Anda di halaman 1dari 14

TAFSIR AYAT-AYAT AL-QURAN TENTANG HARI AKHIR

Written By Ahmad Multazam on Tuesday, March 19, 2013 |


8:36 PM



I. PENDAHULUAN
Allah telah menciptakan segala sesuatu yang dikehendakinya. Di alam raya ini misalnya,
dapat dilihat betapa kemaha besaran Allah sebagai dzat yang agung. Bagaimana langit
ditinggikan(QS 88: 18), daratan dihamparkan(QS 88: 20), makhluk hidup diciptakan (QS 16: 4,
5, 8), Allah menghidupkan (QS 22: 6), Allah mengakhiri (QS 22: 1), dan sebagainya. Ada
maksud penciptaan pasti terdapat pula tujuan penciptaan, ada awal penciptaan ada akhir dari
penciptaan tersebut, dan sebagainya.
Umat muslim memiliki kepercayaaan (Iman) yang termaktub di dalam rukun Iman agama
Islam, yaitu : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Rasul, Iman kepada
Kitab-kitab Allah, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada Qodlo-Qodar.
Ada dua hal pokok yang berkaitan dengan keimanan. Pertama adalah pembuktian tentang
keesaan Allah. Kedua adalah pembuktian tentang hari akhir karena keimanan kepada Allah
tidaklah sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir.1[1]
Oleh karena itu, disini penulis tertarik untuk mengkaji ayat-ayat al-Quran yang berkaitan
dengan hari akhir.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian hari akhir?
B. Bagaimana tafsir ayat-ayat al-Quran tentang hari akhir?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian hari akhir (konteks Islam)
Salah satu rukun Iman adalah Iman kepada hari akhir (yaumul qiyamah), yaitu percaya akan
datangnya ujung dari kehidupan di dunia. Dalam al-quran hari akhir dinamakan al-qariah,
terdapat pada QS. Al-Haqqah : 4 dan QS. Al-Qariah : 1, 2, dan 3.2[2]
Firman Allah Tahukah kamu, apakah hari kiamat itu ? (QS. Al-Qariah : 3). Menurut Ar-
Razi, ayat tersebut mununjukan bahwa manusia tidak tahu sama sekali tentang hari kiamat,
manusia hanya memahami bahwa hal tersebut merupakan peristiwa yang luar biasa.
Hari akhir atau kiamat (qiyamat/qiyamah) juga dijelaskan dengan pengertian, hari kiamat
adalah hari dihancurkannya secara total kehidupan manusia di dunia dengan ditiupkannya
sangkakala pertama oleh malaikat Israfil (dalam masa tersebut tiada lagi kehidupan). Kemudian
ditiupkan kembali sangkakala untuk kali kedua yaitu untuk menghidupkan umat manusia sejak
Nabi Adam as. hingga umat terakhir, untuk menerima pengadilan Allah.3[3]
Hari akhir sering pula disebut sebagai hari kiamat, yaitu hari pembalasan yang hakiki
terhadap semua makhluk hidup di dunia yang fana ini.
B. Tafsir Ayat-Ayat Tentang Hari Akhir
a. Qs. Al-Araf : 147
147. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan mendustakan akan menemui
akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang Telah
mereka kerjakan.
1. Tafsir
Ayat ini menjelaskan bahwa ada siksaan atau suatu dampak yang buruk terhadap orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Allah di akhirat kelak.4[4] Walaupun dia melakukakan amal-
amal baik maka sia-sialah itu jika dia tidak mempercayai adanya pertemuan dengan Allah
diakhir nanti.
Dalam ayat ini menggunakan kata ( )untuk menunjuk makna kesia-siaan, yang mana
kata tersebut pada mulanya digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang konkret indrawi,
misalnya ada seekor binatang yang mati karena memakan suatu jenis bunga, dalam konteks ini
Nabi Saw bersabda : sesungguhnya ada tumbuhan yang tumbuh di musim bunga yang
membunuh (HR. Bukhari dan at-Tirmidzi).5[5]
Dari penjelasan dan hadits tersebut dapat dipahami bahwa ada sesuatu yang buruk di dalam
sesuatu yang baik. Dalam buku yang sama, M. Quraish Shiahab menjelaskan amal-amal seorang
kafir (baca : mendustakan ayat Allah) kelihatannya baik namun amal tersebut , sehingga
pada akhirnya ia akan binasa, bagai binatang yang memakan bunga yang indah tetapi sejatinya
bunga tersebut beracun atau memiliki efek buruk. Kesia-siaan tersebut juga dapat dipahami
dalam arti karena mereka mendustakan adanya pertemuan akhirat, yaitu adanya balasan dan
ganjaran di akhiirat kelak.6[6]
Pada penutup ayat di atas, bermakna bahwa seseorang tidak diberi balasan kecuali sesuai
dengan amal mereka masing-masing, beramal baik sesuai ketentuan illahi atau beramal
sebaliknya.7[7]

2. Munasabah
Pada ayat-ayat lalu diterangkan hal-ihwal Firaun dan tentaranya yang telah punah dan
tenggelam ke dasar laut Qulzum (laut merah), karena ketakaburan, keangkuhan, kezaliman, dan
sikap mereka yang mendustakan kenabian Musa beserta risalah yang dibawanya. Pada ayat ini
dijelaskan bahwa orang yang sombong dan mendustakan kekuasaan Allah dan adanya akhirat,
mereka akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya.8[8]
3. Analisis
Dari tafsir ayat tersebut diketahui bahwa Allah Maha Kuasa. Sunatullah akan berlaku bagi
siapapun yang takabur, dan menyombongkan diri. Sifat-sifat tersebut dapat ditandai dengan
tidaknya beriman pada pertemuan Allah di hari pembalasan nanti, merendahkan martabat orang
lain serta menyombongkan diri karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah. Maka sia-sia pula
amal baik yang telah dikerjakan orang-orang tersebut jika tidak mengimani ayat-ayat Allah.
b. Qs. Al-Ahzab : 63
63. Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari berbangkit itu Hanya di sisi Allah". dan tahukah kamu (hai
Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.
1. Tafsir
Ayat ini menerangkan bahwa adanya pertanyaan tentang hari akhirat, baik dari kaum
mukmin yang bertanya serius dan kaum musyrik atau munafik yang bertanya
memperolokannya.9[9] Banyak manusia yang bertanya kepada Nabi Saw, kapan terjadinya hari
kiamat, kaum musyrik menantang supaya hari kiamat segera didatangkan (bertanya dengan
mencemooh) seraya Nabi menaggapi, sesungguhnya kiamat itu berada ditangan Allah.10[10]
Sedangkan kaum mukmin bertanya kepada Nabi Saw karena terdorong rasa ingin tahu tentang
yang gaib, yang menyangkut kenikmatan ukhrawi dan siksa-Nya.11[11]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kapan hari tersebut akan datang dan
menghampiri, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya bahkan Nabi. Hal tersebut menjadi
rahasia Allah dan hak prerogatif-Nya.
2. Munasabah
Pada ayat-ayat yang lalu, Allah mengemukakan tiga golongan yang menentang Allah,
Rasul-Nya, dan kaum mukminin, dan bahwa mereka itu dikutuk dan dikejar-kejar untuk dibunuh
di mana saja mereka dijumpai sesuai dengan perintah Allah. Pada ayat-ayat berikut ini, Allah
menerangkan tentang hari kiamat, keadaan mereka kelak di akhirat, dan tingkah lakunya ketika
menghadapi siksaan Allah.12[12]
3. Analisis
Pada ayat ini dijelaskan bahwa datangnya hari kiamat itu adalah sangat dekat. Tiada yang
tahu kapan pastinya hari kiamat itu datang. Dan siapapun yang mengingkari firman Allah ini
merupakan kaum kafir yang dimana mereka akan di tempatkan di neraka yang pedih.
c. Ali-Imran : 25
25. Bagaimanakah nanti apabila mereka kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada
keraguan tentang adanya. dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang
diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).
