Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengeringan merupakan salah satu cara mengurangi kandungan air
dari suatu bahan melalui proses penguapan dengan menggunakan bantuan
energi panas. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yakni
pengeringan alami menggunakan energi radiasi matahari langsung dan
pengeringan buatan yakni dengan menggunakan alat pengering buatan
dengan sumber energi pemanas dari radiasi matahari atau tambahan dari
energi lain.
Pada pengeringan secara alami memiliki banyak kekurangan seperti
tergantung cuaca, sukar dikontrol, memerlukan tempat yang luas, mudah
terkontaminasi dengan debu atau kotoran lainnya, dan memerlukan waktu
yang lama. Berbeda dengan pengeringan secara buatan yang memiliki
banyak keunggulan seperti tidak tergantung cuaca, dapat dikontrol dan
menghemat waktu. Keunggulan lainnya juga menghasilkan kualitas bahan
yang lebih baik.
Praktikum yang dilakukan di laboratorium daya alat mesin pertanian
(DAMP) tentang alat pengering hybrid yang biasanya digunakan oleh
petani untuk mengeringkan suatu gabah. Alat pengering hybrid
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengering untuk secara manual
dengan memanfaatkan sinar matahari dan sebagai pengering dengan
memanfaatkan sumber energi dari listrik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuannya ialah untuk mengetahui spesifikasi pengering
hybrid serta mengetahui fungsi dari alat tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Air


Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum
teoritis sebesar 100 %, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat
lebih dari 100 % (Syarif, 1993).
Kadar air merupakan pemegang peranan penting, kecuali temperatur
maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan
dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan
proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya.
Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana kini telah
diketahui bahwa hanya air bebas yang dapat membantu berlangsungnya
proses tersebut (Tabrani, 1997).
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat
bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut
kadar air berat basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah
mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap
(konstan). Pada proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak
dapat seluruhnya diuapkan (Kusumah, 1989).

2.2 Definisi Pengeringan


Pengeringan ialah suatu cara/proses untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan , dengan cara menguapkan
sebagian besar air yang dikandungnya dengan menggunakan energi panas.
Biasanya kandungan air bahan dikurangi sampai batas dimana mikroba
tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Pengeringan dapat pula diartikan
sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi terkendali, untuk
mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi
(pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku).
Kerusakan (kebusukan) bahan pangan tergantung dari jenis bahan
pangan, yaitu berlangsung secara lambat misalnya pada biji-bijian,
kacang-kacangan atau sangat cepat misalnya pada daging dan ikan.
Penyebab utama kerusakan ini adalah karena pertumbuhan dan aktivitas
mikroba (bakteri, kapang, dan khamir) serta aktivitas enzimenzim di
dalam bahan pangan. Mikroba penyebab kerusakan bahan pangan dapat
ditemukan baik di tanah, air, udara, pada kulit, atau bulu ternak dan di
dalam usus.

