Anda di halaman 1dari 28

TEORI AKUNTANSI

RANGKUMAN EKUITAS PEMILIK

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Teori Akuntansi

Dosen Pembimbing : Trimanto Setyo Wardoyo, S.E., M.Si., Ak., CA

Disusun oleh :

KELOMPOK 9

1. Glory Riany (1451079)


2. Jovita Susanto (1451107)
3. Eunike Jilien Natalia (1451167)

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG
2016
SIFAT DASAR EKUITAS

Ekuitas dapat ditafsirkan sebagai bagian yang adil dari seseorang. Dalam kasus orang-
orang yang meminjamkan uang kepada perusahaan, mereka mendapatkan bagian yang adil
dalam aktiva perusahaan. Banyak orang menggunakan istilah ekuitas untuk mencakup semua
yang meminjamkan uang kepada perusahaan. Mereka memandang persamaan akuntansi yang
mendasar sebagai:

Aktiva = Ekuitas

Yang lain menggunakan istilah ekuitas dalam pengertian yang lebih sempit untuk
mencakup hanya ekuitas pemilik dan menyebutkan ekuitas kreditor sebagai kewajiban.
Mereka menganggap persamaan akuntansi sebagai:

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas

Semua ini tampakanya seperti semantik, tetapi dengan menjamurnya sekuritas


campuran, sebagaiobligasi konvertibel yang bukan kewajiban dan bukan ekuitas, semakin
sulit untuk mengkalsifikasikan berbagai sekuritas.

Ekuitas Pemilik

Masing-masing aktiva dan kewajiban dari suatu perusahaan bisnis dapat didefinisikan
dan diukur secara independen terhadap unsur-unsur lain dalam persamaan akuntansi. Tidak
demikian halnya dengan ekuitas pemilik, ekuitas pemilik hanyalah suatu selisih antara aktiva
perseroan dan kewajibannya.

Ekuitas pemilik secara tradisional dibagi menjadi dua kategori, modal yang
diinvestasikan (disebut juga modal yang disumbangkan atau yang disetor) dan laba ditahan.
Modal yang disetor juga mencakup laba ditahan yang dikapitalisasi.

Pada umumnya tidak ada niat tersembunyi bahwa ekuitas pemilik, seperti yang
disajikan dalam neraca, mencerminkan nilai pasar berjalan atau nilai subyektif dari
perusahaan bagi pemilik. Jumlah total yang disajikan dalam laporan itu hanyalah hasil dari
metode-metode yang digunakan dalam mengukur aktiva dan kewajiban tertentu dan dari
prosedur akuntansi struktural tradisional.
Jadi, dalam hal ini aktiva bukan melihat pada hak spesifik untuk manfaat masa depan,
atau dalam kewajiban, bukan melihat kewajiban tertentu perusahaan, tetapi teori akuntansi
memandang hak, prioritas, dan pembatasan ekuitas pemilik dari sudut pandang agregat.

Dalam bebrapa kasus, hak dan prioritas dari beberapa kelas saham perseroan adalah
serupa dengan beberapa jenis utang jangka panjang. Namun secara umum, ada perbedaan
nyata antara ekuitas pemegang saham dan kewajiban. Ini mencakup:

1. Luas sampai dimana pemegang ekuitas lain mempunyai hak prioritas.


2. Tingkat kepastian dalam penentuan jumlah-jumlah yang akan diterima oleh pemegang
ekuitas
3. Tanggal jatuh tempo dari pembayaran hak terakhir.

Teori Kepemilikan
Gagasan hak pemilik (proprietorship) muncul dari upaya untuk menetapkan logika
pada persamaan pembukuan berpasangan (double entry). Dalam persamaan akuntansi A-
K=P, pemilik adalah pusat kepentingan. Aktiva dianggap dimiliki oleh pemilik dan
kewajiban merupakan dari pemilik.
Menurut teori kepemilikan (proprietary), pendapatan adalah kenaikan dalam hak
pemilik dan beban penurunan. Jadi, laba bersih, yaitu kelebihan pendapatan atas beban,
diakrualkan langsung ke pemilik; itu merupakan kenaikan dalam kekayaan pemilik. Dan
karena laba adalah kenaikan dalam kekayaan, hal itu langsung ditambahkan ke moda pemilik
atau hak pemilik. Dividen tunai merupakan penarikan modal, dan laba ditahan merupakan
bagian dari total hak pemilik.
Teori kepemilikan paling baik diterapkan dalam bentuk organisasi perusahaan
perorangan karena dalam bentuk ini umumnya ada hubungan pribadi antara manajemen
perusahaan dan kepemilikan.
Dalam akuntansi baik untuk perusahaan perorangan maupun persekutuan, teori
kepemilikan tampaknya tetap berlaku.
Teori kepemilikan tidak siap berlaku untuk bentuk organisasi perseroan sebagaimana
pada perusahaan perorangan dan persekutuan. Konsep laba komperhensif yang digunakan
oleh FASB, misalnya, didasarkan pada teori kepemilikan. Ini mencakup semua pos yang
mempengaruhi kepemilikan selama periode itu kecuali penarikan dividen dan transaksi
modal.
Teori Entitas
Teori entitas didasarkan pada persamaan A=K + SE, atau Aktiva = Ekuitas
(Kewajiban ditambah ekuitas pemegang saham). Pos-pos di bagian kanan persamaan
terkadang disebut kewajiban, tetapi hal itu sebenarnya merupakan ekuitas dengan hak yang
berbeda di dalam perusahaan. Perbedaan utama antara kewajiban dan ekuitas pemegang
saham adalah bahwa hak dari kreditor dapat dinilai terlepas dari penilaian lain jika
perusahaan itu solven, sementara hak dari pemegang laba yang direinvestasikan dan revaluasi
berikutnya. Tetapi hak dari pemegang saham untuk menerima dividen dan bagian dalam
aktiva bersih pada saat likuidasi adalah hak sebagai pemegang ekuitas, bukan sebagai pemilik
dari aktiva spesifik.
Keajiban, karenanya adalah kewajiban spesifik dari perusahaan itu, dan aktiva
merupakan hak dari perusahaan untuk meneriman barang dan jasa spesifik atas manfaat lain.
Laba bersih perusahaan pada umumnya dinyatakan dalam satuan perubahan bersih
dalam ekuitas pemegang saham, tidak termasuk perubahan yang timbul dari pengumuman
dividen dan transaksi modal.
Pendapatan adalah produk perusahaan, dan beban adalah barang dan jasa yang
dikonsumsi dalam mendapatkan pendapatan itu. Karena itu, beban dikurangkan dari
pendapatan, dan perbedaannya merupakan laba perseroan yang harus didistribusikan kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen atau direinvestasi dalam perusahaan,
Teori entitas mempunyai penerapan utama dalam bentuk perusahaan perseroan, tetapi
hal itu juga relevan bagi perusahaan-perusahaan bukan perseroan yang mempunyai
kelanjutan eksistensi terpisah dari kehidupan masing-masing individu.
Menurut teori entitas, perusahaan tidak berkepentingan dengan nilai sekarang karena
penekanannya adalah pada akuntabilitas biaya bagi pemilik dan pemegang ekuitas lain.
Teori Ekuitas Residual
Paton menekankan hubungan khusus dari pemegang ekuitas residual pada pekerjaan
akuntan karena dalam ekuitas tersebut banyak pekerjaannya menjadi terfokus Perubahan
dalam penilaian aktiva, perubahan dalam laba dan dalam laba ditahan, dan perubahan dalam
hak pemegang ekuitas lain semuanya dicerminkan dalam ekuitas residual dari pemegang
saham biasa.
Tjuan dari pendekatan ekuitas residual adalah untuk memberikan informasi yang lebih
baik kepada pemegang saham biasa untuk mengambil keputusan investasi.
Pendekatan alternatif pada konsep ekuitas residual adalah bahwa, karena menurut
asumsi yang biasa dari kontinuitas, klaim satu-satunya pemegang saham biasa terhadap
perseroan hanyalah menerima dividen ketika dan apabila diumumkan, ekuitas residual dalam
modal tidak ditetapkan pada pemegang ekuitas residual.
Konsep residual mempunyai arti yang berbeda dalam konteks perhitungan laba per
saham, namun hal itu dapat dipandang sebagai perluasan dari teori ekuitas residual.
Teori Perusahaan
Teori perusahaan (enterprise) dari perusahaan adalah konsep yang lebih luas dari pada
teori entitas, tetapi kurang didefinisikan dengan baik dalam lingkup dan aplikasi.
Konsep perusahaan ini paling dapat diterapkan pada perseroan modern yang besar
yang mempunyai kewajiban untuk mempertimbangkan efek tindakan-tindakannya terhadap
berbagai kelompok dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dari sudut pandang
akuntansi, ini berarti bahwa tanggungjawab pelaporan yang tepat tidak hanya kepada
pemegang saham dan kreditor, tetapi juga pada banyak kelompok lain dan kepada masyarakat
umum.
Konsep yang paling relevan dalam konsep tanggungjawab sosial perusahaan yang
luas ini adalah konsep nilai tambah yang diabahas dalam Bab 10. Jadi, laba nilai tambah
mencakup semua pembayarab kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, bunga kepada
kreditor, upah dan gaji kepada karyawan, pajak kepada unit pemerintah, dan laba ditahan ke
dalam perusahaan. Konsep total nilai tambah juga mencakup penyusutan, tetapi ini lebih
merupakan konsep produk bruto daripada konsep laba berih. Istilah laba bersih perusahaan,
seperti yang digunakan oleh Pernyataan AAA 1957, adalah konsep yang lebih sempit
daripada konsep nilai tambah.
Posisi laba ditahan dalam teori perusahaan serupa dengan posisinya dalam konsep
entitas. Itu merupakan bagian ekuitas dari pemegang ekuitas residual, atau itu merupakan
ekuitas yang tak dibagikanyaitu ekuitas dari perseroan dalam dirinya sendiri. Dalam teori
entitas ada banyak manfaat untuk posisi sebelumnya; tetapi dalam teori perusahaan, laba
yang direinvestasikan ke dalam perusahaan tidak harus bermanfaat pada pemegang saham
residu saja.