1. Asbabun nuzul
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dari Abdullah bin Umar, bahwa beberapa orang
Yahudi datang menghadap Rasulullah saw dengan membawa seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang telah berbuat zina. Lalu Rasul berkata: bagaimana tindakanmu terhadap orang
yang berbuat zina? mereka menjawab: kami lumur mereka dengan abu lalu kami pukuli.
Rasul berkata: tidakkah kamu temukan hukum rajam dalam taurat? mereka menjawab: tidak!
Kami tidak menemukan hukum itu di dalamnya. Abdullah bin Salam berkata pada mereka:
kamu telah berdusta, bawalah taurat. Bacalah jika kamu sekalian benar. Lalu salah satu dari
mereka membaca taurat dengan menutup sebagian lembar dengan telapak tangannya di atas ayat
rajam. Dia membaca selain dari yang tertutup oleh telapak tangannya. Kemudian Abdullah bin
Salam mengangkat telapak tangan orang yang menutupi ayat rajam, lalu dia berkata pada orang-
orang Yahudi itu, ini apa? tatkala orang Yahudi itu melihatnya, mereka berkata, itu adalah
ayat rajam. Maka Rasulullah memerintahkan untuk merajam mereka berdua sesuai dengan
perintah Taurat. Lalu mereka dirajam dekat kuburan di samping masjid. Akan tetapi orang
Yahudi marah terhadap hukuman ini. Maka Allah mencela mereka dengan ayat ini.13[13]
2. Tafsir
Dalam tafsir al-misbah, M. Quraish Shihab menjelaskan ayat tersebut, kalau kehidupan di
dunia ini demikian adanya masih dapat berbohong dan mempercayai kebohongannya karena di
dunia masih diberi pilihan, akan tetapi berbeda dengan hari kiamat kelak, di sana tidak ada suatu
pilihan, tidak ada kebohongan dan tipu daya. Ketika itu segala kebohongan akan terbongkar dan
semua tipu daya akan nyata.14[14] Pada hari yang dahsyat tersebut semua orang akan melihat
dengan jelas apa yang telah dikerjakannya, baik atau buruk akan dihadapkan kepada mereka
masing-masing, amal baik akan dibalas dengan kebahagiaan sedangkan amal yang buruk akan
dibalas dengan kesengsaraan serta di hari itu akan terdapat keadilan yang sempurna yaitu
pengadilan Allah. Yang pertimbangan ialah keimanan seseorang dan pengaruh iman terhadap
amal perbuatan sewaktu di dunia.15[15]
3. Munasabah
Dalam ayat-ayat yang lalu telah dijelaskan kejelekan tingkah laku orang Yahudi; yaitu
mengabaikan dakwah Nabi, membunuh para nabi dan orang-orang bijak yang menegakkan
kebenaran dan keadilan. Semua itu adalah sebagai keterangan Allah bagi para rasul-Nya bahwa
berpalingnya mereka dari dakwah nabi bukanlah suatu hal yang baru atau mengherankan. Lalu
pada ayat ini, Allah memperingatkan kepada Nabi Muhammad saw tentang kejanggalan sikap
orang Yahudi dalam hidup beragama, yaitu mereka menolak untuk mengambil hukum dari kitab
suci mereka sendiri. Mereka selalu menolak ajakan untuk kembali pada kitab suci mereka
sendiri.16[16]
4. Analisis
Ayat ini menjelaskan bagaimana nanti Allah melihat makhluk-Nya. Semua manusia sama
di hadapan Allah, tidak satupun yang diistimewakan dan tidak pula yang dikurangi pahalanya.
Manusia yang beramal baik pastinya akan mendapat ganjaran surga dan sebaliknya, manusia
yang mengingkari Allah maka nerakalah yang akan menampungnya. Semua itu adalah atas
kehendak Allah swt.
d. Qs. Hud : 105 108
105. Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya;
Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
106. Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya
mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih),
107. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia
kehendaki.
108. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai
karunia yang tiada putus-putusnya.
