RHEUMATOID ARTHRITIS
Disusun Oleh :
1
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan
menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua
perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi
penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari,
dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan
kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih
mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Tujuan Khusus
2
1. Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri
dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).
2.2 DEFINISI
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi. (Gordon, 2002)
5
4. Metabolik
5. Faktor genetik
2.4 TANDA DAN GEJALA
1. Tanda dan gejala setempat
a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness)
dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan
dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam , berat badan turun, anemia, anoreksia
2.5 KLASIFIKASI
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hipertemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat
maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada
tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi
diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis
fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang .
2.6 PATOFISIOLOGI
Pada Reumatoidarthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
6
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer&
Bare, 2002).
2.7 PATHWAY
7
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit dapat mempersingkat hidup beberapa tahunpada
beberapa individu, meskipun rheumatoid arthritis itu sendiri tidakfatal. Secara
umum rheumatoid arthritis bersifat progresif dan tidakdapat disembuhkan, tetapi
pada beberapa pasien penyakit ini secarabertahap menjadi kurang agresif dan
8
gejala bahkan dapat membaik. Bagaimanapun, jika terjadi kerusakan tulang dan
ligamen serta terjadiperubahan bentuk, efeknya akan permanen.
Kecacatan dan nyeri sendi dalam kehidupan sehari-hari adalah halyang umum.
Sendi yang terkena bisa menjadi cacat, kinerja tugas bahkantugas biasa sekalipun
mungkin akan sangat sulit atau tidak mungkin.
Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Selain itu,
rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi bagian
lain dari tubuh selain sendi. Efek ini meliputi :
a) Anemia
b) Infeksi
Pasien dengan RA memiliki risiko lebih besar untuk infeksi.
Obatimunosupresif akan lebih meningkatkan risiko.
c) Masalah gastrointestinal
Pasien dengan RA mungkin mengalami gangguan perut dan usus.
Kanker perut dan kolorektal dalam tingkat yang rendah telahdilaporkan
pada pasien RA.
d) Osteoporosis
Kondisi ini lebih umum daripada rata-rata pada wanitapostmenopause
dengan RA, pinggul yang sangat terpengaruh. Risikoosteoporosis
tampaknya lebih tinggi daripada rata-rata pada priadengan RA yang lebih
tua dari 60 tahun.
e) Penyakit paru-paru
Sebuah studi kecil menemukan prevalensi tinggi peradangan parudan
fibrosis pada pasien yang baru didiagnosis RA, namun temuanini dapat
dikaitkan dengan merokok.
f) Penyakit jantung
RA dapat mempengaruhi pembuluh darah dan meningkatkan
risikopenyakit jantung iskemik koroner.
g) Sindrom Felty
Kondisi ini ditandai dengan splenomegali, leukopenia dan infeksibakteri
berulang. Ini mungkin merupakan respon disease-modifyingantirheumatic
drugs (DMARDs).
h) Limfoma dan kanker lainnya
RA terkait perubahan sistem kekebalan tubuh mungkin memainkan peran.
Pengobatan yang agresif untuk RA dapat membantumencegah kanker
tersebut.
9
2.9 PROGNOSIS
Diagnosis dan pengobatan yang terlambat dapat membahayakan pasien.
Sekitar 40% pasien rheumatoid arthritis ini menjadi cacat setelah 10 tahun. Akan
tetapi, hasilnya sangatlah bervariasi. Beberapa pasien menunjukkan progresi yang
nampak seperti penyakit yang akan sembuhdengan sendirinya, sedangkan pasien
lain mungkin menunjukkan progresi penyakit yang kronis (Temprano, 2011).
Prognosis yang buruk dapat dilihat dari hasil tes yang menunjukkan adanya
cedera tulang pada tes radiologi awal, adanya anemia persisten yang kronis dan
adanya antibodi anti-CCP (Temprano, 2011). Rheumatoid arthritis yang aktif
terus-menerus selama lebih dari satu tahun cenderung menyebabkan deformitas
sendi serta kecacatan. Morbiditas dan mortalitas karena masalah kardiovaskular
meningkat pada penderita rheumatoid arthritis. Secara keseluruhan, tingkat
mortalitas pasien rheumatoid arthritis adalah 2,5 kali dari populasi umum
(Temprano, 2011).
10
Ada beberapa hal cara pencegahan rheumatoid yang dapat Anda lakukan
untuk mengurangi rasa sakit akibat Rematik. Berikut ini cara pencegahan
rematik adalah:
1. Lakukan kegiatan rutin. Tidak hanya latihan yang baik bagi jantung
dan sistem kardiovaskular, itu juga baik untuk tulang, otot dan sendi.
4. Minum cukup air. Air membentuk 70 persen dari tulang rawan pada
sendi dan membantu menjaga mereka dilumasi sehingga tulang jangan
menggosok terhadap s
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1) Istirahat
11
2) Latihan fisik
3) Termoterapi
4) Pengobatan :
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5) Nutrisi
12
Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanan
kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan,
penemu kasus, penghubung dan koordinator, pelaksana konseling keperawatan,
dan model peran.
13
mengkoordinir berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat dalam mencapai tujuan
kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai
kesehatan. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga dapat menjadi
pembaharu untuk merubah perilaku di suatu wilayah, misalnya budaya yang tidak
sesuai dengan perilaku sehat.
BAB III
14
Pengkajian Tanggal : 16 Febuari 2013
I. DATA UMUM
1.Tipe komunitas RT :
RT 01 Dusun Mega Melati terdiri dari 51 kepala keluarga dengan
kebanyakan masyarakatnya berkerja sebagai petani, peternak, buruh
bangunan dan wiraswasta . Untuk masalah kesehatan sebagian besar
warga lansia mengatakan persendian tangan mereka nyeri, pusing
kepala, demam dan biasanya warga hanya diam di rumah, dan penyakit
akan sembuh dengan sendirinya. Ada juga sebagian penduduk
mengalami artritis rheumatoid, hipertensi, dan asam urat. Sebagian
besar penduduk berobat ke perawat setempat, ataupun ke pukesmas.
Walaupun di Mega Timur ada polindes warga lebih cenderung pergi ke
pukesmas 24 jam dikerenakan waktu sebagian besar warga berkerja
pada pagi hari sehingga untuk mengunjungi polindes menjadi tidak
sempat ada juga yang sempat ke polindes hanya saja di polindes tenaga
kesehatannya juga terbatas.
2. Suku
Di daerah Dusun Mega Melati RT 01 ada 3 suku mayoritas
masyarakat yaitu Melayu, Bugis, dan Madura. Penduduk aslinya adalah
suku Melayu dan warga pendatang yang hadir merupakan hasil dari
perkawinan antara warga melayu dan adapun warga yang datang karena
transmigrasi pemerataan wilayah dari pemerintah pada daerah tersebut.
Untuk lingkungan sosialisasi masyarakat saling menghormati suku satu
dengan suku yang lainnya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Melayu Pontianak, Madura, Bugis dan Indonesia. Bila ada masyarakat
yang sakit, biasanya tetanga datang untuk menjenguk atau membantu
untuk membawa ke pukesmas ataupun menghubungi perawat setempat.
Pukesmas yang sering dijadikan rujukan adalah puskesmas 24 jam yang
berada di siantan.
3. Agama
15
Sebagian penduduk memeluk agama Islam. Karena penduduk asli
kebanyakan memeluk agama islam sehingga pada hari-hari penting
islam lebih sering ada acara seperti pengajian, maulid nabi, dan lain-
lainnya.
16
2. Riwayat penduduk sebelumnya
Penduduk sebelumnya kebanyakan mayoritas melayu Pontianak,
persilangan perkawinan dan transmigrasi yang banyak merubah
perkembangan penduduk di Dusun Mega Melati, dengan keyakinan
agama yang sama permasalahan masyarakat dilaksanakan dengan
musyawarah mufakat.
17
hari jumat sore di masjid sekitar rumahnya, dan anak-anak belajar
membaca alquran dengan guru mengaji setiap hari setelah mandi sore
hari.
pelayanan kesehatan.
18
pulang dari berkerja. waktu Kriteria operasional kesehatan
No DO: jarak antara polindes
Diagnosa Keperawatan polindes akibat jarak Jumlah
terdekatA 5 BKM Cdengan
D E F G H I tempuh
J K yangL
situasi jalan yang berbatu cukup jauh
1 Risiko terjadinya 5 4 4 5 5 3 4 5 3 4 4 5 41 Ket
dan berlubang ditambah lagi
peningkatan penyakit
fasilitas transportasi yang A.
akibat kurangnya
minim.
pengetahuan tentang
Waktu operasional polindes
penyakit (Rheumatoid B.
dari jam 07.00 13.00 C.
Arthritis) b/d minimnya
D.
informasi yang didapat
. E.
F.
G.
H.
I.
2. Kesulitan mengunjungi 4 4 3 3 5 3 4 5 2 3 2 5 40 J.
pelayanan kesehatan K.
L.
akibat jarak tempuh
Ket
yang cukup jauh
berhubungan dengan 1.
2.
sulit untuk 3.
4.
menyesuaikan jadwal San
perkerja warga dengan
waktu operasional
polindes
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
19
Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Sasaran Me
keperawatan
Risiko terjadinya Tujuan Umum : 1. Penyuluhan tentang Warga Komu
peningkatan Nyeri penyakit Rheumatoid RT 01 i
penyakit akibat berkurang, arthritis Mega Inform
kurangnya Inflamasi Melati (lobi)
pengetahuan berkurang
tentang penyakit Tujuan Khusus : 2. Demonstrasikan cara Penderita CTJ
(Rheumatoid Warga/ Lansia penangan penyakit Nyeri
20
Kriteria Hasil pemerintah setempat
Warga dengan guna membantu
mudah menyediakan fasilitas Disku
memeriksakan kesehatan yang Balai
kesehatannya memiliki standar desa
operasional 24 jam
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang
terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang
persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada
membran sinovial dan struktur struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
4.2 SARAN
a. Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan
pelayanan kesehatan kepada balita dan keluarga dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative.
b. Bagi Keluarga
Diharapkan setiap keluarga mengerti dan memahami pentinnya
kesehatan sehingga mampu menjaganya sehingga menua dengan bahagia.
22
DAFTAR PUSTAKA
Elisabeth T. Anderson dan RN. Judith Mc. Farlane. 2012. Community as a Partner,
6th Ed +Introduction to Community Based Nursing, 5 th Ed: Theory and Practic in
Nursing. Lippincot Williams and Wilkins, 2012
Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Mubarak, W, I, Santoso, B, A, Rosikin, K & Patonah, S. (2006). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Komunitas 2 Teori & Aplikasi Dalam Praktik Dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga. Jogjakarta : Sagung
Seto.
23