2.3 Metode Pengeringan


Pengeringan bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu penjemuran(drying), pengeringan buatan menggunakan alat
pengering (dehydration) dan pengeringan secara pembekuan (freeze
drying).
1. Penjemuran
Penjemuran adalah pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari secara langsung sebagai energi panas. Penjemuran memerlukan
tempat pengeringan yang luas, waktu pengeringan yang lama dan waktu
pengeringan bahan yang dikeringkan tergantung pada cuaca. Contohnya
pada pengeringan labu kuning, pengeringan tersebut dilakukan selama 4-6
hari (tergantung pada cuaca).
2. Pengeringan Buatan (dehydration)
Pengeringan buatan adalah pengeringan dengan menggunakan alat
pengering, suhu kelembaban udara, kecepatan pengaliran udara dan waktu
pengeringan dapat diatur dan di awasi. Pengeringan buatan dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu pengeringan adiabatic dan pengeringan
isothermik. a. Pengeringan adiabatic adalah pengeringan dimana panas
dibawa ke alat pengering oleh udara panas. Udara panas ini akan
memberikan panas pada bahan pangan yang akan dikeringkan dan
mengangkut uap air yang dikeluarkan oleh bahan. b. Pengeringan
isotermik adalah pengeringan dimana bahan yang akan dikeringkan
berhubungan langsung dengan lembaran (pelat logam yang panas).
3. Pengeringan secara pembekuan (Freeze Drying)
Pada freeze drying, bahan terlebih dahulu dibekukan dan air
dikeluarkan dari bahan secara sublimasi, jadi prosesnya adalah perubahan
dari bahan padat menjadi uap dan proses ini dilakukan dalam keadaan
vakum (tekanan lebih kecil dari 4 mmHg). Suhu yang digunakan pada
freeze drying adalah sekitar -10o F (-12,2o C) oleh karena itu dengan cara
ini bahan pangan akan terhindar dari kerusakan kimiawi dan mikrobiologi.
Hal ini menyebabkan bahan pangan kering mempunyai citarasa yang tetap
dan daya rehidratasi yang baik serta nilai gizi yang tetap. Namun proses
ini biayanya mahal. Pada pengeringan beku, uap air disublimasikan keluar
dari bahan pangan beku. Struktur bahan pangan dipertahankan dengan
baik pada kondisi ini. Suhu dan tekanan yang sesuai harus dipersiapkan
dalam alat pengering untuk menjamin terjadinya proses sublimasi.

2.4 Alat Pengering Hybrid Tipe Rak


Menurut Nurfitrianitha (2010) alat pengering hybrid tipe rak dapat
digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan pangan. Alat pengering yang
dibuat berdasarkan strukturnya terdiri dari beberapa bagian, adapun
spesifikasinya dijelaskan di bawah ini :
a. Ruang pengering
Ruang pengeringan terbuat dari besi siku dengan ukuran tebal 5 mm
dan lebar 5 cm yang dilapisi dinding transparan polycarbonate dengan
ketebalan 0,2mm. Ruang pengering dirancang berbentuk persegi panjang
dengan ukuran dimensi 151 x 100 x 130 cm. Ruang pengering diberi
penutup/atap melengkung dengan ukuran 190 cm x 137 cm dan tinggi
rangka atas 22 cm. Pada salah satu sisinya dibuat pintu pengeluaran.Di
dalam ruang pengering terdapat dudukan rak pengering.
b. Rak pengering
Rak pengering berjumlah 10 buah terletak di dalam ruang pengering,
berada tepat diatas ruang plenum. Rak pengering berukuran sisi 96 x 74
cm. Rak pengering dibuat bertingkat sebanyak 5 tingkat. Salah satu rak di
tiap tingkatnya dibuat celah berukuran 10 cm sebagai tempat lewatnya
aliran udara panas yang dihasilkan oleh sinar matahari dan energi listrik
sebagai sumber panas. Rak ini adalah temapt menaruh chip pisang kepok
yang akan dikeringkan. Rak pengering terbuat dari besi siku dengan
ukuran 2 mm sebagai rangka dan bagian bawah diberi kawat kassa 2 - 5
mm sebagai lantai pengeringan.
c. Pintu pemasukkan dan pengeluaran
Pintu pemasukkan dan pengeluaran merupakan bagian ruang
pengering yang terletak pada salah satu sisi ruang pengering. Pintu ini
berfungsi sebagai tempat keluar masuknya rak pengering dengan dimensi
99 cm x 75 cm.
d. Kipas
Kipas yang digunakan pada alat pengering sistem hybrid ini
mempunyai dimensi 15 cm x 14 cm. Spesifikasinya adalah 230 V 50/60
Hz, 14/12 W, 0,08/0,07 A. ada dua buah kipas. Kipas pertama dipasang
pada sisi luar pada ruang pembakaran yang menghadap ke saluran udara
yang berfungsi sebagai penghembus udara panas yang dihasilkan ruang
pembakaran untuk dihembuskan ke ruang pengering. Jika sumber panas
yang digunakan adalah energi listrik, kipas ini berfungsi sebagai kipas
penghembus, dan bila sumber panasnya menggunakan sinar matahari,
kipas ini berfungsi sebagai kipas penghisap.
Kipas kedua dipasang pada salah satu sisi dinding alat pengering.
Kipas ini berfungsi sebagai penghembus udara panas jika sumber panas
yang digunakan adalah sinar matahari, dan berfungsi sebagai kipas
penghisap jika sumber panas yang digunakan adalah energi listrik berupa
elemen panas.
Elemen panas yang digunakan berupa kumparan. Elemen panas
tersebut terdiri dari 3 set bahan baku elemen pemanas oven, yang masing-
masing memiliki daya pemanas sebesar 600 Watt. Elemen panas dililitkan
pada sebuah pipa besi bulat yang disambung pada sebuah kabel listrik
sebagai penghubung utama ke sumber energi listrik yang digunakan.
Menurut Nurfitrianitha (2010), alat pengering hybrid tipe rak dapat
mengeringkan chip ubi kayu sebanyak 30 kg dengan kadar air awal rata-
rata 60% menjadi 10% - 12%. Pengeringan yang paling efisien yaitu
pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik berdasarkan
kapasitas bahan yang digunakan dan lama pengeringan yaitu sebesar
59,95%, sedangkan efisiensi pengeringan menggunakan energi listrik
adalah sebesar 42,67%.