1. Asbabunuzul
Ayat 106
Diriwayatkan turunya ayat ini yang bertanya kepada Nabi Saw apakah tidak sewajarnya
kita berpangku tangan menanti ketetapan Allah ? Nabi Saw menjawab, berusahalah karena
semua akan dipermudah menuju apa yang ia tercipta untuknya. (HR Bukhari melaui Imran ibn
al-Husein dan at-Tirmidzi melalui umar ibn al-Qatab).17[17]
2. Tafsir
Ayat 105 106
Pada ayat tersebut dijelaskan, hari kiamat memang belum datang, tetapi di kala hari itu
datang yakni hari datangnya Kiamat, tidak ada satu jiwa pun, baik yang taat apalagi yang
durhaka, yang boleh berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di hari antara mereka ada
yang celaka dan ada yang berbahagia; adapun orang-orang yang celaka, maka mereka di dalam
neraka. Bagi mereka di dalamnya embusan dan tarikan napas yang sangat sulit, yakni rintihan
yang terdengar sangat mengenaskan.18[18] Dalam buku yang sama juga dijelaskan oleh
Thabatthabai, bahwa pengecualian pada ayat tersebut bukan tertuju kepada pembicara, tetapi
kepada pembicaraan. Menurut Thabatthabai, pembicaraan di hari kemudian (baca : Kiamat)
bukan seperti halnya pembicaraan di dunia, seseorang bisa mengungkapkan secara bebas dan
sukarela apa yang akan disampaikan, kebebasan itu di hari kemudian (baca : Kiamat) tidak akan
ada lagi, pada hari itu pembicaraan berpulang kepada izin dan kehendak Allah serta mulut yang
bisa kita gunakan untuk berbicara di hari Kiamat akan tidak difungsikan Allah.19[19]
Juga dijelaskan bahwa kelak di hari kemudian ada yang celaka dan ada juga yang
berbahagia. Konteks ayat ini mengajak kita kepada iman dan amal saleh serta keniscayaan hari
kemudian menunjukan bahwa celaka atau berbahagia bukan suatu yang telah dipastikan bagi
yang bersangkutan, memiliki maksud ketika masih hidup di dunia kita diberi suatu potensi untuk
dikembangkan menuju apa yang kita pilih, baik celaka maupun berbahagia.20[20] Jadi kita yang
masih diberi kesempatan (hidup di dunia), hendaknya memfungsikan potensi tersebut dengan
amal-amal yang baik karena di hari Kiamat kita tidak diberi kesempatan oleh Allah untuk
memfungsikannya. Di akhir ayat ini terdapat kata ( )yang bermakna embusan pengeluaran
napas dengan mendorongnya secara keras disebabkan sesaknya dada dan sulitnya
bernapas.21[21] Dalam buku yang sama dijelaskan bahwa menarik dan menghembuskan napas
secara keras terjadi karena mernitih kesakitan atau kesedihan mendalam, yang demikian tersebut
menurut M. Quraish Shihab tepat untuk penghuni neraka.

Ayat 107
Ayat ini menjelaskan bahwa, yang celaka akan berada dineraka, mereka kekal di dalamnya
selama ada langit dan bumi, kecuali apa yang dikehendaki tuhanmu, yakni kecuali jika
Tuhanmu menghendaki yang lain. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang
Dia kehendaki, tidak ada sesuatu apapun yang dapat menghalangi.22[22] Juga dijelaskan dalam
buku tersebut, pada awal ayat terdapat kata ( ) mereka kekal dipahami dalam arti
kesinambungan keadaan dan kebradaanya dengan tidak tersentuh oleh perubahan atau kerusakan.
Sebagai suatu ungkapan ia dipahami dalam arti selamanya (kekal) yaitu penghuni neraka yang
kekal selamnya, akan tetapi juga dijelaskan bahwa mereka yang memperoleh syafaat atau yang
telah dibersihkan dosa-dosanya di neraka, mereka dianugerahi Allah ampunan sehingga dipindah
ke surga.23[23] Menurut pemahaman penulis, kekal yang dimaksud adalah tetap berada di alam
akhirat.
Ayat 108
Setelah ayat yang sebelumnya menerangkan tentang orang-orang yang celaka yang akan
menghuni neraka, kemudian di ayat yang ini diterangkanlah tentang mereka yang berbahagia
dengan Adapun orang-orang yang berbahagia , maka tempatnya di dalam surga; maka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali apa yang dikehendaki Tuhanmu, yaitu kecuali
jika Tuhan menghendaki yang lain; sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.24[24] M.
