III-1
saat diangkut, persiapan jalan menuju front, pengaturan tempat tunggu dan
manuver alat angkut. Persiapan ini menggunakan alat-alat penunjang tambang
seperti grader, hydraulicexcavator, bulldozer, compactor dan water tank.
III-2
PT.Bukit Asam (Persero) Tbk untuk PLTU Bukit Asam adalah penumpukan
(stacking), pengayakan (screening), peremukan (crushing), dan pengangkutan
(transporting).
Ukuran yang telah sesuai (produk akhir) diangkut dengan menggunakan belt
conveyor untuk langsung di kirim ke PLTU Bukit Asam. PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk, juga melakukan blending untuk memenuhi kualitas batubara yang
sesuai dengan permintaan pasar.
2.1.9. Reklamasi
Batubara adalah batuan sedimen yang didominasi oleh material organik padat
yang telah mengalami tahap biokimia dan geokimia coalification yang
mengakibatkan pengayaan unsur karbonnya sehingga dapat terbakar.
Batubara diturunkan dari akumulasi sisa sisa tanaman dalam suatu cekungan
sedimentasi yang kemudian teralterasi menjadi batuan padat akibat adanya panas
dan tekanan dalam perkembangan cekungan.
III-3
dari proses geokimia, yaitu : Tekanan (Pressure), Pembebanan (Burial) dan
Temperatur.
Coalification diawali dengan tahap awal biokimia diikuti oleh tahap geokimia.
Pada tahap biokimia terjadi proses pembebanan dan pengendapan dalam rawa,
sehingga pada tahap ini peringkat ( Rank ) Brown Coal dapat dicapai.
III-4
3. Payau / Marine
a. Kaya akan abu, S dan N mengandung fosil laut.
b. Kadang dijumpai konkresi Calcite, Dolomit
4. Ca Rich
a. Batubara yang dihasilkan kaya akan Ca
b. Biasanya sulfur tinggi karena kaya akan Syngenetic Pyrite
c. Sisa Tulang binatang akan terawetkan dengan baik sehingga batubara yang
dihasilkan pada lingkungan ini biasanya kaya akan fosil.
d. Keberadaan unsure N biasanya juga akan naik
1. Allochothonous Peat
Material tumbuhan pembentuk batubaranya telah mengalami proses transportasi
baik yang dilakukan oleh angin maupun oleh air. Sebuah interprestasi bahwa
seluruh seam yang low, medium ash dari humic coal adalah Allochotonous dan
secara alami harus dipertimbangkan proses yang menghalanginya yaitu
transportasi klastik sediment yang terendapkan bersamaan dengan material
organik.
2. Autochtonous Peat
Bahan pembentuk batubara yang tidak mengalami transportasi ( Insitu ). Biasanya
tipe endapan ini menghasilkan kualitas batubara yang cukup baik.
III-5
Gambar 3.1. Skema Pembentukan Batubara (Sumber: Anggoro;2012)
III-6
3.3. Bentuk Lapisan Batubara
Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah proses
coalifikasi akan menentukan bentuk lapisan batubara. Mengetahui bentuk lapisan
batubara sangat menentukan dalam menghitung cadangan dan merencanakan cara
penambangannya.
Secara umum terdapat beberapa bentuk lapisan batubara, antara lain :
a. Bentuk Horse Back, bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan
yang menutupinya melengkung ke arah atas akibat gaya kompresi. Ketebalan
ke arah lateral lapisan batubara kemungkinan sama ataupun menjadi lebih
kecil atau menipis.
b. Bentuk Pinch, bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian
tengah. Pada umumnya dasar dari perlapisan merupakan batuan yang plastis
misalnya batu lempung sedang diatas lapisan batubara secara setempat ditutupi
oleh batu pasir yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.
c. Bentuk Clay Vein, bentuk ini terjadi apabila diantara 2 bagian deposit batubara
terdapat urat lempung. Bentukan ini terjadi apabila pada satu seri deposit
batubara mengalami patahan, yang kemudian pada bidang patahan yang
merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung ataupun pasir.
d. Bentuk Burried Hill, bentuk ini terjadi apabila di daerah tempat dimana
batubara semula terbentuk terdapat suatu kulminasi sehingga lapisan batubara
seperti Terinstrusi.
e. Bentuk Fault, bentuk ini terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara
mengalami beberapa patahan. Keadaan ini akan mengacaukan di dalam
perhitungan cadangan, karena adanya perpindahan perlapisan akibat adanya
pergeseran ke arah vertikal.
f. Bentuk Folding, bentuk ini terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara
mengalami perlipatan. Makin intensif gaya yang bekerja pembentuk perlipatan
akan makin kompleks perlipatan tersebut terjadi.
