Anda di halaman 1dari 10

Adaptasi bayi baru lahir

ADAPTASI BAYI BARU LAHIR


By : Ns. Cory Limbong, SKep

Pendahuluan

Adaptasi fisik dan perilaku bayi baru lahir harus diselesaikan sebelum periode neonatal mencapai 28
hari kehidupan. Penyesuaian kehidupan di luar uterus selama 24 jam pertama merupakan masa yang
kritis bagi neonatus untuk selamat. Bayi baru lahir dianggap kecil sekali dan lemah, sepenuhnya
bergantung pada orang lain. Dalam 1 menit pertama setelah dilahirkan secara normal bayi baru lahir
beradaptasi dari keberadaan fetal yang tergantung ke keadaan mandiri, kemampuan mendapatkan
oksigenasi dan melanjutkan proses kehidupan. Memahami dan menyadari transisi ini penting untuk
mengkaji bayi baru lahir.

Pada sesi ini akan dibahas adaptasi fisik dan perilaku neonatus yang utama setelah lahir. Sifat-sifat
bayi baru lahir yang normal dan penampilan fisik dan perilaku yang lazim terjadi juga dijelaskan. Hal-
hal penting yang harus dikaji perawat juga dirumuskan disini untuk membantu perawat klinik pemula.

Adaptasi neonatus ke kehidupan luar uterus

Perawat berada pada posisi unik yang menambah stress pada neonatus pada fase transisi dari
lingkungan yang hangat, gelap, penuh air ke dunia luar yang penuh dengan cahaya lampu, suara, dan
rangsangan taktil. Perawat melakukan pengkajian awal untuk menilai neonatus, adaptasi segera
setelah lahir, dan kebutuhan untuk dukungan lanjutan. Selanjutnya, perawat neonatal atau pediatrik
akan melakukan pengkajian secara komprehensif untuk menentukan keadaan bayi dan
mengidentifikasi stressor internal dan eksternal yang bisa menghambat keberhasilan beradaptasi.

Adaptasi fisiologis

Adaptasi sistem pernapasan


Adaptasi utama ke kehidupan luar uterus yang diperlukan neonatus adalah kemampuan untuk
bernapas. Kemampuan ini tergantung pada berbagai faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan fetal. Dalam mempersiapkan tuntutan pada sistem pernapasan yang begitu hebat pada
saat kelahiran, fetus secara normal mulai bernapas saat bergerak dalam uterus.

Paru-paru fetal harus dikembangkan secara cukup untuk menghasilkan surfactan, suatu
kompleks fosfolipid yang menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli dan
mencegah kolapsnya alveoli saat ekspirasi. Surfaktan dihasilkan oleh sel-sel paru tipe II,
yang mulai memproduksi fosfolipid dalam jumlah sedikit pada minggu ke 24-26 kehamilan.
Sekresi surfaktan paru menjadi lebih banyak setelah kehamilan minggu ke 35-36, sehingga
pengembangan paru-paru berhasil dan mencegah kolaps atau atelektasis selama fase
ekspirasi saat bernapas.

Vaskuler bed paru harus dikembangkan dan berada dekat dengan jaringan paru supaya
bisa terjadi pertukaran gas. Akhirnya bayi baru lahir harus memiliki sistem saraf pusat yang
utuh untuk memulai dan mengkoordinir usaha pernapasan.

Awal pernapasan

Pernapasan pertama dirangsang oleh faktor-faktor mekanika, kimia, sensori, dan rangsangan thermal.

Rangsangan kimia. Fetus mengalami asfiksia sementara. Ini akibat terganggunya aliran
darah plasenta selama kontraksi uterus, penekanan, dan pemotongan tali pusat saat lahir.
Chemoreceptor di arteri carotis dan aorta dirangsang oleh tekanan arterial oksigen (PaO2)
yang menurun, dan peningkatan tekanan arterial CO2 (PaCO2), dan penurunan pH arterial di
bawah 7.35. Impuls yang dicetuskan oleh chemoreseptor ini merangsang pusat pernapasan
di medula.

Rangsangan sensory. Neonatus diserang dengan berbagai macam rangsangan selama


persalinan dan kelahiran. Bahkan ketika rangsangan taktil, visual, auditory, dan olfaktori
dikurangi, seperti lingkungan yang tenang, gabungan efek-efek tetap menghasilkan
permulaan pernapasan.