Pengeringan menggunakan sinar matahari memakan waktu 18 jam,


dengan suhu maksimal mencapai 58OC. Pengeringan menggunakan energi
listrik memakan waktu 16 jam, dengan suhu maksimal hingga 50OC. Dan
pengeringan menggunakan sinar matahari dan energi listrik memakan
waktu 12 jam, dengan suhu maksimal mencapai 61OC.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29 September 2016 pukul


08.00-10.00 Wib di Laboratorium Daya Alat Mesin Pertanian (L. DAMP),
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat


pengering hybrid, alat pengukur (meteran) dan alat tulis sedangkan bahan
yang digunakan tidak ada.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:

1. Disiapkan alat yang akan digunakan


2. Diukur tinggi keselurahan alat
3. Diukur lebar keseluruhan alat
4. Diukur panjang keseluruhan alat
5. Diukur lebar rak penuh
6. Diukur tinggi rak dan interval rak
7. Diukur lebar rak yang tidak penuh
8. Dicatat hasil pengukurannya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Ukuran Hasil (cm )


Tinggi keseluruhan 165
Lebar keseluruhan 163
Panjang keseluruhan 96
Lebar rak penuh 74
Tinggi rak 2.5
Interval rak 6.5
Lebar rak tidak enuh 64.5

3.2 Pembahasan

Dalam sektor pertanian sistem pengeringan yang umum digunakan


adalah tenaga surya. Pada sistem tenaga surya ini, bahan diexpose ke sinar
surya secara langsung maupun tidak langsung. Uap air yang terjadi
dipindahkan dari tempat pengeringan melalui aliran udara. Proses aliran
udara ini terjadi karena terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan
udara ini dapat terjadi secara konveksi bebas maupun konveksi paksa.
Konveksi bebas terjadi tanpa bantuan luar, yaitu pengaliran udara hanya
bergantung pada perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan
densitas udara, sedangkan pada konveksi secara paksa digunakan kipas
untuk memaksa gerakan udara (Djarwo, P. 1988).
Pasca panen hasil-hasil pertanian, proses pengeringan merupakan
proses penting yang secara umum harus diaplikasikan oleh petani. Proses
ini sangat menentukan mutu produk untuk proses olahan lanjutan maupun
untuk proses penyimpanan dan penggudangannya. Produk-produk tersebut
adalah produk yang tidak langsung dikonsumsikan dalam bentuk segar
misalnya gabah, biji-bijian, coklat, kopi, lada, pala, dan sebagainya.
Selama ini masyarakat menggunakan teknik pengeringan tertua
secara penjemuran langsung di bawah sinar matahari. Namun teknik ini
mempunyai banyak kelemahan misalnya tidak praktis di musim hujan,
mudahnya bahan terkontaminasi, membutuhkan waktu yang lama,
membutuhkan lahan yang luas serta membutuhkan operator yang banyak.
Teknik ini juga sering dilakukan pada tempat yang tidak tepat seperti
badan jalan raya, atau dilakukan dengan menggunakan media yang tidak
baik seperti bahan plastik. Kontaminasi debu, kotoran dan bahkan polusi
sering menyebabkan rendahnya kualitas hasil pengeringan.
Kebutuhan akan alat pengering merupakan kebutuhan mendesak
sehingga kajian tentang alat pengering perlu dilakukan secara lebih
komprehensif. Banyak penelitian telah dilakukan, namun sampai saat ini
belum ada alat pengering yang praktis untuk digunakan oleh petani pada
skala rumah tangga. Hal inilah yang menyebabkan petani masih
menggunakan teknik penjemuran langsung di bawah sinar matahari.
Kegiatan pada saat praktikum berlangsung yaitu mendengarkan
penjelasan tentang alat pengering hybrid oleh asisten. Alat pengering
hybrid dirancang oleh mahasiswa jurusan teknik pertanian. Alat tersebut
pada umumnya digunakan untuk mengeringkan gabah. Ada dua fungsi dari
alat tersebut yaitu fungsi pertama mengeringkan gabah dengan bantuan
sinar matahari. Apabila menggunakan bantuan sinar matahari maka pintu
dari alat tersebut dibuka agar cahaya ataupun sinar matahari masuk
kedalam. Fungsi yang kedua adalah mengeringkan gabah dengan bantuan
daya listrik. Daya listrik yang diperlukan untuk menghidupkan alat
tersebut yaitu 600 watt. Didalam alat pengering hybrid terdapat blower
ataupun kipas yang fungsinya jika sumber panas yang digunakan adalah
energi listrik, kipas ini berfungsi sebagai kipas penghembus, dan bila
sumber panasnya menggunakan sinar matahari, kipas ini berfungsi sebagai
kipas penghisap. Tingkat kekeringan tergantung dari ketebalan gabah di
dalam rak, apabila gabah menumpuk dalam satu rak maka gabah tersebut
sulit untuk kering. Gabah harus selalu dibolak balik kan agar keringnya
merata.
Solar drying merupakan metode pengeringan yang saat ini sering
digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan makanan hasil panen.
Metode ini bersifat ekonomis pada skala pengeringan besar karena biaya
operasinya lebih murah dibandingkan dengan pengeringan dengan alat
pengering hybrid. Prinsip dari solar drying ini adalah pengeringan dengan
menggunakan bantuan sinar matahari. Perbedaan dari pengeringan dengan
sinar matahari biasa adalah solar drying dibantu dengan alat sederhana
sedemikian rupa sehingga pengeringan yang dihasilkan lebih efektif.
Metode solar drying sering digunakan untuk mengeringkan padi. Namun
karena pada prinsipnya pengeringan adalah untuk
mengurangi jumlah air (kelembaban) bahan, maka metode ini juga bisa
diaplikasikan untuk bahan makanan lain.
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Alat pengering hybrid memiliki dua fungsi yaitu fungsi secara alami dan
fungsi secara buatan yang pada hakekatnya sebagai pengering gabah.
2. Solar dryer lebih bersifat ekonomis dibanding dengan alat pengering hybrid.
3. Ketebalan gabah dalam satu rak akan memperlambat proses pengeringan.
4. Interval rak sangat berpengaruh terhadap suhu yang dihasilkan.
5. Salah satu spesifikasi dari alat pengering hybrid yaitu memiliki blower.
DAFTAR PUSTAKA

Djarwo, P. 1988. Teknik Pengolahan Hasil Pertanian. UI Press, Jakarta.

Kusumah dan Andarwulan. 1989. Prinsip Teknologi Pangan. Jakarta: Rajawali


Press.

Nurfitrianitha. 2010. Kinerja Alat Pengering Hybrid Tipe Rak Untuk Pengeringan
Chip Ubi Kayu. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.

Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.

Tabrani. 1997. Teknologi Hasil Perairan. Riau: Universitas Islam Riau Press
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai