Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Nilai Saham
Saham adalah bentuk penyertaan modal dalam sebuah perusahaan. Ketika seorang
memiliki saham sebuah perusahaan, bisa dikatakan kita memiliki perusahaan tersebut sebesar
persentase tertentu sesuai dengan jumlah lembar saham yang kita miliki.
Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas
adalah perusahaan yang telah berdiri selama rentang waktu tertentu dan mendapatkan
keuntungan dari waktu ke waktu. Dengan demikian diharapkan pada masa yang akan datang
keuntungan tersebut bisa tetap dipertahankan atau ditingkatkan sehingga pemilik perusahaan bisa
mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain, ketika seorang membeli saham sebuah perusahaan,
sebenarnya bukanlah membeli perusahaan pada masa kini, akan tetapi yang dibeli adalah masa
depan perusahaan.
Suatu perusahan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika
perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa
(commen stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga
mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan dengan saham preferen
(preferred stock). Saham preferren mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak-
hak prioritas dari saham preferren yaitu hak atas deviden yang tetap dan hak terhdap aktiva jika
terjadi likuiditas. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti
seperti yang dimiliki oleh saham biasa.
Nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep yang memberikan makna yang berbeda.
Yaitu:

1. Suatu saham memiliki nilai nominal yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan
kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal tidak mengukur nilai riil suatu saham,
akan tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal disetor penuh dalam
neraca.
2. Nilai buku perlembar saham, yaitu total ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Nilai buku
perlembar saham menunjukkan nilai aktiva bersih perlembar saham yang dimiliki oleh
pemegangnya.
3. Nilai pasar, yaitu nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran
saham di bursa saham. Harga pasar saham inilah yang menentukan indeks harga saham
gabungan ( IHSG ).
4. Nilai fundamental atau nilai intrinsik saham, yaitu menentukan harga wajar suatu saham
agar harga saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak
terlalu mahal.

Ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi yang berkaitan dengan harga saham
(Husnan, 1996: 315) yaitu:

Analisis Fundamental - Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah makhluk
rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara harga saham
dengankondisi perubahaan yang tercermin pada nilai kekayaan bersih perusahaan itu.

Analisis Teknikal - Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan


menentukan harga saham. Para analis teknikal lebih banyak menggunakan informasi
yang timbul dari luar perusahaan yang memiliki dampak terhadap perusahaan dari pada
informasi intern perusahaan.

Jenis Penilaian Saham


Ada tiga jenis penilaian saham (Hartono, 2000: 79), yaitu:
a. Nilai buku
Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika
dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva
bersih untuk saham yang dimiliki investor.
Beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai buku:
* Nilai nominal, ialah nilai yang ditetapkan oleh emiten.
* Agio saham, ialah selisih harga yang diperoleh dari yang dibayarkan investor kepada
emiten dikurangi harga nominalnya.
* Nilai modal disetor, ialah total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan
emiten, yaitu jumlah nilai nominal ditambah agio saham.
* Laba ditahan, ialah laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dan
diinvestasikan kembali ke perusahaan dan merupakan sumber dana internal.
b. Nilai pasar
Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di
pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi
oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya
mewakili nilai suatu perusahaan.
c. Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham
tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan
nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik
yang berasal dari dividen maupun capital gain (Sulistyastuti, 2002).

2.2 Rasio Profitabilitas

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada
umumnya dinyatakan secara numeric, baik dalam presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio
ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat
dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut.

RASIO PROFITABILITAS

Rasio Profitibilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan Modal (Modal inti) atau
(sebelum pajak) dengan total Assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar nilai hasil
perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau Assets
dihitung secara rata-rata selama periode tersebut.

1. Return On Equity (ROE)


Adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak)
dengan Modal (modal inti) bank, rasio ini menunjjukan tingkat % (presentase) yang
dihasilkan dengan rumus
Laba Setelah Pajak
ROE = x 100%
Modal Inti (Rata-rata)
2. Return On Assets (ROA)

Adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak)
dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang
dilakukan oleh bank yang bersangkutan.

Laba Sebelum Pajak


ROA = x 100 %
Total Assets (Rata-rata)
Misalnya untuk menghitung Rasio Keuangan untuk posisi bulan Maret, dengan data-data
sebagai berikut dapat dihitung

Laba posisi sampai bulan Maret (berdasarkan Laporan Keuangan Bank Umum) sebelum
pajak sebesar Rp 6.600 juta dan setelah Pajak sebesar Rp 6000 juta.

Modal inti atas dasar perhitungan CAR sampai bulan Maret sebagai berikut:

Januari Rp. 100.000 juta


Februari Rp. 102.000 juta
Maret Rp. 104.000 juta
Rata-rata Rp. 102.000 juta

Posisi total aset sampai dengan bulan Maret sbb:


Januari Rp. 4.000.000 juta
Februari Rp. 4.200.000 juta
Maret Rp. 4.400.000 juta
Rata-rata Rp. 4.200.000 juta
Berdasarkan data-data tersebut dapat dihitung ROE dan ROA sebagai berikut:
(6.000 : 3) x 12
ROE = x 100 % = 23,53 %
102.000

Laba selama 3 bulan sebesar Rp. 6000 juata dibuat 1 tahun, jadi dibagi 3 dan dikalikan dengan
12 bulan (1 tahun= 12 bulan)

Dengan cara yang sama yaitu laba pajak selama 3 bulan sebesar Rp. 6.600 juga dijadikan satu
tahun, jadi dibagi 3 lebih dulu kemudian dikalikan dengan 12 (1 tahun= 12 bulan), dihitung ROA
sebgai berikut:

(6.000 : 3) x 12
ROA = x 100% = 0,63%
4.200.000

2.3 Risiko Kredit dan Likuiditas


RISIKO KREDIT ( CREDIT RISK )
Adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi
kewajibannya, dalam mengantisipasi resiko kredit bank harus memperhatikan tipe-tipe kreditnya,
diversivikasi dalam wilayah geografis dan jeis-jenis industri yang di biayainya, kebijakan agunan
dan lain sebagainya. dan yang paling penting adalah aturan atau standar dalam pengendalian
kredit.
a. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Resiko Kredit
Dalam setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada resiko, hal ini sudah merupakan
suatu hal yang biasa selalu terdapat adanya resiko, walaupun satu sama lainnya mempunyai
bobot yang berbeda-beda. Begitu juga dalam pemebrian kredit, dimana dalam pemberian
kredit oleh Bank kepada nasabah juga terdapat resiko yang disebut resiko kredit.[]

Faktor resiko kredit mencakup berbagai faktor yang dapat mempengaruhi


kemampuan peminjam untuk membayar kembali pinjaman secara penuh serta sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi Bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah (Non Performance
Loan / NPL). Dimana sebagai hasil dari faktor-faktor ini, sebenarnya kerugian menuju akhir
proses pemulihan masalah utang juga dapat memepengaruhi kecukupan modala Bank.
Dalam menelaah faktor-faktor yang memepengaruhi resiko kredit pada suatu bank dapat
dilihat yaitu:
a. Lingkungan kredit
Lingkungan kredit yang kurang memadai akan mengakibatkan semakin tingginya
resiko kredit yang ditnggung oleh bank tersebut, misalnya semakin tinggi suku bunga
yang diterapkan suatu bank terhadap kredit yang diberikan maka akan semakin tinggi
tingkat resiko yang dihadapi dengan kata lain akan semakin tinggi tingkat counterparty
dari nasabah bank tersebut.
Dalam lingkungan kredit ini, itikad baik serta kemampuan pegawai/pejabat bank
sangat mempengaruhi resiko kredit yang dihadapi oleh suatu bank dimana jika
pegawai/pejabat suatu bank tidak memiliki itikad baik atau tidak memiliki kemampuan
dalam menanggulangi permasalah perkreditan maka tingkat resiko kredit yang dihadapi
bank tersebut akan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.

b. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit


Dalam hal kebijakan dan prosedur pemberian kredit terdapat beberapa hal yang dapat
mempengaruhi resiko kredit yaitu:

1. Perencanaan Kredit, jika suatu kredit yang akan diberikan telah direncanakan dengan
baik, maka resiko kredit yang akan dihadapi bank akan semakin kecil, begitu pula
sebaliknya.
2. Persetujuan kredit, jika bank dalam memberikan persetujuan kredit telah
mempertimbangkan unsur-unsur 5C seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka
resiko kredit yang dihadapi bank tersebut akan dapat ditekan.
3. Pengkajian ulang kredit, tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui kredit-
kredit yang bermasalah kemudian dicari permasalahannya untuk menemukan solusi
atas kredit tersebut. Jika hal ini dilakukan secara berkala maka bank akan dapat
menguragi tingkat kredit macet yang mungkin akan terjadi.
4. Pengadministrasian file kredit, buruknya pengadministrasian file kredit pada suatu
bank akan menyebabkan bank kesulitan untuk mengetahui secara dini terhadap
kredit-kredit yang bermasalah, sehingga tingkat resiko kredit yang dihadapi oleh bank
tersebut akan semakin tinggi dan begitu juga sebaliknya.

b. RISIKO LIQUIDITAS ( LIQUIDITY RISK )


Adalah risiko yang di sebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban
liquiditasnya ( kewajiban yang telah jatuh tempo ), dalam hal ini bank tidak dapat memanfaatkan
keuntungannya dengan maksimal karena adanya desakan kebutuhan liquiditas,untuk itu bank
harus lebih bijak dalam menetukan jumlah liquiditasnya dalam artian harus balance atau
seimbang, terlalu banyak liquiditas di khawatirkan nantinya akan mengorbankan tingkat
keuntungan dari bank, kalau terlalu sedikit akan berpotensi untuk meminjam dana dengan harga
yang tidak dapat di ketahui sebelumnya , yang dapat berakibat menigkatnya biaya dan akhirnya
menurunkan profitabilitas.
http://ihsansaidi.blogspot.co.id/2013/07/makalah-saham.html (diakses tgl 23 februari
2017)
http://0alt.blogspot.co.id/2015/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-resiko.html

Anda mungkin juga menyukai