Teori Dana

Teori dana menyingkirkan hubungan pribadi yang diasumsikan dalam teori


kepemilikan dan personalisasi perusahaan sebagai suatu unit ekonomi dan unit legal dalam
teori entitas. Di samping itu, teori dana memberikan ganti dengan unit operasional, atau
berorientasi-aktivitas, sebagai dasar untuk akuntansi. Bidang kepentingan ini, yang disebut
dana, mencakup kelompok aktiva dan kewajiban yang berkaitan dan pembatasan yang
merupakan fungsi dan aktivitas ekonomi spesifik.

Teori dana didasarkan pada persamaan Aktiva = Pembatasan aktiva. Aktiva merupakan
jasa prospektif pada dana atau unit operasional. Kewajiban merupakan pembatasan terhadap
aktiva spesifik atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan merupakan pembatasan legal
atau keuangan dari penggunaan aktiva; yaitu, modal yang diinvestasikan harus dipertahankan
tidak berkurang kecuali jika wewenang spesifik telah diperoleh (dengan beberapa
pengecualian) untuk likuidasi sebagian atau seluruhnya. Akan tetapi, bahkan likuidasi
sebagian dari modal yang diinvestasikan memerlukan pengungkapan penuh. Apropriasi laba
ditahan merupakan pembatasan yang ditetapkan oleh manajemen, oleh kreditur, atau oleh
persyaratan legal. Laba ditahan yang tidak diapropriasi juga merupakan pembatasan-
pembatasan keseluruhan residual bahwa aktiva digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan.

Konsep dana bermanfaat paling besar dalam lembaga pemerintah dan nirlaba.
Penyiapan laporan konsolidasi juga merupakan penerapan teori dana sama seperti perluasan
teori entitas ekonomi. Teori dana juga dapat diterapkan dalam bidang-bidang akuntansi
keuangan.

Walaupun konsep pendapatan dapat dipertahankan dalam teori dana, ini bukan
merupakan konsep sentral dari pelaporan keuangan. Sebaliknya, uraian operasi dana disajikan
lebih jelas dalam laporan dana. Laporan keuangan utama adalah ikhtisar statis atas sumber-
sumber dan penggunaan laba. Laporan rugi laba, jika memang ada, adalah pelengkap laporan
danasuatu uraian atas dana yang diperoleh dari operasi. Meskipun teori dana tidak
berorientasi ke arah kepentingan setiap pemegang ekuitas tertentu, semua pihak yang
berkepentingan harus mampu menemukan informasi yang mereka inginkan dalam laporan
keuangan.

Posisi FASB

FASB berperan teguh pada teori ekuitas residual manakala sampai pada ekuitas
pemilik, yang didefinisikan sebagai kepentingan tersisa dalam aktiva suatu entitas yang
tertinggal setelah dikurangi dengan kewajibannya. Mereka mnyebut selisih antara aktiva dan
kewajiban sebagai aktiva bersih dalam kasus organisasi nirlaba dan menyatakan bahwa
kedua istilah itu dapat dipertukarkan.
Pendekatan ini tidak mengejutkan dengan adanya pernyataan tujuan FASB sebelumnya
tentang penyajian informasi yang terutama adalah untuk investor, atau secara lebih spesifik,
pemegang saham biasa. Mereka menyimpulkan bahwa sekuritas dengan dua ciri yang
menimbulkan masalah praktis dalam memisahkan dan mengungkapkan ciri yang berbeda
yaitu, hal itu melibatkan masalah utama penerapan, bukan masalah penentuan, konsep-
konsep dasar dari kerangka konseptual.

Ikhtisar Teori Ekuitas

Beberapa teori atau pendekatan pada sifat suatu perusahaan dan hubungan atau aktivitas
yang harus dilaporkan semuanya relevan salam situasi-situasi organisasi, hubungan ekonomi,
dan tujuan akuntansi yang berbeda. Semuanya membantu dalam menjelaskan dan memahami
teori akuntansi dan dalam mengembangkan pola-pola logis untuk perluasan teori tersebut.
Akan tetapi, perlu berhati-hati menerapkan teori ekuitas yang paling logis dalam setiap kasus
dan untuk menggunakan satu teori tunggal secara konsisten dalam situasi-situasi yang sama.

KLASIFIKASI EKUITAS PERUSAHAAN PERORANGAN DAN PERSEKUTUAN


ATAU KEMITRAAN

Dalam perusahaan perorangan, keseluruhan ekuitas pemilik umumnya disajikan dalam


satu jumlah. Sesuai dengan teori kepemilikan, ekuitas ini merupakan kepemilikan usaha dari
pemilik. Tidak diperlukan penyajian subklasifikasi ekuitas ini karena pemilik tidak
membatasi mengenai berapa banyak yang harus diinvestasikan atau ditarik dari bisnis. Juga,
tidak ada klaim unggul selain dari yang dipegang oleh kreditor perusahaan itu.

Ekuitas pemilik dari persekutuan atau kemitraan serupa dengan ekuitas perorangan,
kecuali bahwa hal itu diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan setiap sekutu atau
kemitraan. Akun pengambilan terpisah dapat digunakan untuk menetapkan pengendalian atas
pengambilan atau untuk memaksakan ketaatan pada perjanjian pengambilan.

Lalu apa nilai dari klasifikasi sesuai dengan kepentingan beberapa sekutu?

