Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Eritroderma atau dermatitis eksfoliativa adalah penyakit inflamasi pada kulit
yang di tandai dengan eritema universal (90%-100%) dan biasanya disertai
skuama. Pada beberapa kasus skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada
eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak
disertai skuama. Pada eritroderma kronik, eritema tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi. Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan
dari penyakit kulit yang telah ada sebelumnya (Psoriasis, dermatitis atopik, dan
dermatosis spongiotik lainnya), reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi,
antihipertensi, antibiotika, calcium channel blocker, dan bahan topikal, penyakit
sistemik termasuk keganasan, serta idiopatik (20%).1
Tidak ada data yang tepat tentang eritroderma baik mengenai prevalensi
maupun insidennya. Dilaporkan pasien pria lebih banyak dari wanita dengan
perbandingan 2:1 sampai 4:1. Onset penyakit rata-rata pada usia 52 tahun.
Penyakit yang mendasari tercatatnya pada suatu penelitian adalah dermatitis
(24%), psoriasis (20%), reaksi obat (19%), CTCL (8%). Jika kelompok dermatitis
sebagai penyebab kita uraikan lebih lanjut ternyata penyebab terbanyak adalah
DA (9%), DK (6%), DS (4%), dan chronic actinic dermatosis.1
Eritroderma secara klinis digambarkan dengan eritema luas, skuama,
pruritus, dan lesi primernya biasanya sulit ditentukan. Peradangan kulit yang
begitu luas pada eritroderma merupakan salah satu penyakit yang dapat
mengancam jiwa. Risiko ini semakin meningkat bila diderita oleh penderita
dengan usia yang sangat muda atau pada usia lanjut. Pada beberapa penderita,
eritroderma dapat ditolerensi dan berada pada kondisi yang kronik.2
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat
laporan kasus mengenai eritroderma di bagian ilmu kesehatan kulit dan kelamin
RSUD Palembang BARI.

Anda mungkin juga menyukai