Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Pembelajaran Berpusat pada Siswa

Pembelajaran berpusat pada peserta didik merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada
kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi
sangat bermakna. Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik menghasilkan
peserta didik yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri, tidak bergantung pada pengajar,
melainkan mampu bersaing atau berkompetisi dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih
baik.[1]
Model-Model Pembelajarannya
Dalam pembelajarana yang berpusat pada siswa, terdapat beberapa model pembelajarannya,
yaitu :
A. PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( COOPERATIVE LEARNING )
1. Landasan Pemikiran
Sekitar tahun 1960-an, belajar kompetitif dan individualistis telah mendominasi pendidikan
di Amerika Serikat. Siswa datang ke Sekolah untuk berkompetisi dan tekanan dari orang tua
untuk menjadi yang terbaik. Tentunya dengan tempat duduk yang terpisah di kelas.
Jika disusun dengan baik, belajar kompetitif dan individualistis akan evektif dan cara
memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa
kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis.[2]Untuk menghindarinya dan agar siswa
dapat membantu siswa yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah
dengan belajar kooperatif.
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah cooperative
learning. Cooperative learning muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara
rutin bekerja dalam kelompok untuk paling memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
Di dalam jelas kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen kemampuannya, jenis kelamin,
suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
belajar berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok
adalah ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya
untuk mencapai ketuntasan belajar.[3]
2. Tujuan Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan sebuah kejamn strategi pengajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.Cooperative learning disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memeberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya. Jadi dalam cooperative learning siswa berperan ganda, yaitu sebagai siswa atau
sebagai guru.
3. Efek-efek Cooperative Learning
Cooperative learning mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap
keragaman ras, budaya dan agama, sastra, sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

Tiga macam hasil yang dicapai model pembelajaran ini:


a. Efeknya pada perilaku kooperatif
Kebanyakan orang menjunjung tinggi perilaku kooperatif dan percaya bahwa perilaku itu
merupakan tujuan penting bagi pendidikan banyak kegiatan ekstrakulikuler di sekolah seperti
olah raga tim, produksi drama, dan musik.
b. Efeknya pada toleransi terhadap keanekaragaman
Studi-studi yang serupa dengan penelitian Johnson dan Johnson menunjukkan
bahwa cooperative learning tidak hanya mempengaruhi toleransi dan penerimaan yang lebih luas
terhadap siswa-siswa dengan kebutuhan khusus, tetapi juga dapat mendukung tercapainya
hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa dengan ras dan etnis yang beraneka ragam.
c. Efeknya pada prestasi akademik
Salah satu aspek penting cooperative learning adalah bahwa selain pendekatan ini
membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih baik diantara
para siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya.[4]
3. Unsur Penting, Prinsip Utama dan Ciri Pembelajaran Kooperatif
Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antar siswa
Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat.
Ketiga, tanggung jawab individu.
Keempat, proses kelompok.
Dan prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
b. Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.
c. Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama
pembelajaran.
d. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar
yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk secara heterogen.
c. Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.
5. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan
Proses demokrasi dan pern aktif merupakan ciri yang khas dari lingkungan pembelajaran
kooperatif. Agar pembelajaran kooperatif dapat berajalan sesuai dengan harapan, dan siswa
dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, siswa perlu diajarkan keterampilan-
keterampilan kooperatif, berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas.
6. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
b. Menyajikan informasi
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
e. Evaluasi
f. Memberikan penghargaan
7. Beberapa variasi dalam model Cooperative Learning
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru
nenyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

Persiapan-persiapan yang dibutuhkan STAD, yaitu:


1. Perangkat Pembelajaran
2. Membentuk kelompok kooperatif
3. Menentukan skor awal
4. Pengaturan tempat duduk
5. Kerja kelompoK
b. Tim Ahli (Jigsaw)
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari
Universitas Texas dan diadopsi oleh Salvin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.
Langkah-langkah pembelajaran jigsaw:
Siswa dibagi atas beberapa kelompok
Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi
beberapa sub-bab.
Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajarinya.
Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-
temannya.
Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
c. Investigasi Kelompok
Dalm implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok dengan anggota 5-6 orang yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk
diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Lalu menyiapkan
dan mempresentasikannya kepada seluruh kelas.
Langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi 6 fase, yaitu:
- Memilih topik
- Perencanaan Kooperatif
- Implementasi
- Analisis dan Sintesis
- Presentasi Hasil Final
- Evaluasi
d. Think Pair Share (TPS)
Strategi TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Langkah-langkah TPS:
o Berpikir (Thinking)
o Berpasangan (Pairing)
o Berbagi (Sharing)
e. Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) atau jenis penomoran berpikir bersama adalah jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai
alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Langkah-langkah NHT:
Penomoran
Mengajukan pertanyaan
Berpikir bersama
Menjawab
8. Karakteristik dan prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
1) Karakteristik SPK
- Pembelajaran secara tim
- Didasarkan kepada menajemen kooperatif
- Kemauan untuk bekerja sama
- Keterampilan untuk bekerja sama
2) Prinsip-prinsip SPK
- Prinsip ketergantungan positif (Positive Independence)
- Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability)
- Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
- Partisipasi dan komunikasi (Partisipation Communication)
9. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Penjelasan materi
Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
Belajar dalam kelompok
Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau tulis.
Pengakuan Tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paing
berprestasi untuk kemudian diberikan hadiah atau penghargaan.
10. Keunggulan dan kelemahan SPK
a. Keunggulan SPK:
Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru.
SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkap ide dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
SPK dapat membantu anak untuk respek kepada orang lain.
SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
SPK merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial.
Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri.
Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan belajar abstrak menjadi nyata.
Meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berpikir.
b. Kelemahan SPK:
Butuh waktu lama untuk memahami filosofis SPK.
Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu
yang cukup panjang.[5]

B. PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)


1. Pengertian
Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah inggris Problem Based
Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John
Dewey. Dewasa ini model pembelajaran ini mulai diangkat, sebab ditinjau secara umum,
pembelajran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan pada mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inquiri. Menurut Dewey, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara
stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan pada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system
syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif, sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik6.
Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja
sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang
menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam
keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.
2. Ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
c. Penyelidikan autentik
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
e. Kolaborasi

3. Tujuan Pengajaran Berdasarkan Masalah


a. Membantampilan berfikir siswa mengembangkan ketrampilan siswa bermasalah
- PBI memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang
bersifat kongkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.
Dengan kata lain PBI melatih kapada peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik
- Model pembelajaran berdasarkan masalah amat penting untuk menjembatani gap antara
pembelajaran formal di sekolah dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar
sekolah.
c. Menjadi pembelajar yang mandiri
- Dengan bimbingan guru secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
menagjukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri,
siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.
4. Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah
Menurut sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode
pemecahan masalah.tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan
menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tapi dari masalah
yang ada di sekitar.selain manfaat, model pengajaran berdasarkan masalahnya memiliki
kelebihan dan kekurangan
Kelebihan PBM sebagai model pengajaran adalah sebagai berikit :
a. Realistic dengan kehidupan siswa
b. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
c. Memupuik sifat inquiri siswa
d. Retensi konsep jadi kuat, dan
e. Memupuk kemampuan problem solving

Selain kelebihan tersebut, PBM juga memiliki beberapa kekurangan antara lain :
1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep)
2. Sulitnya mencari problem yang relevan
3. Sering terjadi miss-konsepsi
4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.
5. Pelaksanaan Pengajaran Berdasarkan Masalah
1. Tugas-tugas Perencanaan
a. Penetapan tujuan
b. Merancang situasi masalah
c. Organisasi sumber daya dan rencana logistic
2. Tugas interaktif
a. Orientasi Siswa pada Masalah
b. Mengorganisasikan Siswa untuk belajar
c. Membantu Penyelidikan mandiri dan kelompok
3. Linkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
4. Assesment dan Evaluasi

BAB III
PENUTUP

Pembelajaran yang berpusat pada siswa memang memusatkan perhatian dalam


pembelajaran hanya kepada siswa. Guru sebagai pendamping dalam model pembelajaran ini.
Dan model pembelajaran yang berpusat pada siswa ini memiliki dua jenis model, yaitu :
1. Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )
Cooperative learning merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Cooperative
learning disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya. Jadi, dalamcooperative learning siswa berperan ganda, yaitu sebagai
siswa atau sebagai guru.
2. Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
Adapun Ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
c. Penyelidikan autentik
d. Menghasilkan

Anda mungkin juga menyukai