Anda di halaman 1dari 14

KESEHATAN LINGKUGAN DAN

KESELAMATAN KERJA
Analisis Risiko Instalasi Gizi Di Rumah Sakit
Jiwa

JUWITRIANI ALWI
K012171073

KONSENTRASI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
A. Pendahuluan
Tempat kerja memiliki berbagai macam potensi bahaya yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan bahkan dapat
mempengaruhi kesehatan para tenaga kerjanya, tidak hanya di
perindustrian tetapi di lingkungan kerja para tenaga kerja kesehatan
juga memiliki rikiso seperti sarana kesehatan di Puskesmas, Rumah
Sakit Umum, dan bahkan Rumah Sakit Jiwa.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Kesehatan dan keselamatan para pekerja inijika terjaga
dengan baik dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Oleh sebab itu perlu diidentifikasi sedini mungkin faktor risiko
ditempat kerja sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan akibat
kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di
Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan
prevalensi.Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu
semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan
jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar.
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang
memegang peranan penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Fungsi dari rumah sakit memberikan pelayanan yang
sempurna, baik pencegahan maupun pengobatan penyakit. Dalam
UU No. 23/1992 tentang kesehatan disebutkan berbagai sarana atau
tempat untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang menangani
khusus satu macam penyakit adalah Rumah Sakit Khusus,
diantaranya adalah Rumah Sakit Jiwa (Depkes 1991-1992).
Salah satu upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Khusus
seperti Rumah Sakit Jiwa adalah pelayanan gizi yang dalam
pelaksanaannya berintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain yang
ada di rumah sakit. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan faktor
penunjang dalam rangka meningkatkan status gizi pasien (Depkes
1990). Saat ini pelayanan gizi mulai dijadikan tolok ukur mutu
pelayanan di rumah sakit karena makanan merupakan kebutuhan
dasar manusia dan sangat dipercaya menjadi faktor pencegah dan
membantu penyembuhan suatu penyakit.
Salah satu unit kerja di rumah sakit yang tidak kalah penting
fungsinya dibandingkan dengan unit kerja lainnya ialah Instalasi Gizi.
Instalasi Gizi merupakan Instalasi yang bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan asupan gizi dari pasien yang dirawat di rumah
sakit tersebut. Pelayanan pemenuhan gizi diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang tepat waktu serta dilayani oleh tenaga
yang sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Diperlukan perhatian
khusus terhadap ketersediaan jumlah tenaga yang tepat serta
kualifikasi pendidikan yang sesuai di instalasi Gizi ini.
Pelayanan makan pasien di rumah sakit bertujuan untuk
mencukupi kebutuhan zat-zat gizi pasien guna menunjang proses
penyembuhan dan mencapai status gizi optimal. Namun sampai
sekarang mutu pelayanan makan rumah sakit belum dapat dikatakan
memadai. Masalah yang dihadapi masih merupakan masalah
mendasar seperti kekurangan sumber daya, biaya, tenaga dan
sarana fisik. Pelayanan makanan juga merupakan komponen yang
cukup besar dalam pembiayaan rumah sakit sehingga perlu dikelola
secara efisien dan efektif
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerja
Potensi bahaya ditempat kerja dapat menimbulkan penyakit
akibat kerja ataupun kecelakaan kerja.Penyakit akibat kerja adalah
gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan
ataupun diperparah oleh aktifitas kerja ataupun kondisi lain yang
berhubungan dengan pekerjaan.Sedangkan kecelakaan kerja adalah
kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana
yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang
ataupun lingkungan karena pekerjaannya.
1. Beban kerja
a. Definisi beban kerja
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu
tertentu. Sedangkan analisa beban kerja adalah proses
untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan
atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan
dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis
beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah
personalia dan berapa jumlah tanggungjawab atau beban
kerja yang tepat dilimpahkan kepada seseorang petugas.