Pertama, harus diakui bahwa klasifikasi ini hanya menunjukkan kepentingan dalam aktiva
bersih perusahaan; setiap kepentingan sekutu dalam laba perusahaan dapat seluruhnya
berbeda menurut syarat perjanjian sekutu. Jika keuntungan dan kerugian dialokasikan ke
akun modal sekutu dalam rasio selain dari rasio saldo modal, pembagian akhir pada sekutu
mungkin sama sekali berbeda dari kepentingan yang tampak dalam bisnis sebelum dimulai
likuidasi. Karena itu, akun modal berlaku terutama dalam pembagian aktiva dalam likuidasi
dan disolusi akhirkecuali semua, atau sebagian dari, laba dialokasikan atas dasar saldo
modal.

KLASIFIKASI EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Tujuan yang paling mendasari dari klasifikasi ekuitas pemegang saham adalah untuk
memberikan informasi kepada pemegang saham, investor, kreditor dan kelompok
kepentingan lain mengenai efisiensi dan pengurusan manajemen. Klasifikasi itu juga harus
memberikan informasi mengenai kepentingan ekonomi historis dan prospektif dari
kelompok-kelompok yang memegang ekuitas spesifik yang mempunyai kepentingan
ekonomi umum dalam perseroan. Dalam memenuhi tujuan ini, informasi dalam laporan
keuangan harus mengungkapkan beberapa atau semua dari yang berikut:

1. Sumber-sumber modal yang dipasok kepada perusahaan.


2. Pembatasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada pemegang
saham.
3. Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial dan keuangan pada distribusi dividen
pada calon dan pemegang saham sekarang.
4. Prioritas beberapa kelas pemegang saham dalam likuidasi sebagian atau akhir.

Masing-masing tujuan spesifik klasifikasi ini akan dibahas dan dievaluasi dalam paragraf-
paragraf berikut.

Klasifikasi Menurut Sumber Modal

Sumber utama dari ekuitas pemegang saham perseroan adalah:

1. Jumlah yang disetorkan oleh pemegang saham.


2. Kelebihan laba bersih atas dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham (laba
ditahan dalam perusahaan).
3. Sumbangan selain dari pemegang saham.

Kekurangan utama dari klasifikasi konvensional adalah bahwa klasifikasi menurut sumber
akan hilang manakala transfer dilakukan dari laba yang ditahan ke saham modal dan
tambahan modal disetor dengan menerbitkan dividen saham atau sarana lain. Klasifikasi asal
menurut sumber juga hilang dalam rekapitulasi dna dalam beberapa transaksi saham treasuri.

Pengungakapan Modal Legal

Kebanyakan negara bagian mendefinisikan modal legal (modal berdasa hukum atau
modal yang ditetapkan) sebagai nilai pari agregat dari semua saham bernilai pari yang
diterbitkan (tidak segera dibatalkan) dan pertimbangan agregat yang diterima untuk semua
saham yang diterbitkan tanpa nilai pari. Akan tetapi, dalam kasus saham bernilai tanpa pari,
banyak negara mengizinkan direktur atau pemegang saham untuk menetapkan berapa banyak
dari pertimbangan yang diterima harus digolongkan sebagai modal legal dan berapa banyak
yang digolongkan sebagian tambahan modal disetor. Akibatnya, sulit untuk menentukan
jumlah yang tepat dari modal legal dalam situasi-situasi tertentu.

Akibat perbedaan antara modal legal dan modal yang diinvestasikan untuk tujuan
akuntansi dan keuangan, pemisahan modal yang diinvestasikan menjadi modal saham dan
tambahan modal disetor mungkin lebih menyesatkan daripada membantu. Satu alternatif
adalah mengungkapkan dalam catatan kaki apa yang dipandang akuntan sebagai modal legal
atau yang ditetapkan, dan membuat jelas bahwa penentuan akhir modal yang ditetapkan
merupakan keputusan hukum sesuai dengan interpretasi pengadilan dan pada dasarnya bukan
masalah akuntansi.

Menurut penulis, pengungkapan modal legal mungkin tidak perlu dalam semua kasus
kecuali dalam perusahaan kecil atau baru berdiri. Dalam perusahaan yang bersar dan
menguntungkan, modal legal pada dasarnya merupakan bagian kecil dari total ekuitas
pemegang saham.

Pengungkapan Restriksi pada Disposisi Laba

Pengungkapan distribusi atau disposisi yang diniatkan dari suatu perseroan tidak sama
dengan pengungkapan restriksi pada disposisi laba. Karena itu, klasifikasi ekuitas pemegang
saham dan catatn kaki pada laporan keuangan harus dibedakan secara jelas antara kedua ini.

Tidak dapat diasumsikan bahwa setiap atau semua laba ditahan akan tersedia untuk
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen tunai. Kenyataannya, judul saat ini untuk
akumulasi laba memperlihatkan hal ini. Laba yang Ditahan untuk Penggunaan dalam
Perusahaan atau cukup Laba Ditahan yang menyiratkan bahwa laba yang tidak siap
dibagikan sebagai dividen telah diinvestasikan secara permanen dalam perusahaan. Implikasi
ini didukung oleh dua pengamatan umum:

1. Distribusi dividen pada kebanyakan perusahaan besar berkorelasi tinggi dengan laba
masa berjalan, laba tahun sebelumnya, dan dividen tahun sebelumnya.
2. Dalam kebanyakan perusahaan yang mapan, jumlah laba ditahan lebih besar daripada
modal yang diinvestasikan langsung oleh pemegang saham.

Karena klasifikasi sebagian ekuitas pemegang saham sebagai laba ditahan tidak menunjukkan
jumlah yang mungkin harus dibayarkan sebagai dividen di masadepan atau pun tidak ada niat
perusahaan untuk itu, suatu alternatif adalah menunjukkan pembatasan legal, kontraktual atau
keuangan utnuk pembayaran dividen. Namun, perlu berhati-hati untuk tidak memberi kesan
bahwa laba ditahan yang tidak dibatasi akan, atau cenderung akan, dibagikan sebagai dividen.

Pengungkapan Restriksi pada Distribusi Likuidasi

Preferensi likuidasi, karenanya, tidak sama seperti modal legal atau yang ditetapkan.
Klasifikasi yang sama sekali berbeda yang digunakan untuk mengungkapkan modal legal
akan diperlukan untuk mengungkapkan preferensi ini. Tetapi seberapa penting sehingga
harus diungkapkan? Jika suatu perusahaan yang mengungkapkan tidak mempunyai maksud
untuk dilukuidasi, preferensi likuidasi mungkin secara relatif tidak penting. Dan sekalipun
jika perseroan itu mengalami rugi dalam satu atau beberapa tahun, preferensi likuidasi
mungkin masih tidak penting jika aktiva bersih dari perusahaan melebihi jumlah preferensi
likuidasi dengan marjin yang besar.

Ikhtisar

Menurut pendapat pengarang, tidak mungkin mempertahankan klasifikasi yang


konsisten dari ekuitas pemegang saham sesuai dengan sumber, restriksi umum, disposisi atau
restriksi laba, dan distribusi sebagian atau akhir dari modal yang diinvestasikan. Merupakan
rekomendasi penulis bahwa dasar utama untuk klasifikasi haruslah sumber, untuk
mempertahankan logika di dalam struktur akuntansi tradisional.

Modal legal dapat diperlihatkan, jika tidak mengganggu klasifikasi sesuai sumbernya.
Restriksi mengenai distribusi laba dan prioritas aktiva dalam likuidasi dapat secar umu
diungkapkan secara tepat di catatan dalam tanda kurung atau di catatan kaki. Penekanan
utama atas klasifikasi sesuai dengan sumber ini memungkinkan pengungkapan sumber-
sumber dari semua distribusi kepada pemegang saham. Yakni, pembayaran harus dutetapkan
sebagai:

1. Distribusi laba berjalan.


2. Pengurangan laba ditahan yang tak terikat.
3. Pengurangan laba ditahan yang dikapitalisasi.
4. Distribusi modal yang diinvestasikan pemegang saham atau dari sumber-sumber lain.

Kesulitan dari klasifikasi ini adalah bahwa jumlah itu adalah residual, yang ditentukan oleh
pengukuran aktiva dan kewajiban. Namun, informasi mengenai hubungan sekarang dan
potensial dari beberapa kelas pemegang saham ekuitas jangka panjang adalah relevan untuk
mengevaluasi hal sekarang dan prospektif dari setiap kreditor dan pemegang saham.

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Apabila satu perseroan mempunyai kepemilikan mayoritas dan pengendalian dalam


satu atau lebih anak perusahaan yang berhubungan, informasi berharga dapat diperoleh dan
disajikan dengan menggabungkan data keuangan dan menyiapkan laporan keuangan
konsolidasi untuk keseluruhan kelompok itu. Persyaratan untuk konsolidasi diatur oleh
paragraf semula No.2 dan 3 dari ARB 51 yang ditetapkan tahun 1959. Yang pertama dari
paragraf ini menyatakan bahwa :

Kondisi biasa untuk kepentingan keuangan yang mengendalikan adalah kepemilikan hak
suara mayoritas, dan, karenanya, sebagai aturan umum kepemilikan oleh satu perusahaan,
langsung atau tidak langsung, atau atas lebih dari limapuluh persen saham suara yang beredar
dari perusahaan lain, adalah kondisi yang mengarah pada konsolidasi.

Yang kedua dari paragraf-paragraf itu kemudian menambahkan peringatan bahwa :

Laporan yang terpisah atau laporan yang digabungkan akan lebih baik untuk anak
perusahaan atau kelompok anak perusahaan jika penyajian informasi keuangan mengenai
aktivitas tertentu dari anak-anak perusahaan itu akan lebih informatif bagi pemegang saham
dan kreditor infuk perusahaan daripada pemasukan anak-anak perusahaan otu dalam
konsolidasi. Misalnya, laporan terpisah dapat disyaratkan bagi anak perusahaan yang
merupakan bank atau perusahaan asuransi dan mungkin lebih baik bagi perusahaan keuangan
dimana induk perusahaan dan anak-anak perusahaan lain terlibat dalam proses pabrikasi.
Meski kelompok yang dikonsolidasi umumnya dipandang sebagai unit ekonomi tunggal,
prosedur akuntansi konsolidasi sering menyangkal ini dalam perlakuan mereka atas
kepentingan minoritas.

Prosedur Konsolidasi

Konsolidasi induk perusahaan dengan anak perusahaannya dalam prinsipnya bersifat


langsung. Banyakna komplikasi yang timbul berasal dari rinciannya. Pada tingkat yang lebih
luas, dua perusahaan atau lebih dikonsolidasikan dengan menambahkan aktiva dan kewajiban
mereka. Perubahan jumlah-jumlah tersebut merupakan ekuitas dari perusahaan
terkonsolidasi. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang oertama adalah bahwa
akan ekuitas pemilik konsolidasi tidak dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan pemegang
saham mayoritas. Yang kedua adalah bahwa nilai aktiva anak perusahaan dipengaruhi oleh
tingkat kepemilikan pemegang saham mayoritas. Secara aljabar, dimana f mencerminkan
nilai wajar dari aktiva:

Nilai aktiva anak perusahaan dalam laporan konsolidasi

= Nilai buku aktiva

+ Persentase kepentingan mayoritas x (Nilai wajar Nilai buku)

Maksud dan Tujuan

Accounting Research Bulletin No. 51, standar semula dan masih berlaku atas
konsolidasi, menyatakan bahwa:

Tujuan dan laporan konsolidasi adalah untuk menyajikan, terutama untuk kepentingan
pemegang saham dan kreditor induk perusahaan, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan
induk perusahaan dan anak perusahaan yang pada dasarnya seolah kelompok suatu
perusahaan tunggal dengan satu atau lebih cabang atau divisi.

Tujuan-tujuan ini menyiratkan bahwa kita harus memperhatikan hubungan legal dari
perseroan-perseroan itu dan memandang perusahaan sebagai satu unit ekonomi.
Neraca Konsolidasi

Dalam neraca, praktik menambahkan bersama klasifikasi terpisah aktiva dan


kewajiban induk dan anak perusahaan adalah sejalan dengan gagasan menyajikan laporan
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Dengan menghilangkan semua kewajiban antara
perusahaan dan menjumlah semua aktiva dan kewajiban, suatugambaran kelompok itu
sebagai satu perusahaan tunggal akan diperoleh. Biaya adalah relevan pada saat akuisisi
hanya karena itu merupakan bukti terbaik dari nilai.

Laporan Rugi Laba Konsolidasi

Teori dalam perusahaan juga diikuti dalam penyusunan laporan rugi laba konsolidasi.
Suatu alternatif adalah mengalokasikan laba atau rugi antar perusahaan secara proposional
antara kepentingan mayoritas dan minoritas pada saat dilaporkan oleh anak perusahaan,
walau ini juga bersifat sembarang. Penerapan teori perusahaan yang konsisten ini kembali
terbentur dalam praktik konvensional karena kebanyakan perusahaan mengurangkan
kepentingan minoritas dari total pendapatan untuk mendapatkan laba bersih konsolidasi. Jadi,
laba bersih adalah bukan laba perusahaan secara keseluruhan, tetapi hanya bagian yang
dialokasikan ke kepentingan mayoritas. Tetapi sulit untuk menafsirkan laba akhir ini
sebenarnya mencerminkan apa, terutama jika kepentingan minoritas merupakan angka negatif
yang timbul dari rugi bersih anak perusahaam.

Ekuitas Konsolidasi

Dalam klasifikasi ekuitas konsolidasi pada laporan yang dipublikasikan, tidak hanya
adala kekurangseragaman, tetapi juga kurangnya pemahaman atas tujuan-tujuan spesifik.
Apakah tujuannya adalah mengungkapkan modal legal, sumber modal, atau kemungkinan
diposisi laba atau modal yan diinvestasikan?

Mengungkapkan Modal Legal

Ada sedikit keraguan bahwa disposisi modal legal dan luas dari perlindungan hukum
bagi kreditor dapat disajikan lebih jelas dalam laporan keuangan terpisah dari masing-masing
perusahaan daripada dalam laporan konsolidasi. Kreditor anak perusahaan harus
memperhatikan masing-masing laporan anak perusahaan untuk menentukan modal legal
relevan dan hubungannya dengan kreditor lain. Penyajian modal legal dan hak para kreditor
tidak dapat dan tidak boleh merupakan tujuan utama dalam klasifikasi ekuitas perusahaam
konsolidasi. Walau begitu, banyak perusahaan, sesuai tradisi, hanya nenunjukkan di neraca
nilai pari dari saham yang diterbitkan secara terpisah dari modal yang diterima dengan nilai
agio seolah ini mempunyai arti tertentu.