Rangsangan thermal. Tampaknya dingin merupakan rangsang yang kuat untuk mulai
bernapas pada neonatus. Ketika bayi baru lahir hangat, basah pada tubuh dilepaskan
dengan cara evaporasi yang dapat menyebabkan temperatur kulit dengan cepat menurun.
Reseptor thermal, khususnya pada muka dan paru, melepaskan impuls ke medula,
mencetuskan pernapasan yang pertama. Terpapar terhadap dingin dapat menyebabkan
menurunnya temperatur pusat dan berakibat pada depresi pernapasan dan asidosis.

Rangsangan mekanikal. Selama melewati jalan lahir, kurang lebih 30% dari cairan paru-
paru fetal dalam jalan napas dan alveoli terperas keluar. Jumlah cairan tersebut kurang lebih
30 ml dari cairan trachea dipaksa keluar lewat orofarink sebelum lahir. Selama kelahiran
pervagina, begitu dada dilahirkan, terjadi recoil (penciutan) dinding paru, sehingga udara
dikeluarkan. Bayi yang dilahirkan dengan cecarea tidak mengalami penekanan pada
thorax dan bisa menderita karena distres pernapasan sementara yang disebabkan
oleh cairan paru fetal.
Faktor-faktor yang menghambat bernapas pertama kali:

Beberapa faktor yang menghambat usaha-usaha neonatus mengambil napas pertama kali,
meliputi tegangan permukaan alveolar, viskositas cairan paru, dan komplians paru.
Diafragma harus turun dengan kuat untuk menimbulkan tekanan negatif yang cukup kuat
dalam thorak agar bisa mengatasi daya ini (tekanan 40-80 cm H2O). Udara kemudian
masuk ke dalam, mengembangkan paru-paru, menurunkan tegangan permukaan, dan
mendorong cairan yang masih tertinggal keluar melalui kapiler paru dan sistem limfatik.
Fungsi kapasitas residual paru dibuat sehingga kantung alveolar tetap menggelembung
sebahagian saat ekspirasi. Kemudian, pernapasan selanjutnya perlu sedikit saja usaha dan
menurunkan tekanan (6-8 cm H2O).

Vaskuler bed paru, yang menguncup selama kehidupan fetal, harus dilatasi sekarang agar
dapat terjadi perfusi jaringan paru yang cukup dan pertukaran gas yang efektif. Saat
pertama kali bernapas, terjadi dilatasi arteri pulmonal akibat meningkatnya tekanan oksigen
alveolar (PaO2), menurunnya pH arterial, dan meningkatnya kadar bradikinin darah yang
merupakan suatu vasoaktif peptide protein. Tahanan vaskuler paru menurun, membiarkan
aliran darah lebih besar melalui pembuluh darah paru. Ini meningkatkan perfusi paru yang
mempermudah pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hypoxemia yang menetap dan
asidosis menciutkan arteri paru; ini menurunkan perfusi pulmonal dan dapat membahayakan
adaptasi kritis pulmonal bayi baru lahir, yang mengakibatkan terjadinya distress pernapasan.

Adaptasi kardiovaskuler

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi
yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar .Perubahan dramatis
yang terjadi pada system kardiovaskuler neonatus dikarenakan pengkleman tali pusat dan
permulaan bernapas

Penutupan foramen ovale.

Begitu arteri pulmonal dilatasi sebagai respon terhadap oksigenasi jaringan paru, tahanan vaskuler
paru menurun dan tekanan pada sisi kanan jantung menurun. Akibatnya terjadi penutupan foramen
ovale dalam beberapa jam setelah lahir. Penutupan yang permanen dari bypass ini tidak komplit untuk
beberapa bulan, sehingga bisa terjadi shunt darah kanan ke kiri selama saat ini, dan ini dianggap
sebagai murmur nonpatologi bila terdengar pada beberapa neonatus.

Penutupan duktus arteriosus (Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang
menghubungkan aorta (pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh)
dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan bagian
dari peredaran darah yang normal pada janin).
Duktus arteriosus sensitif terhadap perubahan pada tekanan oksigen arterial. Begitu kadar
oksigen naik pada saat pertama kali bernapas, duktus arteriosus menciut. Penutupan secara
fungsional terjadi dalam 15 jam setelah lahir, dan penutupan permanent dicapai dalam
jangka 3 minggu. Hypoxemia mengakibatkan duktusnya tetap paten dan terjadi shunt darah
melalui sirkulasi bypass fetal ini.