Analisis beban kerja adalah mengidentifikasi baik jumlah
karyawan maupun kualifikasi karyawan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Pengertian beban kerja
adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang
jabatan dalam jangka waktu tertentu.
b. Faktor yang mempengaruhi beban kerja
Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi beban kerja antara lain :
1) Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar
tubuh pekerja, seperti;
a) Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun
kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana
kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas
yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas
pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab
pekerjaan.
b) Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja,
waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, system
pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
c) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik,
lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis
dan lingkungan kerja psikologis.
2) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
tubuh itu sendiri akibat dari reaksi beban kerja
eksternal. Faktor internal meliputi faktor somatic
(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan
kondisi kesehatan) dan faktor psikis (motivasi,
persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).
c. Indikator beban kerja
Indikator beban kerja yang dikemukakan oleh Putra
(2012:22), yang meliputi antara lain:
1) Target Yang Harus Dicapai
Pandangan individu mengenai besarnya target
kerja yang diberikan untuk menyelesaikan
pekerjaannya, misalnya untuk mendesain, mencetak,
dan finishing. Pandangan mengenai hasil kerja yang
harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
2) Kondisi Pekerjaan
Mencakup tentang bagaimana pandangan
yang dimiliki oleh individu mengenai kondisi
pekerjaannya, misalnya mengambil keputusan
dengan cepat pada saat pengerjaan barang dan
kerusakaan pada mesin produksi, serta mengatasi
kejadian yang tak terduga seperti melakukan
pekerjaan ekstra diluar waktu yang telah ditentukan.
3) Standar Pekerjaan
Kesan yang dimiliki oleh individu mengenai
pekerjaannya, misalnya perasaan yang timbul
mengenai beban kerja yang harus diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu.
d. Efek beban kerja
Beban kerja yang terlalu berlebihan akan
menimbulkan efek berupa kelelahan baik fisik maupun
mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala,
gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan
pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan
yang terjadi karena pengurangan gerak akan
menimbulkan kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan
dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan
yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian
pada pekerjaan sehingga secara potensial
membahayakan dan menurunkan kinerja karyawan.
Bertambahnya target yang harus dicapai perusahan,
bertambah pula beban karyawannya, apabila beban kerja
terus menerus bertambah tanpa adanya pembagian
beban kerja yang sesuai maka kinerja karyawan akan
menurun.
Beban kerja merupakan faktor ekstrinsik individu
yang menjadi salah satu sumber munculnya
permasalahan kinerja, karena beban kerja yang
dihadapinya terlalu tinggi. Kondisi ini menuntut karyawan
untuk memberikan energi yang lebih besar daripada
biasanya dalam menyelesikan pekerjannya, tidak semua
karyawan memiliki tingkat ketahanan terhadap tekanan
dari beban kerja yang sama, tetapi semua ini tergantung
pada masing-masing individualnya, maksudnya tugas-
tugas tersebut akan selesai dengan baik atau tidak
tergantung bagaimana seseorang menghayati beban kerja
yang dirasakanya. Jumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang
selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal.
2. Kapasistas Kerja
Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang pekerja
untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam suatu medan kerja
tertentu. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dan
sangat tergantung pada ketrampilan, keserasian, status gizi,
status kesehatan, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh.
Kemampuan tenaga kerja pada umumnya diukur dari
keterampilannya dalam melaksanakan pekerjaan.Semakin
tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin
efisien badan (anggota badan), tenaga dan pemikiran
(mentalnya) dalam melaksanakan pekerjaan.
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi
kesehatan kerja, seperti disebutkan diatas, dalam melakukan
pekerjaan selain faktor manusia, perlu dipertimbangkan
berbagai potensi bahaya serta risiko yang bisa terjadi akibat
sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan
bahan serta lingkungan.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya
sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau
penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh
tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi
bahaya menjadi manifest, sering disebut risiko. Baik hazard
maupun risiko tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan
upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Faktor-
faktor tersebut meliputi faktor manusia dan faktor alat, faktor
manusia meliputi latar belakang pendidikan, psikologis, faktor
keterampilan, dan faktor fisik.
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja adalah Kondisi lingkungan tempat kerja
yang meliputi kondisi fisik, kimia, biologik, faal (ergonomik) dan
psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya.Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising,
debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat menimbulkan gangguan
atau penyakit akibat kerja.
Kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
pelaksanaan pekerjaan dapat menjadi beban tambahan.
Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut
mengganggu pekerjaan dan harus diatasi oleh pekerja atau
karyawan yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat
dikelompokkan menjadi 5 faktor, yakni (1) faktor fisik, misalnya
penerangan / pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang
panas, kelembaban yang tinggi atau rendah, suara yang bising,
dan sebagainya; (2) faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang
menimbulkan gangguan kerja, misalnya bau gas, uap atau
asap, debu dan sebagainya; (3) faktor biologi, yaitu binatang
atau hewan dan tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan
pandangan tidak enak mengganggu, misalnya nyamuk, lalat,
kecoa, lumut, taman yang tidak teratur, dan sebagainya; (4)
faktor ergonomi/fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak
sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan (ergonomic),
misalnya meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek; (5)
faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak
harmonis, misalnya adanya klik, gosip, cemburu, stres dan
sebagainya.
Untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi pekerja maka ada beberapa indikator di lingkungan kerja,
yaitu:
a. Suasana kerja; adalah kondisi yang ada disekitar
karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
b. Hubungan dengan rekan kerja; yaitu hubungan dengan
rekan kerja harmonis dan tanpa ada saling intrik diantara
sesama rekan kerja. Hubungan yang harmonis dan
kekeluargaan merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kinerja seseorang.
c. Tersedianya fasilitas untuk karyawan; hal ini dimaksudkan
bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung
kelancaran kerja lengkap / mutakhir. Tersedianya fasilitas
kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan salah
satu penunjang proses dalam bekerja.
C. Analisis faktor risiko kerja Instalasi Gizi di Rumah Sakit Jiwa
Untuk menganalisis risiko tempat kerja di Rumah Sakit Jiwa,
didasarkan pada tiga hal yaitu:
1. Beban kerja
Beban kerja fisik adalah pekerjaan yang memerlukan
energi fisik pada otot manusia yang akan berfungsi sebagai
sumber dari tenaga. Kerja fisik disebut juga sebagai manual
operation dimana performansi kerja sepenuhnya akan
tergantung pada upaya dari manusia atau pekerja itu sendiri
yang sangat berperan penting sebagai sumber tenaga maupun
pengendali dan pelayanan dalam bekerja
Kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi
emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan
mudah marah merupakan efek dari beban kerja yang
berlebihan. Sedangkan kebosanan dan rasa monoton
merupakan efek dari beban kerja yang terlalu sedikit sehingga
terjadi pengurangan gerak. Tenaga kerja yang merasakan
kelelahan karena pekerjaan terutama karena jadwal bekerja
pada shift malam. Tenaga kerja merasakan kelelahan karena
jadwal rotasi/ perputaran dinas bangun yang terlalu cepat. Hal
ini karena jumlah tenaga kerja yang ada hanya terbatas
sehingga giliran dinas bangun frekuensinya untuk masing-
masing pegawai jedanya singkat. menurut beliau berkisar
antara 15 sampai dengan 30 menit.
Pengelolaan bahan makanan mulai dari perencanaan
kebutuhan bahan makanan, pengadaan, penyimpanan,
penyaluran bahan makanan oleh ahli gizi, dilanjutkan dengan
persiapan bahan makanan meliputi pencucian bahan makanan
dan peracikan bahan makanan oleh pramumasak sudah
dilaksanakan sesuai standar pelayanan gizi.
2. Kapasitas kerja
Seorang instalasi gizi di rumah sakit jiwa dituntut untuk
mampu kreatif dalam menyediankan makanan bagi pasien,
sehingga pasien yang menjalani rawat inap dalam waktu yang
cukup lama, makanan yang disajikan dari rumah sakit seringkali
tidak habis. Hal ini dimungkinkan akan berakibat terjadinya
kekurangan zat gizi pada pasien. Kekurangan zat gizi tersebut
sangat memudahkan terjadinya infeksi dan mendorong
terjadinya malnutrisi.
Terkadang beberapa pasien yang menyatakan bahwa cita
rasa makanan yang diberikan tidak memuaskan menyisakan
banyak makanannya. Ini mungkin dikarenakan pasien bosan
dengan menu makanan yang diberikan oleh rumah sakit karena
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa makanan selain faktor
eksternal yaitu cita rasa makanan juga adanya faktor internal
yaitu nafsu makan, kebiasaan makan, rasa bosan dan adanya
makanan dari luar. Kurang keterampilan dari ahli gizi juga akan
mengakibatkan kesalahan dalam pemberian diet pasien(akibat :
pasien tidak mendapat diet sesuai kebutuhannya rendah) dan
kesalahan dalam penulisan diet (akibat : pasien tidak mendapat
diet sesuai kebutuhannya).
3. Lingkungan kerja
Dapur merupakan tempat yang sangat rentan terhadap
kecelakaan karena di dapurterdapat banyak peralatan dan
perlengkapan yang sangat membahayakan apabila
pekerjatidak mengetahui bagaimana cara menggunakan
peralatan tersebut dengan benar dan amanmisalnya pisau, gas,
oven dan sebagainya.Kecelakaan kerja di dapur dapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak amandan sehat,
bencana, peralatan yang tidak memenuhi syarat, dan perilaku
yang tidak aman daripekerja. Salah satu penyebab perilaku
yang tidak aman ini adalah kurangnya pengetahuandan
pemahaman dalam mewujudkan kesehatan dan keselamatan
kerja di dapur.
Lingkungan fisik dapur meliputi lantai, dinding, ceiling,
pintu dan jendela, ventilasi, lampupenerangan, tempat mencuci
tangan, ruang pegawai, toilet, ruang penampungan sampah,
dansaluran limbah. Lingkungan fisik dapur ini harus dijaga
kebersihannya karena dapur sebagai tempat pengolahan
makanan, setiap saat menerima bahan makanan untuk diolah
dan setiapsaat pula ada kemungkinan bagi potongan-potongan
atau kotoran bahan makanan jatuh kelantai atau terselip pada
tempat-tempat yang sulit dibersihkan.
Kondisi lingkungan yang tidak aman dapat menyebabkan
kecelakaan, misalnya; kesalahan konstruksi, misalnya lantai
yang tidak rata; tata letak yang kurang menguntungkan, letak
gudang bahan makanan dan dapurberjauhan akan merangsang
timbulnya kecelakaan; penempatan peralatan yang kurang
baik; peralatan yang tidak memenuhi syarat dan tidak dapat
berfungsi dengan baik; penerangan yang kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Manajemen Resiko Instalasi Gizi.


http://akreditasi.my.id/rs/manajemen-resiko-instalasi-gizi/.
Diakses 17 November 2017.
Dewi, E.S., Kartasurya, M.I., Sriatmi, A. 2015. Analisis Implementasi
Pelayanan Gizi di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia Volume 03 No. 02
Dina, K. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Husada Borneo
Banjarbaru.
Fiola, F. 2016. Analisis Risiko Hazard di Tempat Kerja (Kapasitas Kerja,
Beban Kerja, Beban Tambahan) pada Karyawan
Perusahaan Percetakan. Paper. Fakultas Kesehatan
Masyarakat . Universitas Hasanuddin.
Putri, E.C., Sudaryanto, S., Purwanto. 2016. Kajian Higiene dan Sanitasi
Makanan Minuman di Instalasi Gizi Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol.7, No.4.
Ropsing, D.I. 2015. Analisis Faktor Risiko di Tempat Kerja (Dinas
Kesehatan Kab. Wajo. Paper. Program Studi Kesehatan
Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Sidkuran, H.A. 2015. Penyuluhan K3-Instalasi Gizi.
https://dokumen.tips/documents/penyuluh-k3-instalasi-
gizi.html. Diakses 17 November 2017.
Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri Tentang Dasar-Dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta:
Harapan Press.
Utami. P. U., Sugiono. 2013. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja
berdasarkan Beban kerja dengan Metode Work Load
Indicator Staffing Need (WISN) di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr.RM.Soedjarwadi Provinsi jawa
tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Kesehatan Surya Medika.
Volume 9. No. 2

Anda mungkin juga menyukai