Mengungkapkan Sumber Modal

Tujuan yanng paling umum dalam klasifikasi ekuitas konsolidasi adalah untuk
mengungkapkan sumber-sumber modal. Bahkan ada yang secara jelas menetapkan judul
untuk bagian ekuitas pemegang saham di neraca sebagai Sumber0sumber Perolehan Modal
atau Diambil dari. Kendala dari metode klasifikasi ini serupa dengan kendala yang
berupaya untuk mempertahankan klasifikasi menurut sumber dalam perusahaan bukan
konsolidasi. Tetapi ada beberapa kendala tambahan, pertama modal yang diperoleh dari
pemegang saham mayoritas dicerminkan oleh saham modal dan tambahan modal disetor dari
induk perusahaan dalam kebanyakan kasus. Kendala kedua dari praktik konvensional
klasifikasi menurut sumber adalah bahwa jumlah modal yang diperoleh dari laba ditahan
tidak disajikan secara jelas. Didalam modal investasi konsolidasi, kepentingan minoritas
dalam total ekuitas pemegang saham pada tanggal konsolidasi, dan untuk mengklasifikasi
laba ditahan sebagai:

1. Yang diperoleh dari laba yang ditahan oleh induk perusahaan sejal pendiriannya.

2. Yang ditahan oleh anak perusahaan sejak tanggal konsolidasi.

Mengungkapkan Kemungkinan Distribusi

Dengan menetapkan bahwa laporan konsolidasi disajikan terutama untuk kepentingan


pemegang saham dan kreditpr induk perusahaan, ARB 51 menyiratkan bahwa tujuannya
adalah untuk menunjukkan ekuitas relatif dari penerima manfaat dalam perusahaan
konsolidasi. Klasifikasi konvensional dari ekuitas perusahaan konsolidasi gagal
mengungkapkan kemungkinan distribusi laba kepada pemegang saham mayoritas dan
minoritas. Klasifikasi konvensional juga gagal mengungkapkan hak-hak berbagai golongan
pemegang ekuitas dalam kemungkinan distribusi modal. Kreditor, secara umum, mempunyai
preferensi dalam likuidasi atas pemegang saham.

Ikhtisar

Dengan demikian, kita melihat bahwa meski pengungkapkan kemungkinan distribusi


laba dan modal tampak merupakan tujuan utama dalam klasifikasi konvensional ekuitas
sebuah perusahaan konsolidasi, saling hubungan antara beberapa kelompok menimbulkan
kendala berat pada manfaat dari klasifikasi tersebut.
BAB 23

PERUBAHAN DALAM EKUITAS PEMEGANG SAHAM

PENAMBAHAN DALAM MODAL YANG DITANAM

Dalam hal perseroan, modal yang ditanam meliputi jumlah total yang dibayarkan untuk
saham-saham, ditambah laba ditahan yang dikapitalisasi. Jumlah ini mungkin bertambah oleh
adanya penempatan atau penjualan lembar-lembar saham tambahan, oleh perolehan dan
penjualan kembal saham yang diperoleh kembali, oleh konversi utang menjadi ekuitas
pemegang saham, dan oleh pemindahan laba ditahan ke modal yang ditanam.

Tujuan dasar pengklasifikasian kenaikan-kenaikan dalam modal ini ternyata adalah untuk
mencegah diperlihatkannya ekuitas yang timbul dari transaksi modal sebagai penghasilan
(income) atau laba ditahan dan untuk mencegah implikasi bahwa jumlah-jumlah ini tersedia
untuk dividen biasa.

Penempatan Modal Saham

Praktik akuntansi memasukkan pesanan saham dalam modal yang ditanam jika :

a. Pemesanan itu menunjukkan klaim legal terhadap pemesanan


b. Perseroan bermaksud menagih pesanan dalam periode waktu yang wajar dan pasti

jika pesanan itu tidak dimaksudkan untuk ditagih, atau jika waktu penagihan tidak pasti,
pesanan itu tidak benar-benar menunjukkan modal yang ditanam. Laporan yang diserahkan
kepada SEC diharuskan untuk memperlakukan akun piutang pesanan, yang menampung sisa
yang belum dibayar untuk saham tersebut, sebagai akun penilaian dalam bagian ekuitas
pemegang saham.

Konversi Utang

Metode yang disarankan untuk memperlakukan konversi utang :

1. Metode nilai buku


Dalam metode ini nilai buku utang jangka panjang hanya direklasifikasi, saat saham
baru diterbitkan, menjadi saham modal dan tambahan modal disetor. Tidak ada
keuntungan atau kerugian yang diakui atas transaksi ini, nilai buku utang hanya
dikonversikan menjadi ekuitas pemegang saham.
Metode ini konsisten dengan teori entitas, karena semua ekuitas jangka panjang
diperlakukan sebagai kepentingan dalam badan usaha.
2. Metode nilai pasar
Dalam metode ini harga pasar masa berjalan (current market price) obligasi itu
dikapitalisasi sebagai ekuitas pemegang saham. Selisih harga antara harga masa
berjalan dan nilai buku obligasi, diakui sebagai keuntungan luar biasa atau kerugian
luar biasa.

Konversi Saham Preferen

Untuk knversi saham preferen menjadi saham biasa, prosedur yang konvensional adalah nilai
pari saham preferen ditambah bagian pro rata dari agio (paid-in surplus) saham preferen
dipindahkan ke saham biasa dan agio saham biasa. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang
diperlihatkan dalam transaksi ini karena keduangnya termasuk dalam klasifikasi ekuitas
pemegang saham.

Cara lainnya adalah memindahkan ke dalam saham biasa suatu jumlah sebesar nilai pasar
masa berjalan saham preferen yang ditarik atau saham biasa baru yang diterbitkan. Prosedur
ini mempunya beberapa implikasi yang menarik, yaitu

1. Prosedur ini menyiratkan diterimanya teori entitas yang kaku, karena prosedur ini
menafsirkan laba ditahan itu sendiri sebagai ekuitas perusahaan.
2. Prosedur ini menyiratkan bahwa nilai pasar masa berjalan saham biasa tidak
mencerminkan suatu kepentingan dalam laba ditahan ; jika ya, akan ada perhitungan
ganda.
3. Prosedur ini juga menyiratkan bahwa ada dua transaksi, yaitu
a. Penarikan saham preferen, yang menghasilkan distribusi parsial laba ditahan.
b. Penjualan lembar-lembar baru saham biasa sebesar nilai pasar masa berjalan.

Dividen Saham dan Pemecahan Saham

Jika para akuntan berpegang teguh pada klasifikasi ekuitas menurut sumber aslinya, tidak
perlu ada reklasifikasi ekuitas sebagai akibat dari jenis-jenis transaksi ini. Satu-satunya yang
akan disyaratkan adalah pengungkapan perubahan dalam jumlah lembar saham beredar dan
perubahan dalam nilai pari atau nilai yang ditetapkan. Akan perlu juga menghitung kembali
laba per saham yang dilaporkan untuk periode berjalan dan periode-periode terdahulu.
Bila para akuntan mengakui tujuan tujuan klasifikasi selain menurut sumber modal semula,
dividen saham menghadirkan suatu problema dalam hal perlakuan dan pengungkapan
transaski tersebut. Sebagian besar sifat transaksi tergantung pada teori ekuitas yang dianggap
sebagai yang paling relevan. Jumlah yang harus dikapitalisasi tergantung pada tujuan
klasifikasi dan asumsi sifat transaksi. jumlah yang paling umum disarankan untuk
dikapitalisasi adalah :

1. Nilai pari atau nilai yang ditetapkan (atau jumlah modal legal lainnya), saham yang
diterbitkan sebagai dividen
2. Nilai pasar masa berjalan saham yang diterbitkan
3. Modal disetor per saham sebelum dividen dikali jumlah lembar saham yang
diterbitkan.

Kebaikan masing-masingnya dibahas di bawah ini :

Sifat Dividen Saham

Committe on Accounting Prosedure (CAP) AICPA mendasarkan keyakinannya, bahwa


dividen saham bukan penghasilan bagi penerimanya, pada teori entitas. CAP berpendapat
bahwa perseroan merupakan satuan usaha yang terpisah dan tidak mungkin ada penghasilan
bagi pemegang saham sampai ada pemisahan (severance) aktiva perseroan. Penghasilan bagi
perseroan adalah penghasilan perseroan, bukan penghasilan bagi pemegang saham. Dividen
tunai merupakan pemindahan aktiva kepada pemegang saham dan karenanya merupakan
penghasilan bagi penerimanya, dividen saham mungkin menghasilkan apresiasi (kenaikan
nilai) yang belum direalisasi, tetapi bukakn penghasilan bagi pemegang saham sampai
realisasi oleh mereka sebagai hasil dari pembagian, pendistribusian, atau pemisahan aktiva
perseroan.

