Anda di halaman 1dari 6

Evaluasi Fungsi Vestibuler Pada Otitis Media Supuratif Kronis

Badr Eldin Mostafaa Amr Gouda Shafika AlyM.N.ElMakhzangya


HeshamTaha b Heba Mahmoud Abdel Mageeda

Departemen Otolaringologi a dan Audiologib, Ain Shams University,Cairo, Egypt

Abstrak
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menilai fungsi vestibular pada pasien Otitis Media
Supuratif Kronis (OMSK) dengan atau tanpa Tuli Sensorineural.
Desain Penelitian: Penelitian ini dilakukan menggunakan studi kasus prospektif yang
dilakukan di rumah sakit universitas rujukan tersier. Enam puluh pasien OMSK dimasukkan
kedalam penelitian, dan pasien dengan riwayat trauma kepala, diabetes, hipertensi, riwayat
operasi telinga, riwayat konsumsi obat ototoksik, defisit neurologis dan suspek fistula
dikeluarkan.
Pasien dan Metoda: Pasien menjalani evaluasi audiologi dasar, dan evaluasi vestibuler klinis
dan instrumental. Kemudian, banyaknya kejadian dan tingkatan disfungsi vestibuler pada
pasien OMSK dianalisis.
Hasil: Pada penelitian ini, terdapat 42 laki-laki dan 16 perempuan dengan rata-rata usia 29,5
tahun. Empat puluh telinga mengalami kelainan pada tuba dan membran timpani dan 19
telinga terdapat kolesteatoma. Terdapat 14 telinga yang mengalami tuli sensorineural.
Riwayat vertigo dilaporkan positif sebanyak 53,5% kasus. Kelainan rotatory chair didapatkan
pada 70% kasus, hipofungsi kalori ditemukan sebanyak 61,6% dan Vestibular Evoked
Myogenic Potential (VEMP) ditemukan tidak normal sebanyak 25%. Satunya korelasi positif
dengan disfungsi vestibuler adalah lama penyakit berlangsung.
Kesimpulan: Sistem vestibuler secara signifikan terpengaruh pada kasus dengan OMSK.
Kanalis semisirkularis dan sakulus, keduanya dapat terpengaruh. Seluruh pasien dengan
OMSK yang sudah berlangsung lama seharusnya dilakukan evaluasi disfungsi vestibuler,
tanpa memperhatikan tingkat pendengarannya.
Kata Kunci: Otitis media supuratif kronis, Vertigo, Pemeriksaan vestibuler, Fungsi
vestibuler, Video nistagmografi, Rotatory chair
Introduksi
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) dapat diasosiasikan dengan kerusakan
fungsional telinga tengah yang dapat mengakibatkan tuli sensorineural dan pusing.Faktor
patologis yang sama menyebar melalui membran timpani yang perforasi, mengakibatkan
berubahnya ekspresi protein, dan menyebabkan kerusakan koklea dan vestibular. Efek klinis
dari kerusakan tersebut tidak dilaporkan secara luas dan sangat bervariasi.Karena vertigo dan
instabilitas dapat mengganggu kualitas hidup pasien, pemeriksaan fungsi vestibuler harus
menjadi evaluasi fungsional pasien OMSK. Namun, kelainan pada uji vestibuler berkorelasi
buruk dengan riwayat pusing dan vertigo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai
fungsi vestibular pada pasien OMSK dengan atau tanpa Tuli Sensorineural.

Pasien dan Metoda


Penelitian ini mencakup 60 pasien OMSK pada Unit Vestibuler Rumah Sakit El
Demerdash, Universitas Ain Shams, Kairo, Mesir, antara April 2009 dan Agustus
2011.Desain penelitian dan intervensi telah disetujui oleh Dewan Peninjau Institusi.Peneliti
mengeksklusi pasien dengan riwayat trauma kepala, diabetes, hipertensi, riwayat operasi
telinga, riwayat konsumsi obat ototoksik, deficit neurologis dan suspek fistula.Semua pasien
menjalani pemeriksaan berikut:
Pemeriksaan Audiologi: Pada audiometri nada murni dan audiometri tutur, tuli sensorineural
dipertimbangkan bila rata-rata ambang dengar konduksi tulang (500 4,000 Hz) lebih dari 25
dB pada dua frekuensi dan/atau penurunan nilai standar deviasi.
Office vestibular tests: Dilakukan pemeriksaan nistagmus spontan, Head Impulse Test (HIT),
Head Shake Test (HST), tes posisional dan posisi, dan juga pemeriksaan sikap dan cara
berjalan.
Instrumental vestibular tests: (1) Video nistagmografi infra merah (Charter v1.30, stimulasi
kalori air NCI 480): gerakan halus mata mengikuti objek, gerakan sakadik mata, nistagmus
gaze, nistagmus optokinetik, dan tes positional dan posisi juga dilakukan. Tes kalori bitermal
(30 440 C, masing masing 60 detik) dilakukan setelah aplikasi mikroskopik polyethylene
patch. Perbedaan> 20% menetukan kelemahan unilateral. (2) Rotatory chair (controller model
300; Micromedical Technologies): mengamati adanya nistagmus, fase dan simetris pada
enam frekuensi yang berbeda (0,01 0,64 Hz), kemudian dicatat hasilnya.Pemeriksaan
dianggap abnormal apabila terdapat paling sedikit dua frekuensi jatuh diluar jangkauan data
normal. (3) Computed Dynamic Posturography: kumpulan pemeriksaan sensorik yang
dilakukan dienam kondisi standar (Neurocom Smart Equitest). (4) Vestibular evoked
myogenic potential(MEB 530 4K, Neuropack; Nihon Kohden).