III-7
a. Inherent Moisture, yaitu kandungan air bawaan mulai dari saat batubara
itu terbentuk.
b. Surface moisture, air yang terdapat pada permukaan batubara, dan pada
cleat batubara. Bila diangin anginkan kandungan air tersebut dapat
menguap
c. Total Moisture, penjumlahan dari Inherent Moisture dan Surface Moisture.
2. Ash : Residu padat yang tersisa setelah terjadinya proses pembakaran.
3. Volatile Meter (VM) : Kandungan zat terbang yang terliberasi pada
temperature tinggi dengan tidak hadirnya udara dan umumnya berskala dari
fraksi organik batubara.
4. Fixed Carbon : Unsur karbon yang tersisa dari pembakaran batubara setelah
Volatile Meter terliberasi (terurai).
5. Nilai Panas ( Calorivic Value ) : Merupakan sejumlah panas yang dihasilkan
per unit massa batubara ketika batubara tersebut dibakar.
6. Adb (Air dried basis) : keadaan kadar kelembaban batubara sama dengan
kelembaban udara sekitarnya
III-8
2. Open Pit Mining
Open pit mining adalah penambangan secara terbuka dalam pengertian umum.
Bila hal ini diterapkan pada penambangan batubara maka dilakukan dengan jalan
membuang overburden sampai lapisan batubaranya tersingkap sehingga siap
untuk di ekstraksi. Dalam open pit mining pemilihan peralatan merupakan suatu
faktor yang penting, karena berhubungan dengan hasil produksi ketika tambang
itu beroperasi.
3. Stripping Mining
III-9
Gambar 3.2 Tahapan Penambangan Tambang Terbuka (sumber :Anggoro;2012)
Bulldozer merupakan alat dorong yang paling umum digunakan, dapat juga
dikategorikan sebagai alat gali-angkut jarak pendek. Alat ini digunakan untuk
pekerjaan menggaru (ripping) dan mendorong agar memudahkan pekerjaan
Hydroulic excavator memuat material kedalam alat angkut.
III-10
dilakukan mengikuti arah kemiringan (dip), agar batubara mudah untuk di-ripping
dan membuat ripper menjadi lebih awet.
3.6.2. Backhoe
Backhoe Merupakan alat gali yang menggunakan tekanan hydraulic untuk
menggerakannya. Alat ini, dalam penggoperasiannya hampir sama dengan power
shovel yang membedakannya adalah cara penggalian material. Backhoe menggali
material dari arah atas kebawah, atau material digali mendekati alat.
Setelah batubara dipecah atau diberai maka selanjutnya dilakukan penggalian
III-11
batubara dengan menggunakan excavator. Setelah batubara dibongkar, kemudian
batubara dikumpulkan dengan bulldozer yangmemiliki blade. Batubara
selanjutnya dimuat dengan menggunakan excavator untuk dimasukkan kedalam
alat angkut dump truck Scania P420.
Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut
lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali
muatnya.
Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat gali
muat dan alat angkut, yaitu:
III-12
a. Top Loading, yaitu kedudukan alat muat berada diatas tumpukkan material
atau berada diatas jenjang. Cara ini hanya dipakai pada alat muat excavator
backhoe, selain daripada itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan
menempatkan material.
b. Bottom Loading, yaitu ketinggian atau alat angkut dan truk adalah sama.
Cara ini dipakai pada alat muat Power Shovel.
2. Posisi Pemuatan
Posisi pemuatan dilihat dari alat muat terhadap front penggalian dan posisi
alat angkut terhadap alat muat. Dapat dibedakan menjadi tiga pada yaitu:
a. Frontal Cut, yaitu alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau front
penggalian. Pada pola ini memuat pertama kali pada dump truck sebelah kiri
sampai penuh dan berangkat setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah
kanan.
b. Drive By Cut, yaitu alat muat (backhoe) bergerak melintang dan sejajar
dengan front penggalian. Pola ini diterapkan apabila lokasi pemuatan
memiliki dua akses.
c. Pararel Cut, terdiri dari dua metode berdasarkan cara pemuatannya, yaitu:
Single Spotting atau SingleTruk Back Up
Truk kedua menunggu selagi alat muat memuat ke truk pertama, setelah
truk pertama berangkat, truk kedua berputar dan mundur. Saat truk kedua
dimuat, truk ketiga datang dan melakukan manuver, dan seterusnya.
Double Spotting atau Double Truck Back Up
Truk memutar dan mundur ke salah satu sisi alat muat selagi alat muat
memuati truk pertama. Begitu truk pertama berangkat, alat muat mengisi
truk kedua dimuati, truk ketiga datang dan langsung berputar dan mundur
kearah alat muat, demikian seterusnya.
III-13
Batubara diberai dahulu dengan bantuan ripper bulldozer lalu dimuat dengan
excavator, yang kemudian dilakukan pengangkutan menggunakan dump truck
diangkut ke stockpile. Kapasitatas bucket excavator harus dimaksimalkan agar
mengetahui berapa unit dump truck yang dibutuhkan untuk menentukan efisiensi
kerja. Selanjutnya batubara akanditeruskan ke Train Loading Station (TLS)
ataupun ke temporary stock.
3.6.3. Dumptruck
Digunakan untuk pengangkutan jarak dekat dan sedang. Karena kecepatan nya
yang tinggi (kondisi jalan bagus), maka dump truck memiliki kapasitas tinggi
sehingga biaya angkut per-ton material rendah. Selain itu, dump truck bersifat
fleksibel artinya dapat dipakai untuk mengangkut bermacam-macam barang
dengan muatan yang berubah-ubah. Jenis alat ini dapat dibedakan menjadi:
a. Heavy dump truck
Dump truck jenis ini memiliki bagian kabin yang bersatu dengan bagian
vessel-nya, sehingga pergerakkan nya tidak fleksibel.
III-14
b. Dump truck
Tipe dari alat ini memiliki kapasitas bak yang lebih kecil dari tipe heavy
dump truck.
Grader berfungsi untuk meratakan pembukaan tanah atau jalan tambang secara
mekanis. Di samping itu grader berfunsi untuk penggusuran tanah, pencampuran
tanah, meratakan tanah, dan berperan sebagai alat bantu tambang di bagian
spreader agar tanah tersebut merata.
Gamb3.7 Grader
III-15
3.7. Elemen- elemen Produksi
Produksi adalah laju material yang dapat dipindahkan atau dialirkan per satuan
waktu. Untuk memperoleh produksi ada beberapa hal yang harus diperhitungkan
antara lain :
1) Kapasitas alat.
2) Tenaga kendaraan atau alat.
3) Waktu Edar (Cycle Time)
4) Efisiensi Kerja
5) Densitas material
Umumnya pemindahan material/tanah penutup dihitung berdasarkan volume (m3
atau BCM), sedangkan untuk batubara dinyatakan dalam ton. Mengetahui prinsip
elemen-elemen produksi penting artinya karena tidak diinginkan adanya
kesalahan estimasi produksi alat-alat berat.
Swell factor = x 100%
III-16
Merupakan persentase volume yang sesuai atau sesunggunya dapat diisikan
kedalam vasselatau bucketdibandingkan dengan kapasitas teoritisnya. Suatu
vassel tersebut tidak dapat diisi dari 100% karena dapat diisi munjung.
Ff=
Keterangan :
Ff = Faktor Isi Bucket ( Fill Factor)
Vn = Kapasitas Nyata BucketAlat Gali-Muat (m3)
Vs = Kapasitas baku bucket Alat- Gali Muat ( Spesifikasi Alat ) (m3)
Waktu edar (cycle time ) adalah waktu yang diperlukan alat mulai dari aktivitas
pengisian atau pemuatan ( loading ), pengangkutan ( hauling) untuk truck dan
sejenisnya atau swing untuk backhoe dan shovel, pengosongan (dumping),
kembali kosong dan mempersiapkan posisi (manuver) untuk diisi atau dimuat.
Disamping aktivitas-sktivitas tersebut terdapat pula waktu menunggu (delay time )
bila terjadi antrian untuk mengisi atau memuat. Komponen waktu edar untuk alat
dorong, misalnya bulldozer adalah waktu dorong material sampai jarak tertentu,
waktu kembali mundur,manuver, maupun siap dorong kembali.
III-17
Waktu edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap ( fixed time ) dan
variable (variable time ). Jadi waktu edar total adalah total penjumlahan waktu
tetap dan waktu variabel. Yang termaksud kedalam waktu tetap adalah waktu
pengisian atau pemuatan termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan
muatan, waktu membelok dan mengganti gigi dan percepatan, sedangkan yang
termasuk waktu variabel adalah waktu mengangkut muatan dan kembali kosong.
Keterangan :
Ctgm = Waktu edar alat gali-muat
Tm1 = Waktu menggali material
Tm2 = Waktu putar dengan bucket terisi
TM3 = Waktu menumpahkan muatan
Tm4 = Waktu putar dengan bucket kosong
III-18
muat dan angkut dapat digunakan untuk menilai kemampuan kerja dari suatu alat.
Semakin besar hasil produksi suatu alat dalam waktu yang singkat berarti
produktivitas alat tersebut juga akan semakin baik.
Keterangan:
Q = Produktivitas alat gali muat ( bcm/jam atau ton/jam )
Kb = Kapasitas bucket spec alat
Ff = Fill factor ( Faktor koreksi pengisian bucket )
Sf = Swell factor
Ek = Efisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat gali muat ( menit )
Keterangan :
Q = Produkitivitas alat angkut ( bcm/jam atau ton/ jam )
Kb = Kapasitas bucket spec alat
Ff = Fill factor ( Faktor koreksi pengisian bucket )
Sf = Swell factor
Ek = Efisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat gali muat ( menit )
n = Jumlah alat angkut
Pada kegiatan penambangan, keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut
perlu diperhatikan. Untuk melihat keserasian kerja antara alat gali muat alat
angkut digunakan persamaan berikut:
III-19
n x Na x Lt
MF =
Keterangan:
N : banyak pengisian
Na : jumlah alat angkut,unit
Mm : jumlah alat muat, unit
Cta : waktu edar alat angkut, menit
Lt : loading time, menit
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat gali angkut berpengaruh terhadap
faktor kerja . Hubungan yang tidak serasi antara alat gali muat dan alat gali angkut
akan menurun faktor kerja. Faktor kerja alat gali muat dan alat gali angkut akan
mencapai 100% jika MF =1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat angkut
= 100% dan faktor alat kerja gali muat < 100% (alat loading menunggu alat
angkut). Seebaliknya bila MF > 1,maka faktor kerja alat gali muat = 100% ( alat
hauling antri). Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut akan terjadi
pada saat harga MF = 1, pada saat itu kemampuan alat gali muat akan sesuai.
III-20
- Berhenti bekerja sebelum waktu istirahat.
- Terlambat bekerja setelah waktu istirahat.
- Keperluan operator.
- Berhenti bekerja lebih awal pada akhir shift.
- Persiapan peledakan.
c. Hambatan yang Tidak Dapat Dihindari
Selama proses produksi termasuk perbaikan dan perawatan alat.
d. Hambatan yang Dapat Dihindari
Adalah hambatan yang terjadi karena adanya penyimpangan-
penyimpanganterhadap waktu kerja yang dijadwalkan. Hambatan tersebut
antara lain :
- Terlambat memulai kerja.
- Berhenti bekerja sebelum waktu istirahat.
- Terlambat bekerja setelah waktu istirahat.
- Keperluan operator.
- Berhenti bekerja lebih awal pada akhir shift.
- Persiapan peledakan.
e. Hambatan yang Tidak Dapat Dihindari
Adalah hambatan yang terjadi pada waktu jam kerja yang menyebabkan
hilangnya waktu kerja dikarenakan kondisi alam atau kegiatan rutin dan
harusdilaksanakan. Hambatan tersebut antara lain :
- Hujan.
- Pengeringan jalan setelah hujan.
- Pindah posisi penempatan alat.
- Perbaikan front penambangan.
- Pemeriksaan dan pemanasan alat.
- Pengisian bahan bakar.
- Kerusakan dan perbaikan alat di tempat.
III-21
E = ( Waktu Kerja Efektif / Waktu Kerja Tersedia ) x 100 %
III-22