Teori kepemilikan menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa dividen saham bukanlah
penghasilan bagi penerimanya tetapi dengan alasan yang berbeda. Penghasilan perseroan
adalah juga penghasilan bagi pemilik. Oleh karena itu, dividen tunai merupakan penarikan
oleh pemilik apa yang sudah menjadi milik mereka. Dividen saham merupakan reklasifikasi
ekuitas, tetapi bukan penghasilan bagi pemilik, karena tidak ada kenaikan dalam kepemilikan
total.

Kapitalisasi Nilai Pari atau Nilai yang Ditetapkan


Jika tujuan klasifikasi adalah memperlihatkan modal legal, harus diakui bahwa klasifikasi
menurut sumber harus sudah dihapus. Pencapaian kedua tujuan itu hanya mungkin dilakukan
dengan klasifikasi ganda, dengan memperlihatkan modal legal dalam catatan kaki, atau
dengan membentuk pos terpisah dalam neraca untuk laba ditahan yang dikapitalisasi, dengan
jumlah yang sama dengan nilai pari (atau nilai yang ditetapkan) saham yang diterbitkan
sebagai dividen saham.

Kapitalisasi Harga Pasar

Hanya dalam penafsiran teori entitas yang sangat kaku dividen saham dapat dianggap sebagai
penghasilan bagi pemegang saham. Tetapi dalam penafsiran ini jumlah dividen itu dianggap
sebagai harga pasar masa berjalan saham tersebut.

Walaupun CAP tidak mengakui bahwa dividen saham adalah penghasilan bagi penerimanya,
CAP merekomendasikan agar jumlah yang dikapitalisasi (yang dipindahkan ke saham modal
dan tambahan modal disetor) seharusnya adalah suatu jumlah yang sama besar dengan nilai
wajar (nilai pasar) saham yang diterbitkan dalam semua kasus dimana jumlah saham yang
diterbitkan begitu kecilnya jika dibandingkan dengan total saham yang beredar sehingga
tidak mempunyai dampak yang nyata pada harga pasar per saham.

Dalam kasus-kasus di mana jumlah saham tambahan yang diterbitkan cukup besar untuk
secara material mempengaruhi harga pasar per lembar saham, CAP merekomendasikan
bahwa tidak perlu mengkapitalisasi lebih besar daripada yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan legal (biasanya nilai pari atau nilai yang ditetapkan)

Dua argumentasi lain untuk menggunakan nilai pasar dalam kapitalisasi dividen saham
adalah :

1. Dividen saham dapat dipandang sebagai dua transaksi dividen tunai bagi pemegang
saham dan selanjutnya penjualan saham kepada pemegang saham sebesar harga pasar
masa berjalan. Oleh karena itu, dividen tunai akan mengurangi laba ditahan dengan
jumlah nilai pasar saham. Penjualan saham selanjutnya menaikkan modal yang
ditanam dengan jumlah yang sama.
2. Biaya dividen saham bagi perseroan dianggap merupakan biaya kesempatan karena
memberikan saham itu kepada pemegang saham dan bukan menjual saham di pasar.
Berarti, karena perseroan sebetulnya bisa saja menjual saham dengan harga pasar,
inilah bukti terbaik mengenai jumlah dividen dan jumlah yang harus dikapitalisasi.
Kedua argumentasi ini lemah karena keduanya mengasumsikan situasi yang tidak benar-
benar ada. Perseroan mempunyai hak untuk menjual saham kepada para pemegang saham
biasa dengan nilai yang lebih rendah daripada harga pasar (dengan beberapa pengecualian),
dan tindakan ini umumnya tidak merugikan kelompok pemegang ekuitas manapun.

Opsi Saham dan Waran

Perbedaan utama antara dividen saham dan hak saham adalah jumlah yang harus dibayar oleh
pemegang saham untuk saham tambahan yang mereka terima. Jika analogi itu dibalik, suatu
hak saham adalah dividen saham dengan nilai sebesar nilai hak-selisih lebih nilai pasar saham
di atas harga beli bagi pemegang saham.

Bila waran dijual oleh perusahaan, hasilnya merupakan modal yang ditanam baik jika waran
itu digunakan ata tidak. Jika waran digunakan, hasil semula ditambah jumlah tambahan yang
dibayarkan oleh pemegangnya untuk memperoleh saham menunjukkan jumlah total yang
diinvestasikan oleh pemegang saham baru, dan jumlah itu harus diklasfikasikan sebagai
modal yang ditanam. Namun, sebelum waran digunakan, ada potensi dilusi dividen dan laba
per saham. Dampak dilusi ini akan dibahas dibawah ini dalam bagian tentang laba per saham.

Hak yang Diberikan kepada Pembeli Sekuritas Lain

Waran yang bisa dilepaskan (detachable) kerapkali diberikan kepada para pemegang obligasi
sehingga memberi mereka hak untuk membeli saham biasa dengan harga yang tetap
(seringkali lebih rendah daripada harga pasar saham saat hak diberikan). Saat waran
digunakan, jumlah yang dialokasikan pada warna tambahan pada waran ditambah jumlah
tambahan yang dibayarkan untuk saham diperlakukan sama seperti hasil penjualan emisi
saham baru. Akan tetapi, karena obligasi dengan waran yang bisa dilepas tidak berbeda
substansinya dari utang konvertible, keduanya harus dipertanggungjawabkan dengan cara
yang sama.

Program Pembelian Saham yang Bukan Sebagai Kompensasi untuk Karyawan


(Koncompensatory Employee Stock Purchase Plan)

Ada empat karakteristik yang dianggap penting dalam program nonkompensasi :

1. Pada hakikatnya semua karyawan purnawaktu yang memenuhi kualifikasi


kepegawaian tertentu dapat ikut serta
2. Penawaran saham berlaku sama bagi semua karyawan yang memenuhi syarat atau
menurut rasio gaji atau upah mereka
3. Lamanya periode opsi singkat dan wajar
4. Harga beli tidak boleh lebih rendah daripada harga yang wajar seandainya saham itu
ditawarkan kepada pihak lain

Juga diasumsikan bahwa pemberian opsi tidak membebankan kewajiban tambahan pada
karyawan.

Program Opsi sebagai Kompensasi (Compensatory Stock Option Plan)

Pemberian opsi saham kepada para eksekutif sudah menjadi metode yang populer untuk
memberikan kompensasi karena adanya potensi keuntungan pajak pada periode waktu yang
berlainan bagi penerimanya.

Metode penilaian yang paling diusulkan untuk penilaian jasa dan penetuan kenaikan yan
timbul dalam modal yang ditanam akibat pemberian opsi saham :

1. Selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi yang diberikan
2. Selisih lebih pada tanggal opsi itu menjadi milik karyawan
3. Selisih lebih nilai wajar diatas harga opsi pada tanggal opsi itu pertama kali dapat
digunakan
4. Selisih lebih pada tanggal opsi itu benar-benar digunakan
5. Biaya bagi perseroan pada tanggal penggunaan, setelah disesuaikan untuk
memperhitungkan dampak pajak penghasilan bagi perusahaan
6. Kemungkinan nilai opsi bagi penerima pada tanggal pemberian

PENGURANGAN DALAM MODAL YANG DITANAM

Jika saham yang diperoleh kembali itu diterbitkan kembali, hasil bersihnya mungkin
merupakan kenaikan, penurunan, atau tidak ada perubahan dalam ekuitas pemegang saham.

Saham yang Diperoleh Kembali

Bila perusahaan memperoleh sahamnya sendiri dan menyimpannya untuk diterbitkan kembali
atau selanjutnya dibatalkan, perolehan dan pelepasan (disposisi) saham tersebut dapat
diperlakukan sebagai transaksi tunggal atau dua transaksi yang terpisah dan berbeda. Yang
pertama biasanya disebut sebagai metode harga perolehan (cost method) dan yang terakhir
biasanya disebut sebagai metode nilai pari (par value).

Konsep Transaksi Tunggal

Jika saham yang diperoleh kembali itu dijual oleh perseroan di atas harga perolehannya,
selisih lebih itu merupakan kenaikan dalam modal yang ditanam diatas nilai pari. Oleh karena
itu, klasifikasi menurut sumber dipertahankan dan modal legal tidak terganggu.

Bila saham yang diperoleh kembali dijual lebih rendah daripada harga perolehannya bagi
perusahaan, selisih lebih harga perolehan di atas harga jual merupakan pembayaran kembali
modal yang ditanam atau distribusi laba ditahan.

Kesulitan utama konsep transaksi tunggal dan penerapan dasar harga perolehan terjadi bila
saham yang diperoleh kembali tidak segera dijual atau bila saham yang diperoleh kembali itu
selanjutnya dibatalkan. Sementara saham disimpan dalam perbendaharaan, harga
perolehannya merupakan pengurangan ekuitas pemegang saham yang belum dialokasikan,
yang ditangguhkan sampai selesainya transaksi. Oleh karena itu, baik modal yang ditanam
maupun laba ditahan dilebihsajikan dan hal ini mungkin menimbulkan penafsiran yang
menyesatkan, khususnya jika saham itu kemudian dibatalkan atau dijual demham harga jauh
di bawah harga perolehan.

Konsep Transaksi Ganda

Bila pengeluaran untuk saham yang diperoleh kembali itu melebihi bagian pro rata dari
modal disetor, selisih lebih itu dianggap sebagai distribusi laba ditahan.

Jika saham yang diperoleh kembali itu diperoleh dengan harga perolehan yang lebih tinggi
daripada jumlah pro rata dari modal yang ditanam, dampak rekomendasi ini adalah
dipindahkannya suatu bagian dari laba ditahan ke tambahan modal disetor sebagai akibat dari
perolehan dan penjualan kembali saham perusahaan sendiri.

PENGGABUNGAN USAHA

Penampilan laporan keuangan yang timbul dari penggabungan dan reaksi yang diharapkan
dari para investor dan kreditor biasanya menjadi faktor penentu dalam memilih metode
pelaporan, dan dalam banyak kasus menjadi faktor penentu dalam memutuskan apakah akan
bergabung atau tidak.
Penggabungan yang Diperlakukan sebagai Pembelian

Bilamana aktiva diperoleh dlam pertukaran dengan saham modal, nilai aktiva itu diasumsikan
sama dengan nilai saham yang diberikan dalam pertukaran, kecuali jika nilai masa berjalan
aktiva itu dapat diperoleh dengan cara lain yang dapat diuji. Demikian pula, bila semua aktiva
suatu perusahaan atau sahamnya diperoleh dengan memberikan saham modal dalam suatu
transaksi pembelian, perlakuan akuntansinya meliputi dua bagian :

1. Aktiva bersih dinilai menurut tital nilai pasar saham yang diterbitkan dalam
pertukaran itu. Total biaya ini harus dialokasikan pada aktiva-aktiva spesifik selama
memungkinkan, dan setiap kelebihan harus dianggap sebagai goodwill yang dibeli
atau aktiva tanwujud lainnya.
2. Total nilai saham yang diterbitkan dikredit ke modal yang ditanam dengan
kemungkinan pembagian antara modal legal dan modal diatas nilai pari atau nilai
yang ditetapkan. Klasifikasi sebelumnya dalam ekuitas pemegang saham perseroan
yang diakuisisi tidak mempengaruhi klasifikasi dalam perusahaan yang mengakuisisi.

Salah satu keunggulan utama metode pembelian adalah bahwa metode ini memungkinkan
suatu awal baru dari sudut pandang akuntansi, paling tidak untuk perusahaan yang
diakuisisi. Jika aktiva perusahaan yang diakuisisi terlalu tinggi nilainya, aktiva itu dapat
disesuaikan ke nilai wajar pada saat penggabungan. Akan tetapi, metode pembelian diakui
merugikan jika nilai wajar aktiva lebih besar daripada nilai buku sebelumnya, karena
pencatatan nilai yang lebih tinggi ini akan memerlukan beban penyusutan dan amortisasi
yang lebih tinggi. Hal ini diperburuk oleh fakta bahwa, jika penggabunga itu adalah
penggabungan yang bebas pajak, penyusutan dan amortisasi ekstra ini tidak dapat
dikurangkan untuk tujuan pajak penghasilan. Metode ini juga diasumsikan merugikan karena
menghilangkan laba ditahan perseroan yang diakuisisi, sehingga mengurangi jumlah yang
tersedia untuk dividen dari akumulasi penghasilan, walaupun jumlah legal yang tersedia
mungkin tidak berubah. Argumentasi ini akan dibahas secara lebih menyeluruh di bawah ini.

Penyatuan Kepentingan

Suatu pernyataan kepentingan diasumsikan terjadi bila dua atau lebih perusahaan bergabung
untuk melaksanakan fungsi-fungsi usaha mereka sebagai satu badan usaha ekonomi tunggal.
Keadaan-keadaan yang berlaku pada saat penggabungan dan sifat transaksi pertukaran
diantaranya syarat bahwa perusahaan-perusahaan yang bergabung harus berdiri sendiri dan
tidak mempunyai investasi antarperseroan yang signifikan. Aturan-aturan sebelumnya juga
menekankan kebutuhan akan kontinuitas manajemen dan aktivitas usaha, walaupun syarat ini
sukar didefinisikan dan dikendalikan. Faktor lain yang memperumit pemberlakuan aturan-
aturan ini adalah kemampuan perusahaan untuk memanipulasi kepemilikan saham dan
keadaan-keadaan lain untuk memberi kesan ditaatinya aturan-aturan ini pada saat
penggabungan.

Dalam suatu penyatuan kepentingan, perlakuan akuntansinya meliputi dua perbedaan


mendasar dari perlakuan sebagai pembelian:

1. Aktiva dan kewajiban beberapa perusahaan yang bergabung itu dibawa ke dalam
badan usaha yang sebesar nilai buku masing-masing dalam akun-akun organisasi-
organisasi yang terpisah sebelumnya, dengan pengecualian bahwa penyesuaian
dilakukan untul menjamin perlakuan yang seragam.
2. Laba ditahan beberapa perseroan itu harus dijumlahkan dalam perseroan yang
bertahan atau dalam konsolidasi, kecuali untuk jumlah yang harus dipindahkan ke
modal yang ditanam untuk menyajikan modal legal yang tepat.

Akuntansi penyatuan kepentingan selama ini populer dalam penggabunga usaha karena
beberapa alasan :

1. Bila nilai wajar aktiva-aktiva yang digabungkan lebih besar dari nilai buku,
penyusutan dan amortisasi akan bertambah jika penggabungan itu diperlakukan
sebagai pembelian. Selain itu, laba bersih perusahaan gabungan yang baru akan lebih
rendah daripada penjumlahan laba bersih perusahaan-perusahaan sebelumnya
2. Perlakuan penyatuan kepentingan menghindari dilusi laba per saham yang timbul dari
revaluasi aktiva
3. Metode ini menghindarkan perlunya mencatat goodwill dan aktiva tanwujud lainnya
yang menimbulkan persoalan amortisasi dan penafsiran
4. Penggabungan laba ditahan beberapa badan usaha tidak mengurangkan jumlah yang
tersedia untuk dividen sebagai distribusi penghasilan.