Analisis Statistik
Peneliti menggunakan Sofastat software versi 1.1.0.Data numerical dianalisis menurut
normalitas (Uji Fisher, Uji X2, Uji Mann Whitney, Uji peringkat Spearman).

Hasil
Dari semua pasien, terdapat 42 pasien laki laki (67,4%) dan 16 pasien perempuan
(32,6%). Usia pasien berkisar dari 12 sampai 75 tahun (rata rata usia 29,56 tahun).Empat
puluh satu telinga mengalami kelainan pada tuba dan membran timpani (68,3%), dan 19
telinga mengalami atticoantral disease (31,7%).Gejala vestibuler dilaporkan terdapat pada 32
pasien (53,5%) dengan tidak ada perbedaan statistic antara telinga dengan kolesteatoma dan
tanpa kolesteatoma (Uji fisher, p = 1.0, n.s.). Secara statistic, terdapat korelasi yang signifikan
antara lamanya penyakit berlangsung dengan adanya gejala vestibuler.Seluruh office test
termasuk HST dan HIT dalam batas normal.
Terdapat 46 telinga tanpa tuli sensorineural (76,7%) dan 14 telinga dengan tuli
sensorineural (23,3%). Secara statistic tidak ada perbedaan signifikan antara telinga dengan
dan tanpa kolesteatoma. (Uji fisher, p = 0.163, n.s.). Uji vestibuler ocular refleks normal pada
seluruh pasien.

Tabel 1: Lama Penyakit Berlangsung dengan Riwayat Vertigo Positif


Kelompok Nilai tengah Rata-rata Nilai terendah Nilai tertinggi
Negatif (n=20) 2.0 18.6 0.0833333333333 40.0
Positif (n=23) 6.0 24.957 0.0833333333333 33.0
Menggunakan The Mann Whitney U Test dengan nilai p (2 tailed) 0,097 dianggap
sebagai tren statistik

Tabel 2: Distribusi Hasil Pemeriksaan Kursi Putar dan Frekuensi Putaran Kursi
Frekuensi
0.01 0.02 0.04 0.08 0.16 0.32 0.64
Normal 20 20 22 25 30 36 40
Positif 40 40 38 35 30 24 20
Menggunakan Uji Pearson korelasi linear. Nilai p (2 tailed) dari 0.002 dianggap
signifikan.

Hipofungsi kalori yang dilaporkan pada 37 pasien (61,6%), tetapi secara statistik
tidak berhubungan dengan vertigo atau SNHL. Pengujian kursi berputar mengungkapkan
kegagalan pada 42 pasien (70%). Hasil rotatory chair secara statistik berkaitan dengan vertigo
tetapi tidak untuk SNHL. Selain itu, ada korelasi terbalik antara frekuensi kursi dan kegagalan
(tabel 2).
Ada 15 telinga (25%) dengan p13 tertunda dan 12 (20%) dengan N23 tertunda pada
servikal VEMP. Hubungan antara VEMP dan vertigo atau SNHL secara statistik tidak
signifikan.Semua pasien memiliki pola respon normal pada dihitung posturography dinamis.
Dari 42 kasus dengan kelainan kursi, 36 (60%) memiliki kelemahan tes kalori dan 27 (64,2%)
telah dikaitkan kelainan VEMP. Lima belas pasien memiliki kelainan pada ketiganya
(35,7%). Dari 37 pasien dengan kelemahan tes kalori, 27 (72,9%) memiliki kelainan kursi
berputar. Dari pasien dengan SNHL (14), 13 (92,8%) memiliki kelainan kursi, 8 (57,1%)
memiliki kelainan tes kalori, 7 (50%) ketiga kelainan dan 3 (21,4%) memiliki kelainan
VEMP.

Diskusi
Faktor patologis yang sama mempengaruhi saraf pendengaran di OMSK dapat juga
mempengaruhi sistem vestibular karena memiliki kedekatan anatomi [1-3]. Perubahan dalam
saluran endolimfatik dan kantung struktur yang ditemukan sesuai dengan perubahan waktu
yang sama pada mukosa telinga tengah karena paparan toksin bakteri [11]. Studi ini dilakukan
pada 60 pasien dengan OMSK untuk menentukan kejadian gejala vestibular dan kelainan tes
vestibular.
Riwayat positif pusing dilaporkan di 32 pasien (53,5%). Hanya durasi penyakit
dikaitkan dengan keluhan vertigo dan dekat dengan signifikansi statistik.Sebaliknya, tes yang
abnormal pada jumlah yang jauh lebih tinggi. Hal ini mungkin karena bertahap kompensasi
vestibular [9]. kelainan kursi berputar dilaporkan di 70,1% dari pasien, kelemahan tes kalori
ditemukan pada 61,6% dan VEMPs yang abnormal pada 23,3% [9,10, 12, 13]. Selain itu,
hubungan antara vertigo dan SNHL (57,1%) hanya dekat dengan signifikansi statistik [1, 3]
Hasil tes menunjukkan keterlibatan kanalis semisirkularis di antara frekuensi rendah di
dokumentasikan oleh hasil filter high-pass di kursi berputar dan tes kalori abnormal. Sebuah
frekuensi yang lebih tinggi tampaknya terhindar terbukti dengan HIT normal dan hasil HST .
Sakus juga mungkin terlibat seperti yang terdapat oleh kelainan VEMP . Hasil ini
konsisten dengan beberapa bentuk hydrops mempengaruhi terutama sistem vestibular [ 11 ] .

Kesimpulan
Pasien dengan otorrhea yang lama lebih rentan terkena gangguan pada kanalis
semisirkularis dan disfungsi sakus pada kerusakan koklea. Fungsi vestibular harus dinilai
pada pasien yang mengalami kerusakan Vestibular selama operasi, menyebabkan
dekompensasi dan penurunan kualitas hidup mereka sebagai akibat dari vertigo dan
ketidakstabilan.

Daftar Pustaka
1. Pajor A, Gryczynski M, Lukomski M, Jozefowicz-Korczynska M: Vestibular system in
patients with sensorineural hearing loss. Otolaryngol Pol 2002; 56: 707712.
2 .Papp Z, Rezes S, Jokay I, Sziklai I: Sensorineural hearing loss in chronic otitis media. Otol
Neurotol 2003; 24:141144.
3. Redaelli de Zinis LO, Campovecchi C, Parrinello G, Antonelli AR: Predisposing factors for
inner ear hearing loss association with chronic otitis media. Int J Audiol 2005; 44: 593598.
4 .Takumida M, Anniko M: Localization of endotoxin in the inner ear following inoculation
into the middle ear.Acta Otolaryngol 2004; 124: 772777.
5 .Juhn S, Tsuprun V, Lee Y-W, Hunter B, Schachern P: Interaction between middle and
inner ear in otitis media.Audiolog Med 2004; 3: 158161.
6. Palchun VT, Kunelskaia NL, Petlinov AP: The vestibular function in patients with
various forms of chronic purulent otitis media. Vestn Otorinolaringol 2004; 6: 1317.
7 .Palchun VT, Kunelskaia NL, Mironov AA, Ganichkina Iia, Petlinov AP: Myringoplasty
and its effects on a vestibular function in patients with otitis media purulenta chronica. Vestn
Otorinolaringol 2005; 2: 1921.
8 .Siampara L, Mann SBS, Panda NK, Mehra YN: Audiovestibular profile in unilateral
chronic suppurative otitis media. Ind J Otolaryngol Head Neck Surg 1997; 49: 107111.
9 .Gianoli GJ, Soileau JS: Preoperative vestibular testing in chronic suppurative otitis media.
Otolaryngol Head Neck Surg 2005; 2: 7576.
10. Gianoli GJ, Soileau JS: Chronic suppurative otitis media, caloric testing, and rotational
chair testing. Otol Neurotol 2007; 29: 1315.
11. Nordang L, Anniko M: Hearing loss in relation to the round window membrane
morphology in experimental chronic otitis media. ORL J Otorhinolaryngol Relat Spec 2001;
63: 333340.
12. Lee I-S, Park HJ, Shin JE, Jeong YS, Kwak HB, Lee YJ: Results of air caloric and other
vestibular tests in patients with chronic otitis media. Clinical Exper Otolaryngol 2009; 3: 145
150.
13. Wang MC, Liu C-Y, Yu EC, Wu H-J, Lee G-S: Vestibular evoked myogenic potentials in
chronic otitis media before and after surgery. Acta Otolaryngol 2009; 129: 12061211.

Anda mungkin juga menyukai