Adaptasi endokrin dan metabolik

Sistem endokrin adalah sistem utama yang mengkoordinir penyesuaian bayi baru lahir ke kehidupan
luar uterus. Sintesis dan pelepasan hormon oleh kelenjar endokrin mendukung fungsi metabolik utama
dan merupakan pengantara respon terhadap stressor internal dan eksternal. Kegiatan endokrin
dikaitkan dengan sistem saraf dalam suatu susunan putaran feedback yang komplek.

Thermoregulasi

Thermoregulasi, kemampuan neonatus menghasilkan panas dan mempertahankan suhu tubuh normal,
merupakan fungsi vital metabolik yang diperantarai oleh sistem neuroendokrin. Neonatus sangat
rentan terhadap hilangnya panas karena gabungan sifat anatomi yang unik dan faktor lingkungan
sekeliling kelahiran.

Faktor-faktor penyumbang pelepasan panas.


1. Permukaan tubuh yang luas dalam hubungannya dengan berat badan.
2. Kurang jaringan lemak untuk insulasi (penahan panas)
3. Kulit tipis
4. Pembuluh darah yang terpapar dengan permukaan kulit.
Tabel di bawah ini menggambarkan 4 mekanisme utama pelepasan panas dan pemindahan
panas pada bayi baru lahir.

Mekanisme Utama Faktor lingkungan


Evaporasi : pelepasan panas Selimut atau popok yang basah yang
bila air pada kulit bayi dikonversi kontak dengan kulit; air atau urin pada
ke uap air kulit

Konveksi : Pemindahan panas Aliran udara dari jendela yang terbuka;


bila aliran udara dingin lewat di aliran udara dari saluran AC; aliran
atas kulit bayi udara dari lubang yang tidak kelihatan

Konduksi : pemindahan panas Kasur yang dingin, pagar tempat tidur


bila bayi kontak lngsung dengan bayi yang dingin; selimut, baju auatu
permutan atau obyek yang lebih popok yang dingin; tangan perawat yang
dingin dingin; timbangan BB yang dingin;
stetoskop yang dingin

Radiasi : pemindahan panas dari Pagar tempat tidur yang dingin; dinding
bayi ke permukaan atau obyek gedung dan jendela yang dingin;
yang lebih dingin tanpa kontak peralatan yang dingin dalam lingkungan
langsung dengan bayi bayi.

Reaksi neonatal terhadap hipotermi. Bayi bereaksi terhadap stres dingin dalam beberapa
cara :
1. Vasokonstriksi pembuluh darah.
2. Produksi panas terjadi melalui peningkatan kecepatan metabolik dan aktifitas otot.
3. Non-shivering thermogenesis merupakan cara utama penghasil panas pada neonatus.
Ketika temperature kulit mulai turun, reseptor thermal mengirimkan impuls ke sistem saraf
pusat. Sistem saraf simpatik dirangsang dan norepinephrin dilepaskan oleh kelenjar adrenal
dan bertempat di ujung saraf pada jenis jaringan lemak khusus yang disebut lemak coklat.
Lemak ini sangat tebal, merupakan jaringan adiposa yang banyak pembuluh darah yang
dimetabolisme untuk menghasilkan panas. Lemak ini hanya ditemukan pada bayi terletak di
intraskapula, leher, dada, dan aksila, dan di sekitar ginjal dan kelenjar adrenal.

Walaupun thermogenesis nonshivering dan peningkatan kecepatan metabolisme


merupakan cara yang efektif dalam menghasilkan panas pada neonatus, keduanya
mengakibatkan tuntutan oksigen dan glukose meningkat. Neonatus full term yang sehat
tidak sulit memenuhi tuntutan awal ini dengan meningkatkan kecepatan bernapas dan
melepaskan simpanan glukose di hati. Pada stres dingin yang lama atau pada neonatus
yang kurang sehat atau preterm, sumber lemak coklat dan simpanan glukose berkurang,
yang dapat mengakibatkan penurunan produksi surfaktan dan meningkatkan tahanan
vaskuler paru. Bayi-bayi ini harus bergantung pada sumber panas eksternal untuk
mempertahankan temperatur tubuh.