Tujuan tambahan dalam metode penyatuan kepentingan adalah menyajikan dampak


penggabungan itu untuk periode-periode terdahulu seakan-akan perusahaan-perusahaan itu
sudah bergabung pada tanggal yang lebih awal. Tujuan nyatanya adalah memperlihatkan
trend-trend yang berarti dalam data penghasilan dan laba per saham yang dapat digunakan
untuk tujuan prediktif. Akan tetapi, ini merupakan penyalahgunaan data komparatif, karena
telah terjadi diskontinuitas.

Evaluasi atas Pembelian dan Penyatuan Kepentingan

Perbedaan antara pembelian dan penyatuan kepentingan terletak terutama pada pemilihan dan
penafsiran satuan usaha yang bertahan. Dalam pembelian, hanya satu dari badan usaha-badan
usaha yang bergabung itu yang bertahan; yang lainnya mati baik bentuk maupun jiwanya.
Akan tetapi, dalam penyatuan kepentingan, perseroan yang bertahan benar-benar merupakan
gabungan dari dua atau lebih badan usaha ekonomi yang terus berjalan.

Penilaian Aktiva dalam Penggabungan

Bila suatu penggabungan diperlakukan sebagai pembelian, aktiva bersih diperoleh sebesar
harga perolehan seperti yang diukur dengan nilai pasar saham yang diberikan dalam
pertukaran. Perlakuan ini benar, karena harga perolehan menunjukkan ukuran terbaik nilai
masa berjalan aktiva bagi perusahaan gabungan. Jika total harga perolehan tidak dapat
dialokasikan pada aktiva tertentu sebagai bagian dari nilai kininya, selisih itu menunjukkan
harga perolehan goodwill yang tidak teridentifikasi atau aktiva tanwujud lainnya yang harus
dilaporkan.

Klasifikasi Ekuitas Pemegang Saham dalam Penggabungan

Bila perusahaan yang mengakuisisi menerbitkan saham biasa untuk aktiva atau saham
perusahaan lain, klasifikasi ekuitas pemegang saham dalam perusahaan yang mengakuisisi
(atau dalam perusahaan baru yang dibentuk untuk tujuan ini) tergantung pada penafsiran
badan usaha yang baru itu sebagai :

1. Satuan akuntansi yang sama sekali baru


2. Satuan akuntansi yang terdiri atas perseroan yang mengakuisisi saja
3. Kelanjutan semua badan usaha yang tergabung sebagai satu satuan akuntansi.

Dalam penafsiran yang pertama, badan usaha baru itu memulai awal yang benar-benar baru
dan semua ekuitas pemegang sahamnya adalah modal yang ditanam. Kasus yang kedua
diasumsikan menunjukkan awal baru untuk perusahaan yang diakuisisi, tetapi tidak bagi
perseroan yang melanjutkan.
LABA PER SAHAM

Rasio laba per saham merupakan ikhtisar data akuntansi yang paling sering dipublikasikan,
salah satu alasan popularitasnya adalah bahwa laba per saham dianggap mengandung
informasi yang berguna dalam membuat prediksi mengenai dividen per saham di masa depan
dan harga saham di masa depan. Laba per saham juga dianggap relevan dalam evaluasi atas
efektivitas manajemen dan kebijakan dividen.

Perhitungan Jumlah Saham


Rasio Laba per Saham =

*Laba bersih bagi pemegang saham biasa

**Jumlah saham biasa

Ada banyak cara untuk menghitung laba per saham jika jenis-jenis sekuritas yang berbeda
ada, APB 15 merekomendasikan dua perhitungan terpisah yang masing-masing disebut laba
per saham primer (primari earnings per share) dan laba per saham yang didilusi
sepenuhnya (fully diluted earnings per share). Dua perhitungan ini tidak didasarkan pada
probabilitas konversi atau penggunaan, juga tidak didasarkan pada segera tidaknya konversi
atau penggunaan. Sebaliknya, perhitungan ini didasarkan pada aturan dan asumsi yang
arbitrer, tanpa ada bukti bahwa perhitungan ini mesti relevan untuk keputusan investasi.

Laba per Saham Primer

Perhitunga laba per saham primer mencakup jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar
selama tahun tersebut ditambah jumlah saham yang mewakili sekuritas yang dianggap
sebagai setara saham biasa (common stock equivalent) dan mempunyai efek dilutif.

Penggunaan laba per saham primer dapat dikritik dengan alasan-alasan berikut :

1. Penggunaan istilah primer menyiratkan bahwa perhitungan ini paling signifikan,


padahal perhitungan manapun dalam suatu rumpun perhitungan laba per saham bisa
saja lebih relevan dalam asumsi dan harapan yang berbeda.
2. Utang konvertibel dan saham preferen konvertibel diperlakukan dengan cara yang
berbeda dengan utang dan saham preferen yang disertai waran yang bisa dilepas.
3. Sekuritas konvertibel diklasifikasikan sebagai setara saham biasa hanya pada saat
penerbitan, dan tidak mencerminkan kondisi yang berlaku dalam setiap tahun.
4. Tidak konsisten jika dikatakan bahwa utang konvertibel harus diklasifikasikan
semata-mata sebagai utang di neraca (seperti yang diharuskan dalam APB 14) dan
mengklasfikasikannya secara keseluruhan sebagai setara saham biasa dalam
menghitung laba per saham.
5. Laba per saham primer adalah perhitungan pro forma, tetapi judul itu tidak
mengindikasikan signifikansinya. Tanpa pengungkapan lengkap, pembaca tidak akan
dapat menentukan sekuritas mana yang telah diperlakukan sebagai setara saham biasa.

Laba per Saham yang Didilusi Sepenuhnya

Laba per saham yang didilusi sepenuhnya harus dihitung dengan memasukkan semua
sekuritas konvertibel yang berpotensi dilutif, baik yang diklasifikasikan sebagai setara saham
biasa ataupun tidak. Perhitungan laba per saham primer maupun yang didilusi sepenuhnya
tidak harus diperlihatkan jika efek setelah didilusi sepenuhnya tidak lebih besar daripada 3
persen.

Dilusi yang sesungguhnya mungkin jauh lebih besar daripada yang dilaporkan karena dua
alasan :

1. Waran tidak dimasukkan jika harga pasar saham biasa pada akhir periode tidak
melebihi harga penggunaan.
2. dihilangkannya waran dari perhitungan atas dasar harga pasar saham pada akhir
periode mengasumsikan bahwa penerimaan (proceeds) dari penggunaan waran dapat
digunakan untuk membeli saham dengan harga tersebut.

Perhitungan laba per saham yang didilusi sepenuhnya juga dapat dikritik dengan alasan
bahwa perhitungan itu kemungkinan akan ditafsirkan sebagai hasil yang paling mungkin.
Pengalaman kemungkinan akan menunjukkan bahwa tidak semua hak konversi ataupun
waran digunakan atau mungkin akan digunakan. Oleh karena itu, perhitungan ini bisa jadi
mencerminkan situasi yang lebih buruk daripada yang mungkin terjadi dalam keadaan
manapun.

Perhitungan Laba
Pembilang dalam perhitungan laba per saham harus disesuaikan, walaupun atas dasar historis,
jika ada terbitan ekuitas saham senior yang beredar. Karena laba hanya berkaitan dengan
sekuritas saham biasa dengan hak residual, dividen yang dibayarkan atau yang terutang untuk
sekuritas senior harus dikurangkan dari angka laba bersih yang diperlihatkan dalam laporan
laba rugi. Jika ada penambahan pada lembar saham biasa dalam penyebut untuk tahun
tersebut, setelah disesuaikan untuk memperhitungkan pengaruh pajak penghasilan, harus
ditambahkan pada laba bersih yang dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai