
dan isyarat tangan mdinamakan kinesics.

A. Metode Penelitian

1.1.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian survey. Menurut Zikmund (1997) Metode
Penelitian Survei adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan
dari sejumlah sampel berupa orang. Salah satu keuntungan utama dari penelitian ini
adalah memungkinkannya pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar.
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2013
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

B. Variabel yang akan diteliti

Hubungan antar variabel

Kualitas konsep diri Intensitas Interaksi Dengan


> Lingkungan Sekitar
(X)
(Y)

1.2.Definisi Konseptual
1.2.1. Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), Pengaruh adalah
daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

1.2.2. Kualitas
Menurut Elliot, Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang
berbeda pula dan hal tersebut bergantung pada waktu dan tempat yang
sesuai dengan tujuannya.

1.2.3. Konsep Diri


Menurut Burns, Konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa
yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita dan
seperti apa diri kita yang kita inginkan.

1.3.Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu :
1.3.1. Kualitas konsep diri merupakan variabel pengaruh atau variabel
independent atau variabel bebas (X), yang dioperasionalkan sebagai
kualitas konsep diri yang dilakukan diri kita sendiri dengan ligkungan
sekitar.
1.3.2. Intensitas interaksi mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UPN Veteran
Yogyakarta Angkatan 2013 dengan lingkungan sekitar sebagai variabel
yang terpengaruh atau variabel terikat (Y).
C. Sumber data

1.1.Skala Ordinal
Pengukuran dengan skala ordinal ini berdasarkan dengan rangking atau urutan
dari jenjang yang paling tinggi kerendah atau sebaliknya. Jadi merangking urutan
pengaruh kualitas konsep diri seseorang dengan lingkungan sekitarnya.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah sekelompok yang diminati dalam penelitian atau kelompok yang
akan dikenal atau diterapihasil dari penelitian (Soehardi, 2001) dalam penelitian ini,
yang akan menjadi populasinya adalah semua mahasiwi prodi Ilmu Komunikasi UPN
Veteran Yogyakarta 2013 sebanyak 44 orang mahasiswi.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswi perempuan prodi Ilmu Komunikasi UPN VETERAN
Yogyakarta 2013. Dalam penelitian sampel dijelaskan bahwa mahasiswi yang
memiliki kualitas konsep diri positif akan dapat mudah bergaul dan menjalin
pertemanan dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik sampling random
sederhana. Teknik ini anggota mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi
sampel. Pada riset ini saya memberi nomor pada seluruh anggota populasi (mahasiswi
UPN Veteran Yogyakarta), lalu mengundinya (merandom/mengacak) sampai
mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan. Pada teknik ini menggunakan rumus
slovin yaitu salah satu cara menentukan besaran sampel yang memenuhi hitungan
tersebut.
F. Analisis Data
The Koefisien Korelasi Momen-produk Pearson (korelasi Pearson, untuk pendek) adalah
ukuran kekuatan dan arah hubungan yang ada antara dua variabel yang diukur pada
setidaknya skala interval. Misalnya, bisa menggunakan korelasi Pearson untuk
memahami apakah ada hubungan antara kinerja ujian dan waktu yang dihabiskan
merevisi; apakah ada hubungan antara depresi dan panjang pengangguran; dan lain
sebagainya. Korelasi Pearson mencoba untuk menarik garis yang paling cocok melalui
data dua variabel, dan koefisien korelasi Pearson, r, menunjukkan seberapa jauh poin
jauh semua data ini adalah untuk baris ini paling cocok (yaitu, seberapa baik titik data
sesuai model ini baru / garis yang paling cocok).

Untuk melakukan korelasi Pearson menggunakan SPSS, serta menafsirkan dan


melaporkan hasil dari tes tersebut. Kita perlu memahami asumsi yang berbeda bahwa
data harus dipenuhi agar korelasi Pearson untuk memberikan hasil yang valid. Bila
memilih untuk menganalisis data menggunakan korelasi Pearson, bagian dari proses
melibatkan memeriksa untuk memastikan bahwa data yang kita ingin menganalisis
sebenarnya dapat dianalisis dengan menggunakan korelasi Pearson. Perlu melakukan cara
ini karena hanya tepat untuk menggunakan korelasi Pearson jika data "melewati" empat
asumsi yang diperlukan untuk korelasi Pearson untuk memberikan hasil yang valid.
Dalam prakteknya, memeriksa empat asumsi hanya menambahkan sedikit lebih banyak
waktu untuk analisis, membutuhkan untuk mengklik dari beberapa tombol lainnya di
SPSS saat melakukan analisis, serta berpikir sedikit lebih banyak tentang data, tetapi
tidak tugas yang sulit.

Anda mungkin juga menyukai