Quraish Shihab menjelaskan yang dimaksud pengecualian pada ayat tersebut adalah sebagai
fungsi untuk menunjukan kuasa Allah Swt. yang mutlak, Allah telah menetapkan atas diri-Nya
mengekalkan surga kepada mereka yang taat, ketetapan tersebut tidak dapat berubah, akan tetapi
jika Allah berkehendak mengubahnya, itu pun dalam wewenangnya karena tidak ada yang wajib
atas Allah, serta tidak ada yang dapat memaksa-Nya untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Dengan demikian menurut hemat penulis dapat dipahami bahwa kekekalan yang
dimaksud baik surga neraka atau sebaliknya neraka surga, merupakan keputusan dan hak
prerogatif Allah.
3. Munasabah
Ayat-ayat yang lalu menerangkan tentang pelajaran yang diambil dari kehancuran umat
yang banyak berbuat aniaya di dunia ini. Ayat-ayat berikut ini menerangkan balasan di akhirat:
bagi orang-orang yang celaka akan dimasukkan ke dalam neraka, sedang orang-orang yang
berbahagia akan bersenang-senang di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.25[25]
4. Analisis
Dijelaskan bahwa pada hari kiamat tidak ada satupun yang dapat berbicara kecuali seatas
izin Allah swt. Diantara mereka ada yang mendapatkan celaka ada pula yang berbahagia. Itu
semua semata-mata hanya karena ridha Allah, memberikan ganjaran baik kepada orang-orang
yang beramal baik dan meyakini ayat-ayat Allah, dan akan mendapat siksa orang-orang yang
mendustakan Allah.
e. Qs. Yasiin Ayat 78-81
78. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata:
"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang Telah hancur luluh?"
79. Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan
dia Maha mengetahui tentang segala makhluk.
80. Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, Maka tiba-tiba kamu
nyalakan (api) dari kayu itu".
81. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang
serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
1. Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa beberapa orang dari kalangan kaum musyrik antara
lain Ubay bin Khalaf dan al-As bin Wail as-Sahmi, datang pada Rasulullah, dan mereka
membawa sepotong tulang yang sudah lapuk. Lalu seorang di antara mereka berkata kepada
Rasulullah dengan sikap menantang, hai Muhammad, apakah engkau berpendapat bahwa Allah
dapat menghidupkan kembali tulang yang telah lapuk ini?Rasulullah menjawab tentu, Allah
akan membangkitkanmu kembali, dan akan memasukkanmu ke neraka.
Maka turunlah ayat yang menyebut bahwa orang musyrik yang berkata pada Rasulullah itu
telah mengemukakan sesuatu yang menurut pendapatnya merupakan sesuatu yang tidak akan
dapat dijawab oleh Rasulullah, karena tulang-belulang yang telah lapuk itu tak mungkin lagi
menjadi manusia yang hidup dan utuh. Sebab itu ia mengemukakan pertanyaan, siapakah yang
dapat menghidupkan kembali tulang yang sudah lapuk ini?.26[26]
2. Tafsir
Pada ayat 78 ini dijelaskan tentang keraguan kaum kafir Mekah terhadap adanya hari
kebangkitan. Mereka berpendapat demikian karena telah melupakan asal kejadian masing-
masing. Mereka diingatkan bahwa Allah telah menciptakan mereka dari setetes mani, sehingga
mereka lahir berwujud manusia yang hidup dan utuh.27[27] (79) Allah memerintahkan Nabi
Muhammad saw untuk menjawab pertanyaan orang-orang tersebut, dengan menegaskan bahwa
yang akan menghidupkan tulang-tulang lapuk itu kembali menjadi manusia yang hidup dan utuh
adalah Allah yang dahulu telah menciptakannya pada kali pertama, dari tidak ada menjadi
ada.28[28] (80) Allah memerintahkan rasul-Nya untuk menjelaskan kepada orang-orang
musyrik tersebut yang akan menghidupkan kembali tulang-tulang lapuk tersebut adalah Allah
yang telah menciptakan untuk mereka, api yang menyala dari kayu yang semula pohon yang
basah dan hijau tetapi kemudian kayu itu menjadi kering sehingga dapat menyalakan api.29[29]
(81) Allah mengemukakan pertanyaan kepada orang-orang yang tidak mempercayai hari
kebangkitan itu bahwa jika mereka percaya bahwa Allah kuasa menciptakan langit dan bumi ini,
mengapa Allah tidak kuasa pula menciptakan sesuatu yang serupa dengan itu. Jawabannya
adalah Allah pasti kuasa menciptakannya, karena Dia Maha Pencipta, lagi Maha
Mengetahui.30[30]
3. Munasabah
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah SWT telah menciptakan dan
memberikan bermacam-macam rahmat kepada manusia, antara lain ialah binatang ternak yang
mereka jadikan milik masing-masing dan mereka amabil manfaatnya untuk bermacam-macam
keperluan hidup. Tetapi sebagian manusia tidak mensyukuri rahmat tersebut,31[31] bahkan
menyembah selain kepada Allah, yaitu berupa patung yang mereka buat sendiri, padahal patung-
patung tersebut tiada membantu sedikitpun pekerjaan mereka. Pada ayat-ayat ini Allah
mengingatkan kembali asal mula kejadian manusia, anak cucu Adam tersebut yang sebagian dari
mereka memusuhi Allah dan rasul-Nya, dan tidak percaya tentang adanya hari kebangkitan kelak
di akhirat.
4. Analisis
Sebagai manusia yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya karena mereka telah melupakan
asal kejadian mereka. Ayat ini diturunkan untuk menunjukkan Kuasa Allah swt, bahwa
sesungguhnya Allah dapat menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya. Kaum Yahudi meminta
Nabi Muhammad untuk Allah dapat menghidupkan tulang belulang yang telah lapuk, dan pula
menghidupkan api pada kayu yang masih hijau dan basah. Sesungguhnya Allah jika
menghendaki menciptakan sesuatu, cukuplah dengan firman-Nya Jadilah maka terciptalah
yang dikehendaki-Nya. Karena Allah menguasai semua yang Ia ciptakan dan hanya kepada-Nya
semua kembali.
f. Qs. Al-Baqarah ayat 4
4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu.
1. Tafsir
Beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, yaitu beriman kepda al-Quran
dan kitab-kitab (wahyu) Taurat, Zabur, Injil, dan sahifah-sahifah yang diturunkan kepada nabi-
nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Meskipun dalam beriman kepada kitab-kitab selain al-
Quran bersifat ijmali (global), sedangkan beriman kepada al-Quran harus secara tafsili
(rinci).32[32]
Beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu sifat dari orang-orang yang
bertakwa. Sifat ini akan menimbulkan rasa dalam diri seorang muslim bahwa mereka adalah
umat yang satu, agama mereka adalah satu, agama islam. Sifat tersebut pula akan menghilangkan
eksklusivisme (sifat berbeda) dalam diri seorang muslim, yaitu meliputi sifat sombong, tinggi
hati, fanatik golongan,dan sebagainya.
2. Munasabah
Pada ayat sesudahnya adalah dijelaskan untuk beriman kepada adanya hari akhir. Akhirat
sebagai lawan dari kata dunia adalah tempat manusia berada setelah dunia ini lenyap. Sebagai
muslim yang bertakwa yaitu beriman pada kitab Allah maka juga beriman pada adanya hari
akhir. Mereka inilah orang-orang yang mendapat petunjuk dan bimbingan dari Allah swt.
3. Analisis
Kita ketahui bahwa orang-orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang mengimani dan
tidak mengingkari ayat-ayat al-Quran. Pada surah al-Baqarah pun disebutkan tentang keimanan
kepada kitab-kitab Allah dan iman kepada hari akhir. Jika kita mengimani firman Allah tersebut,
maka kita mempercayai datangnya hari akhir yang ditunjukkan ataupun diterangkan pada kitab
suci Allah swt. Dengan mengamalkan ayat-ayat Allah tersebut maka kita akan mendapatkan
akhir yang baik, tentu atas kehendak Allah.

Anda mungkin juga menyukai