Hipotermi

Produksi norepineprin vasokonstriksi perifer

Vasokonstriksi paru Peningkatan asidosis

Peningkatan tekanan arteri pulmonary


metabolisme anaerob

Peningkatan shunt kanan ke kiri


hypoksia

Bagan : efek hipotermi pada neonatus

Respon neonatal terhadap hyperthermia. Bayi baru lahir akan bereaksi terhadap
peningkatan suhu tubuh dengan melebarkan pembuluh darah untuk melepaskan panas.
Kelenjar keringat kurang aktif dibanding orang dewasa, tetapi pada bayi cukup bulan mampu
berkeringat dan mungkin melepaskan panas lewat evaporasi. Kecepatan metabolik,
konsumsi oksigen, dan insensible water loss (IWL) meningkat secara bermakna saat
hypertermi pada bayi baru lahir.
Adaptasi hepatik.

Perkembangan normal jaringan hepar dan duktus empedu penting supaya hepar berfungsi
saat lahir. Walaupun hati neonatus tidak matang, namun tetap mampu menjalankan fungsi
vital yang meliputi metabolisme karbohidrat, menghasilkan faktor-faktor pembekuan,
konyugasi bilirubin, dan menyimpan besi.

Metabolisme karbohidrat.

Bayi baru lahir menyimpan glukosa dalam hati sebagai glikogen. Glukosa adalah sumber
energi utama jam-jam pertama (3-4 jam) setelah lahir sebelum mulai menyusui. Selama
level glukosa turun, terjadi glikogenolisis dan glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah
untuk mempertahankan level glukosa darah kira-kira 60 mg/dl. Simpanan glikogen dengan
cepat bisa turun bila adanya stresor seperti asfiksia atau hipotermi, akibatnya terjadi
hypoglikemia. Hypoglikemia diartikan sebagai kadar glukose darah kurang dari 30 mg/dl
selama 72 jam pertama kehidupan.

Koagulasi darah

Faktor pembekuan merupakan elemen penting dalam proses homeostasis. Faktor pembekuan ibu tidak
menembus plasenta. Ketidakmatangan hati saat lahir menyebabkan hati kurang mensintesis faktor
pembekuan untuk sementara dan waktu pembekuan darah pada neonatus memanjang. Keempat faktor
(II,VII,IX, dan X) digiatkan di bawah pengaruh vitamin K yang dihasilkan oleh bakteri dalam usus.
Tetapi, karena saluran pencernaan steril sampai lahir dan flora normal usus tidak dibuat sampai
neonatus mulai minum susu, kadar vitamin K tetap rendah sampai kurang lebih hari ke 8 setelah lahir.
Oleh karena itu, bayi baru lahir berada pada resiko khusus terjadi gangguan perdarahan antara hari ke
2 dan ke 5 kehidupannya yang dikenal dengan penyakit hemolitik. Untuk alasan inilah maka pada
bayi baru lahir diberikan vitamin K prophylaksis untuk melindunginya terhadap terjadinya
perdarahan.

Konyugasi billirubin.

Indirect bilirubin (larut dalam lemak) merupakan hasil pemecahan dari sel darah merah. Dia
diubah oleh enzym hati, glucuronyl tranferase, ke dalam bentuk yang larut dalam air (direct
billirubin) yang dapat diekskresi ke dalam urine dan feces. Pada bayi baru lahir, karena hati
tidak matang, kemampuan konyugasi billirubin indirect terbatas. Ditambah lagi dengan sel
darah merah yang tinggi pada neonatus dan peningkatan hemolisis akibat dari usia harapan
hidup sel darah merah fetal yang lebih pendek, menyebabkan bayi baru lahir sering tampak
kuning fisiologi antara 48 dan 72 jam setelah lahir. Kadar serum bilirubin berkisar antara 4-
12mg/dl pada usia 3 hari; rata-rata peningkatan kadar serum 6 mg/dl diikuti dengan
penurunan yang cepat ke 3 mg/dl pada hari ke 5 kehidupan.

Konsekuensi yang lebih serius pada kadar bilirubin inderect yang tinggi dapat terjadi
akumulasi di jaringan otak, suatu keadaan yang disebut kernicterus, yang dapat
menyebabkan kerusakan permanen otak dan retardasi. Untuk alasan inilah, kadar bilirubin
neonatus dimonitor secara ketat. Jika perlu, diambil langkah untuk mempermudah konversi
dari bilirubin indirect ke bilirubin direct, yang kemudian dikeluarkan oleh ginjal.
Simpanan besi

Neonatus dilahirkan dengan penumpukan simpanan besi selama kehidupan fetal. Jika
intake besi ibu tidak cukuip, bayi akan kekurangan besi untuk menghasilkan sel darah
merah sampai kurang lebih usia 3-5 bulan. Begitu sel darah merah lysis setelah lahir, besi
disiklus kembali dan disimpan dalam hati sampai diperlukan untuk produksi sel darah merah
yang baru. Jika intake besi ibu kurang selama hamil, tambahan besi harus diberikan pada
bayi seperti obat atau formula iron-fortified selama tahun pertama kehidupan.

Adaptasi gastrointestinal.

Walaupun secara struktur dan fungsional belum matang, saluran pencernaan mampu
mencerna dan menyerap susu ibu dan mengubah susu sapi serta membuang hasil sampah.
Mulut dibentuk untuk mempermudah menyusui. Langit-langit keras yang melengkung, otot
pengisapan yang kuat dalam mulut dan rahang, dan lapisan lemak pada pipi membantu bayi
baru lahir menjepit putting susu dan memeras areola mamae selama menyusui. Taste bud
bertempat terutama pada ujung lidah dapat membedakan antara manis dan asam. Kelenjar
ludah tidak matang dan produksi air ludah kurang.
Kemampuan lambung terbatas pada hari pertama kehidupan kurang lebih 40-60 ml. Karena
perut mudah kembung, kapasitas ditingkatkan saat makanan diperkenalkan dan mencapai
90 ml pada banyak bayi usia 3-4 hari. Pepsinogen ada dan mulai mencerna susu saat
masuk lambung. Waktu pengosongan lambung kurang lebih 2-4 jam. Sphinchter cardiak
tidak matang dan terjadi sedikit regurgitasi susu setelah menyususi merupakan hal yang
umum pada bayi baru lahir.

Saluran intestinal neonatus secara proporsional lebih panjang dari orang dewasa dan
mempunyai permukaan pernyerapan yang besar. Enzym-enzym yang penting untuk
pencernaan sudah ada pada bayi baru lahir. Lemak dicerna dan diserap kurang efektif
karena jumlah lipase pankreas tidak cukup. Lemak dalam air susu lebih mudah dicerna dari
pada yang ada dalam susu sapi karena dalam air susu ibu ada lipase.

Adaptasi renal

Walaupun urine diproduksi dan diekskresi ke dalam cairan amniotik oleh fetus dari bulan
keempat kehamilan, ginjal tetap tidak matang saat lahir. Neonatus sangat-sangat terpapar
terhadap dehydrasi, acidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit jika intake cairan normal
dibatasi atau terjadi muntah atau diare.
Kebanyakan bayi baru lahir (92%) urineren dalam 24 jam setelah lahir. Kencing pertama
bisa berwarna kuning gading gelap karena berisi mukosa dan urat. Urine output bisa kurang
selama beberapa hari pertama kehidupan begitu bayi baru lahir menyesuaikan diri terhadap
makanan. Urine out put neonatus fullterm berkisar antara 15-30 ml/kg BB per 24 jam.
Kurang lebih 30-60 ml urine dihasilkan pada hari pertama kehidupan tergantung cairan yang
masuk dan muatan solute pada makanan. Frekwansi kencing meningkat dari 2-6 kali pada
hari pertama ke 20 kali kencing perhari sekali intake neonatus diperbaiki.

Berat jenis urine neonatus rendah karena kemampuan memekatkan urine oleh nephron
belum matang. Nilai BJ urine berkisar antara 1.006-1.012 (Richardson,1991). Kecepatan
filtrasi glomerulus juga rendah. Tubulusnya pendek dan sempit, yang membatasi
ekefektifitas penyerapan tubular dan mekanisme pemekatan urine.

Adaptasi neurologi

Sistem neurologi pada saat lahir belum matang walaupun fungsi fisiologinya sudah canggih
dan kemampuan perilaku neonatus membuktikan keutuhan sistem neurologi. Otak hanya
25% dari ukuran orang dewasa dan myelinisasi dari serabut-serabut saraf belum sempurna.
Bayi baru lahir menampillkan banyak reflex yang primitif. Refleks ini tidak muncul begitu
sistim saraf berkembang. Tremor yang sementara, sering terkejut, dan kegiatan motor yang
tidak terkoordinir dapat diamati.
Refleks-refleks proteksi, menyusui, dan sosial ada dan menimbulkan perilaku neonatus yang
berulang-ulang sangat memberikan kesempatan untuk hidup..

Adaptasi imunologi

Reaksi bayi terhadap infeksi saat lahir terbatas. Fagositosis tampaknya terbatas pada
neonatus dan kadar antibody khususnya IgM rendah, mungkin bertanggungjawab terhadap
keterpaparan bayi terhadap infeksi gram positif.
Fetus mampu mensintesis imunoglobulin tertentu dalam jumlah kecil pada usia kehamilan
20 minggu (IgM, IgG, dan IgE), dan kekebalan pasif didapat untuk melawan berbagai
penyakit bakterial dan virus dimana ibu sudah membuat antibody, termasuk diphteria,
poliomyelitis, tetanus, measles, dan mump. Ini dicapai dengan memasukkan IgG
menyebrangi placenta pada trimester ketiga.

IgM adalah imunoglobin yang paling banyak. Antibody ini tidak menembus plasenta, dan
kadar yang meningkat pada bayi baru lahir bisa menunjukkan tanggapan fetal terhadap
infeksi intrauterin seperti toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus (CMV), atau herpes.
Infeksi ini sering disebut sebagai infeksi TORCH. Bayi yang lahir dengan salah satu infeksi
TORCH bisa menunjukkan tanda-tanda infeksi kronik intrauterin (otak kecil, retadartion, dan
hepatomegali) dan terus mengidap virus selama beberapa bulan.

IgA tidak bisa menembus pertahanan placenta dalam jumlah yang cukup besar. Antibody
jenis ini tidak secara normal dihasilkan dalam uterus, tetapi peningkatan kadar IgA
ditemukan pada neonatus dengan infeksi CMV. IgA disekresi dalam kolostrum, dan riset
menunjukkan bahwa IgA memberi kekebalan pasif pada infeksi gastrointestinal dan
pernapasan tertentu pada bayi yang menyusui.

Adaptasi hematopoetik

Pada saat lahir sumsum tulang merupakan organ utama hematopoetik. Perubahan hitung
sel darah merah, sel darah putih, dan konsentrasi hemoglobin terjadi secara perlahan-lahan
selama 6 bulan pertama kehidupan.

Produksi sel darah merah. Untuk mengkompensasi konsentrasi oksigen yang relatif
rendah dalam uterus, fetus mempunyai hitung eritrosit dan hemoglobin yang lebih tinggi dari
orang dewasa. Jumlah eritrosit bayi baru lahir berkisar antara 5.0-7.5 juta/mm3. Jumlah
hematokrit juga tinggi, antara 45%-65%. Segera setelah lahir, begitu paru-paru menerima
tanggungjawab untuk oksigenasi jaringan, saturasi oksigen meningkat dan aktifitas eritrosit
ditekan. Erythropoetin, hormon renal yang memperantarai produksi sel darah merah, sedikit
saja terdeteksi pada minggu ke 8-12. Pada minggu pertama kehidupan, produksi sel darah
merah kurang dari 1/10 kadar dalam uterus. Lebih lanjut, usia harapan hidup eritrosit fetal
(80-100 hari) lebih pendek dari orang dewasa (kurang lebih 120 hari), dan jumlah sel darah
merah mulai menurun sedikit setelah lahir. Penurunan ini terus sampai 3-4 juta/mm3 pada
minggu ke 8-10 setelah lahir, ketika aktifitas erithropoetik meningkat.

Konsentrasi hemoglobin. Beberapa jenis hemoglobin terdeteksi pada neonatus.


Hemoglobin fetal (Hgb F), yang memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mengangkut
oksigen dibanding hemoglobin orang dewasa (HgbA), merupakan bentuk yang paling
dominan (79-89%). Setelah lahir, konsentrasi Hgb A secara perlahan-lahan meningkat
begitu produksi HgbF berhenti. Kadar hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 15-20 g/dl.
Begitu sel darah merah turun, kadar hemoglobin juga menurun, mencapai 10-11 g/dl pada
titik terendah, atau titik yang paling rendah.

Konsentrasi sel darah putih. Pada neonatus, sel darah putih, atau leukosit, berfungsi
sebagai pertahanan internal melawan infeksi. Sel-sel polymorphonuclear (neutrophil)
merupakan bentuk leukosit yang paling dominan (40-80%) ditemukan pada bayi baru lahir.
Total hitung sel darah putih tinggi (9000-30.000 /mm3). Leukositosis merupakan respon
normal terhadap stress saat lahir.

Hitung platelet. Pada bayi baru lahir fungsi platelet cukup berkisar antara 150.000-
400.000/mm3).

Adaptasi sistem reproduksi dan seksual.

Tanda-tanda adaptasi fisik seksual-reproduksi pada neonatus bisa tampak beberapa hari
setelah lahir. Uterus pada neonatus perempuan, yang sudah dirangsang oleh estrogen ibu
selama hamil, bisa mengeluarkan sedikit darah mukosa vagina (pseudomenstruasi)
beberapa hari setelah lahir. Bayi baru lahir baik wanita maupun laki-laki bisa menunjukkan
pembesaran mammae sementara, sebagai akibat rangsangan estrogen. Cairan, kadang-
kadang disebut susu, bisa dikeluarkan dari putting susu neonatus. Testis secara normal
turun ke dalam kantong skrotum pada 90% neonatus laki yang fullterm pada saat lahir.

ADAPTASI PERILAKU

Periolde reaktifitas

Pada periode segera setelah lahir neonatus berkembang melalui suatu rangkaian pola
perilaku yang dapat diduga dan dikenal dengan periode reaktifitas. Periode ini tahapannya
berbeda, yang dimulai saat lahir, ditandai dengan bangun dan tidur dan perubahan-
perubahan berfungsinya fisiologi. Bayi mungkin butuh asuhan keperawatan yang khusus
selama tiap-tiap periode karena adaptasi, khususnya pernapasan dan penyesuaian suhu,
tidak selalu dicapai secara mulus.

Periode reaktifitas yang pertama. Periode ini, berakhir 15-30 menit segera setelah lahir,
dicirikan dengan keadaan sadar bergantian dengan episode bergerak dengan aktif,
menangis dan pernapasan serta HR cepat tidak teratur. Karena mata neonatus terbuka saat
ini dan sering kali ada refleks mengisap yang kuat, maka saat ini merupakan waktu terbaik
bagi perawat membantu proses ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak. Saat ini
juga merupakan waktu ideal untuk mulai menyusui bayi. Walaupun suara usus secara
normal belum ada, menyusui saat ini sering berhasil dan memuaskan ibu maupun bayi.

Periode inaktifitas. Setelah kurang lebih setengah jam, neonatus menjadi tenang secara
progresif dan bahkan masuk ke dalam fase tidur. Periode inaktifitas ini berakhir 2-4 jam, dan
bisa sulit membangunkan bayi atau mulai menyusui selama periode ini. Pernapasan dan HR
pelan sampai mencapai kecepatan istirahat atau dasar. Suhu mungkin turun sampai titik
terendah dan suara usus mulai terdengar.

Periode reaktifitas kedua. Neonatus mulai bangun secara perlahan-lahan dan masuk ke
periode reaktifiras kedua, yang berakhir dalam waktu 4-6 jam. Walupun neonatus berusaha
mencapai stabilitas fisiologi selama periode ini, fase ini bisa menunjukkan banyak variabel
dalam reaksi perilaku. Kecepatan pernapasan dan jantung bisa berubah secara cepat. Bisa
terjadi periode tachipneu, cekukan, regurgitasi mukus, dan cyanosis sementara, yang
bergantian dengan episode tidur tenang. Neonatus mungkin bisa mengalami apnea. Suara
usus meningkat, mekonium bisa keluar, dan sekali lagi bayi baru lahir menunjukkan
minatnya terhadap menyusui.

Pada usia 6-8 jam setelah lahir, kebanyakan bayi-bayi cukup bulan yang sehat sudah
mencapai keadaan seimbang. Transisi dari lingkungan dalam uterus ke lingkungan luar
uterus dicapai dengan berhasil. Bayi baru lahir tiba pada tidur rutin yang kurang dramatis
diikuti dengan bangun diselingi dengan periode menangis. Perlunya ketelitian, sering
monitor biasanya berakhir kurang lebih 8 jam setelah lahir. Bayi secara normal siap untuk
dipindahkan ke ruangan ibu atau ruang perawatan pusat.

Anda mungkin juga menyukai